Jungkook berjalan menyusuri terotoar. Jari-jarinya yang lentik memencet tombol ketikan di hpnya, sibuk membalas pesan dari sahabatnya.
Ketika dirasa tangannya mulai letih, ia memasukan handphone nya ke dalam saku cardigan kuning gadingnya. Hari ini ia memakai kaos berwarna putih, dipadukan dengan cardigan pendek dan rok berwarna crem. Membuat beberapa orang melirik kaki jenjangnya yang begitu menggoda mata.
Rambutnya ia sanggul, menampilkan tengkuknya yang putih dan mulus. Tak ada riasan untuk wajah. Ia hanya menaburkan bedak seadanya. Bagi Jungkook, riasan hanya akan membuat wajahnya kaku.
Jungkook memasuki sebuah kafe di pinggir jalan raya. Matanya menatap seisi ruangan dan menemukan seorang gadis yang melambaikan tangan padanya. Ia segera menuju gadis itu yang berada di pojok ruangan, tempat favorit mereka.
"Lama." Gadis dengan rambut di ikat kuda itu berceletuk. Jungkook memberikan senyuman manisnya, "maaf, aku kesiangan."
Gadis itu berdecih, "Kau yang membuat janji, tapi kau malah yang datang terlambat."
"Aku kan sudah minta maaf," kata Jungkook dengan wajah memelas.
Park Jimin--nama gadis itu-- tertawa, "aku hanya bercanda. Mana mungkin aku marah padamu. Lagi pula kau memang selalu datang terlambat."
"Tidak! Aku tidak selalu datang terlambat kok," Sangkal Jungkook.
"Tapi sering."
Jungkook tertawa. Ia memang tidak bisa menyangkal salah satu fakta yang ia miliki. Ia baru berhenti tertawa ketika salah seorang pelayan menghampiri meja mereka.
"Aku sudah memesan minuman." Jimin menjawab pertanyaan tersirat dari tatapan Jungkook. Jungkook mengangguk. Ia menunjuk sebuah gambar dalam buku menu.
"Pancake strawberry satu, dan untuk minumannya aku ingin banana milk."
Pelayan itu mengangguk mengerti. Setelah pelayan itu beranjak dari meja mereka, Jimin menatap Jungkook serius.
"Jadi, apa yang ingin kau ceritakan padaku?"
Raut wajah Jungkook yang semula riang mendadak lesu.
Ia menghela napas berat, "Aku menyetujuinya."
"Apanya?"
"Aku menyetujui permintaan Eomma."
Jimin tersedak jus lemonnya. Ia mengambil tisu dan matanya melebar seketika. "Serius?! Jangan bercanda!"
Melihat Jungkook yang hanya diam, Jimin yakin seribu persen jika sahabatnya itu sedang tak bercanda.
"Kenapa kau menyetujuinya?" Tanya Jimin dengan raut wajah yang masih sama.
"Tidak tahu."
"Kau yang mengambil keputusan bodoh!"
Jungkook menatap Jimin tajam.
"Apa-apaan itu! Aku tidak bodoh tahu!"
"Lalu kenapa kau menerimanya?"
Pertanyaan Jimin menohok tepat dalam hatinya. Jungkook membisu, mengangkat bahunya sebagai jawaban."Tidak tahu. Aku hanya menuruti kata hatiku."
"Alasan bodoh!" Cemooh Jimin.
Jungkook diam tak menjawab. Ia memilih untuk memejamkan matanya, menampilkan bulu mata lentik yang dimilikinya.
Menghela napas pelan, Jungkook berkata, "Aku tak bisa membiarkan Eomma bersedih."
Ya Tuhan, inilah salah satu kelemahan Jungkook. Ia tidak bisa membiarkan orang-orang di sekitarnya bersedih. Kalau Jimin boleh berpendapat, maka ia lebih suka menyebut hal itu sebagai kutukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmallow (Taekook- Jungkook GS)
FanfictionApa yang akan kau lakukan jika kau di beritahu orang tuamu, bahwa kau akan bersekolah di sekolah khusus laki-laki, padahal kau seorang perempuan? benar-benar perempun tulen. sayangnya, dari sekian banyak orang di dunia ini, kenapa harus Jungkook yan...