Pengukuhan 1 #3

330 11 5
                                    

"Kenapa sih, selalu kita yang disalahin, mentang-mentang mereka Osis mereka berhak gitu nindas kita? Sorry ya kita juga punya harga diri"

(Perkenalkan dia Natha calon Osis kelas X IPA1, mukanya yang lugu, sayang orangnya gak tau malu. orangnya ceplas-ceplos, dianugerahi muka polos tapi sayang hobby nya bolos. (jangan ditiru).

Entah sudah berapa kali diperingatkan oleh guru BK tetapi ia selalu beralasan dan berkata "maaf buk, saya telat tadi saya nunggu motor datang"
"maaf buk, kemarin malam saya buat PR sampai begadang"
"maaf buk, ban motor saya tadi pecah, saya lupa bawa uang" dan 1001 alasan lainnya. Dengan memasang wajah polos, untuk sekian kalinya ia lolos.

"Eh, itu kak Nia sok cantik ya, sudah badan kayak bulldoser, lubang hidung gak bisa dikontrol make rok keketatan lagi, itu lemak kesana kesini kalo jalan" spontan Siska menjawab "Eh!, maaf yang disini kesindir" dengan kesemsem Natha menjawab "Hehehe, bukan kamu Sis, hidung kamu masih bisa dikontrol kok, slow ae".

Mungkin saat itu dapat menjadi pelajaran baginya untuk memilih tempat yang 'sip' untuk bergosip. Natha yang sebelumnya asik berisik berubah 180°, hanya diam dan tersadar tempat ia bergosip tepat di depan ruang kelas XI IPA 3. Kekacauannya bertambah ketika gorden jendela terbuka, kak Nia tersenyum dengan sedikit raut dahi di wajah menandakan perang dunia '3 segera terlaksana. Mengapa? Sebab terdengar kabar papan tulis,sapu,penggaris patah, kaca jendela, vas bunga pecah akibat ulah teman-temannya yang menyinggung masalah bentuk badannya.
Muka bingung dan linglung terpampang di wajah Natha.
"Sis firasatku gak enak nih, kita go home yuk" Siska menjawab "Hmm gak enak? kurang micin kali wkwkwk". Dengan muka sedikit kesal Natha menuju parkiran bergegas untuk pulang. "Nat, tunggu aku..., kamu kan nebeng sama aku". Natha : "Njirr -,- aku lupa"

Malam harinya Natha berniat mengerjakan PR Matematika dan Fisika yang wajib ia kumpulkan esok jika tidak ingin berhadapan dengan guru killer, alih alih dapat mengerjakan, pikirannya hanya terdapat bayang wajah garang kak Nia dengan badan 3x lipat membesar dan lubang hidung seukuran karung.
Natha tak habis pikir, ia terbesit niat untuk meminta maaf lewat 'chat' di obrolan singkat. Kata demi kata, kalimat demi kalimat ia ketik dengan sedikit rasa takut dan cemas. (Selamat Malam, maaf sebelumnya mengganggu kak, perkenalkan nama saya Natha Ahtan calon Osis dari kelas X IPA1, maaf yang sebesar" besarnya kak atas perkataan saya tadi tepat di depan kelas kakak, saya yakin pasti kakak mendengarnya dan merasa sangat marah. Saya tadi khilaf kak. Saya mohon kesediaan kakak untuk memaafkan saya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih. Selamat Malam).
Natha memerlukan waktu beberapa menit untuk mengetuk tanda 'send', perlu niat dan keberanian. Akhirnya dengan penuh pertimbangan secara matang, ia memberanikan diri untuk mengirim ketikan 'teks' tersebut. Dua jam telah berlalu, jam menunjukkan pukul sebelas malam belum ada respon yang diberikan. Natha hanya bisa pasrah sembari menatap layar ponsel pintarnya. Ia memutuskan untuk beranjak tidur, tidak lupa 'set' alarm pukul 06:00 pagi, ia tidak ingin terlambat untuk ke-15 kalinya.

Kringgg Kringgg Krinnggg!!! Suara yang asing baginya, ia jarang menggunakan alarm, sekalipun iya, susah baginya untuk terbangun.Terkhusus hari ini Natha beranjak dari tidur dengan sedikit tergesa-gesa. Bergegas ke sekolah pukul tujuh kurang seperempat, ini hal langka yang ia perbuat. Tak lupa sebelum berangkat ia sempat melakukan persembahyangan, berharap agar diberikan jalan (ceritanya alim sesaat :v).

Setelah 10 menit Natha tiba di sekolah, dengan senyum merekah memarkirkan motor bebek miliknya. Jalannya tidak seperti biasa, ada sedikit keraguan dan ketakutan. Tengah perjalanan menuju kelas, Lantang terdengar "Natha, tumben kamu gak terlambat kesambet apa nih?" "Coba kamu diem Sis, aku telat salah, gak telat juga salah, Gelap ahh!!" Natha dengan langkah cepat menuju kelas. Bel masuk kelas berbunyi, Natha tertegun dan tersadar bahwa PR yang ia buat semalam tertinggal. Pak Rurun memasuki kelas dengan memegang sebuah penggaris kayu. Ia merupakan guru matematika serta termasuk daftar guru killer. Tanpa basa basi ia langsung mengoreksi PR kami. "Mana PR kamu?!" dengan kepala menunduk Natha menjawab "maaf pak, PR saya tertinggal di rumah" "Banyak alasan, sekarang kamu keluar kelas dan lari memutari lapangan 5kali. Cepat!" Dengan memukul meja dengan penggaris. "Baba-ik Pak".
Setelah putaran ke-4 Natha mulai lelah dan berhenti sejenak. Pandangannya tertuju pada gudang yang terletak di belakang pojok sekolah. Beberapa Osis yakni Kak Nia, kak Apriya dan kak Yuni terlihat memasuki gudang. Penasaran apa yang sedang dicari Natha menghampiri dan mengintip melalui celah lubang di tembok. Ternyata mereka sedang mengambil sapu ijuk, lap pel, dan beberapa ember (entah untuk keperluan apa). Seketika Natha menjadi cemas ketika kak Nia menginfokan kepada Osis lainnya bahwa akan diadakan kumpul dengan calon Osis (CO) sepulang sekolah dan wajib semua CO berkumpul. Tak seperti biasanya dimana Osis akan memberi pengumuman sehari sebelumnya.

¦bersambung

Manis Pahit OrganisasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang