"Hah.."
Aku merentangkan tangan keatas, menghirup udara dalam-dalam sembari meregangkan otot-ototku yang sedikit kejang.
Duduk berjam-jam didepan meja kasir, lalu membersihkan satu ruangan ke ruangan lain, membuat seluruh tubuhku lelah.
Aku melirik arloji yang melingkar ditanganku.
Pukul 3:00 pagi.
Mataku benar-benar berat.
Aku butuh tidur sekarang juga.Tak menempuh jarak yang jauh, aku sudah tiba di depan sebuah gedung bertingkat.
Bukan apartemen, melainkan hanya sebuah flat sederhana.Sebuah ruangan yang tidak memiliki kamar. Tempat tidur, ruang tamu, menjadi satu. Dapur kecil. Kamar mandi dan WC jadi satu, sudah cukup bagiku yang tinggal seorang diri.
Aku menjatuhkan tubuhku perlahan keatas empuknya kasur.
Merasakan tulang-tulangku yang rasanya sudah seperti tidak pada tempatnya.
Aku benar-benar kelelahan.
Badanku sakit, dan berasa remuk semua.
Ini lebih dari satu kampung memukulimu, rasanya.
Lebih sakit daripada terlindas truk.Ups!
Maaf, aku berlebihan.
Aku saja tidak pernah tahu bagaimana rasanya terlindas truk.
Bisa mati aku kalau itu terjadi.Aku meraih jam waker di atas meja kecil, disamping tempat tidurku.
Mengarahkan jarum jam berwarna merah itu tepat ke angka 5, lalu meletakkannya lagi di tempatnya semula.
Bahkan, untuk sekedar berganti pakaianpun aku tak sanggup rasanya.
Meski aku tahu, bajuku sudah sangat kotor karena sudah dipenuhi oleh peluhku seharian ini.
Aku lebih memilih mengistirahatkan tubuhku.
Aku memejamkan mataku, dan kesadaranku hilang seketika.
***
KRIIIIIINNNGGGG
Bunyi alarm mengagetkanku, sehingga aku bangun dan langsung terduduk diatas tempat tidurku.
Bangun dengan cara mendadak seperti itu, membuat kepalaku sedikit pusing.
Aku memejamkan mataku rapat-rapat, sebelum menggelengkan kepalaku pelan.
Mencoba menghilangkan rasa sakit yang tiba-tiba menyerang kepalaku tadi.Mengumpulkan seluruh kesadaranku, lalu menjulurkan tanganku untuk mematikan alarm dari jam waker-ku.
***
Aku bahkan tidur kurang dari dua jam.
Lalu sekarang, aku sudah mengayuh sepedaku untuk mengelilingi kompleks perumahan mewah tak jauh dari tempat tinggalku.Aku meletakkan beberapa botol susu, lalu meloloskan koran ke dalam pagar rumah yang menjulang dengan tinggi bukan main.
Ini pekerjaanku setiap pagi.
Astaga!!
Aku lupa, sedari tadi aku hanya bercerita saja tanpa memperkenalkan diriku.
Namaku Song Jae Hee.
Usiaku 21 tahun.Aku hidup seorang diri, setelah kedua orangtuaku wafat saat usiaku 20 tahun.
Satu tahun yang lalu tepatnya.Seharusnya aku tidak perlu hidup seperti ini, kalau saja paman dan bibiku tidak jahat padaku.
Ini terdengar seperti sinetron, tapi nyatanya aku mengalaminya.
Paman dan bibiku mengambil seluruh harta kedua orangtuaku, kemudian membuangku begitu saja tanpa meninggalkan sepeser uangpun.Tidak ingin terlihat lebih seperti sinetron lagi yang datang menuntut lalu berjuang mati-matian hanya untuk memperebutkan harta dengan paman dan bibiku, aku lebih memilih belajar hidup mandiri dengan mencari uang sendiri.
Tapi, setelah satu tahun merasakannya, aku baru sadar jika mencari uang tidak mudah.
Mungkin itu yang membuat paman dan bibiku memiliki pemikiran busuk itu, lalu membuang keponakannya sendiri di jalanan hanya demi uang.
Biar begitu, aku tak menyalahkan mereka.
Karena aku tahu, mereka tidak cukup kaya seperti kedua orangtuaku.
Sikap kedua orangtuaku pun tidak begitu baik pada mereka ketika masih hidup.
Wajar mereka marah padaku, dan berbuat seperti ini padaku.Sudahlah, aku tak ingin mempermasalahkannya lagi.
Yang kuinginkan kali ini hanya bekerja, dan mendapatkan uang.
Bahkan kuliahku harus terhenti, karna aku tahu aku tak akan mungkin sanggup membayar biaya pendidikanku.
Aku hanya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit.
Hingga aku bisa mendaftarkan diriku di kursus masak atau menjahit, atau apa saja yang bisa kugunakan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik nanti.Sekarang aku disibukkan oleh banyaknya kerja paruh waktu yang kujalani.
Pagi-pagi, aku sudah harus mengantar koran dan susu.
Setelahnya, aku bekerja di petshop. Memandikan anak anjing atau kucing, lalu memberinya makan. Kemudian menemani mereka bermain.
Siangnya, aku harus menggantikan shift sebagai kasir minimarket hingga menjelang sore.
Menjelang malam, aku bekerja sebagai pelayan di cafe kecil.
Setelahnya, aku harus bekerja disebuah tempat karaoke hingga pukul tiga pagi.
Itu baru lima pekerjaan paruh waktuku.
Belum lagi jika weekend, kadang aku harus menjadi badut boneka dengan selebaran ditanganku. Atau, menjadi pekerja saat ada event besar maupun kecil.Semua ini benar-benar melelahkan.
Aku tak tahu jika hidup diluar sendirian bisa sekeras ini.
Kupikir gampang saja memiliki banyak kerja paruh waktu seperti dalam drama yang dulu ku tonton.Tapi, mau tak mau aku harus melakukannya untuk kelanjutan hidupku.
Berharap esok, satu persatu aku akan melepas pekerjaan paruh waktu ini, dan mendapatkan pekerjaan lebih baik dengan hasil yang lebih banyak.Disinilah aku, dengan kerja paruh waktu yang silih berganti.
Bahkan, waktu tidur berkurang, sangat.
Lalu makan yang tak teratur.Kalian tahu?
Seringkali aku berharap sebuah keajaiban datang padaku.
Aku tak menginginkan kejaiban seperti Cinderella atau kisah dongeng lainnya. Apalagi keajaiban yang datang dengan tiba-tiba seperti dalam sinetron.
Aku cukup berharap aku dapat bertemu seseorang yang bisa membantu merubah hidupku lebih baik dari ini.
-***-
Next chapt?!
Annyeong yeorreobeun~~~~
Kali ini aku bikin cerita yang terinspirasi dari drama Seven First Kisses.
Tapi aku bakal buat alur dan ceritanya beda.
Ah, iya!!
Untuk poster, ada yang bisa bantu aku?
Kalian bisa cantumin nama kalian di posternya nanti.
Kalau ada yang mau bantu kirim pesan ke aku aja ya.. ^^Kali ini, jika berkenan, setelah kalian baca, klik tanda bintangnya yaaaa ^^
Gimme some support to write more and more.. ^^
Hope you enjoyed!!
With ♡
Chimchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM
FanfictionBayangkan bagaimana jadinya jika semua yang kau anggap hanya ada dalam cerita fiksi benar-benar terjadi padamu. Aku hanya seorang gadis yang sangat biasa-biasa saja, tiba-tiba mendapatkan suatu hal yang luar biasa, yang tak pernah terjadi sebelumnya...