episode 7 ( part 1)

159 7 0
                                    

"Kita semua pernah mengucap kebohongan, untuk melindungi sesuatu, atau untuk menyembunyikan sesuatu. Kurasa, kebohongannya (Tae Woon) juga begitu."
Tae Woon keluar kelas dengan diiringi tatapan sinis anak-anak. Tae Woon jalan terus tanpa mempedulikan mereka dan Eun Ho membuntutinya. Dia baru mengkonfrontasi Tae Woon begitu mereka sudah tiba di luar dan jauh dari telinga semua orang.
Apa Tae Woon sudah gila menjatuhkan dirinya sendiri seperti itu, bagaimana kalau dia sampai ketangkap? Tae Woon santai mengklaim kalau dia melakukan itu biar tidak usah ikut kompetisi matematika. Eun Ho penasaran, apa yang sebenarnya terjadi.
Flashback,
Malam harinya, Tae Woon menempatkan kamera rahasia dibalik sofa ruang kepsek. Lalu keesokan harinya, dia membawakan hadiah untuk Kepsek yang dia klaim dari ayahnya. Diam-diam dia menyalakan kameranya lalu mulai membahas tentang kompetisi itu. Dia cuma perlu menghapal jawabannya, kan? Kepsek mengiyakannya dan meyakinkan Tae Woon kalau dia pasti akan jadi pemenangnya.
Flashback end.
Eun Ho mendengus geli mendengarnya. "Kau memang X. Tapi bagaimana kau akan menghadapi konsekuensinya? Anak-anak sangat marah."
"Eh, bodoh. Khawatirkan saja dirimu sendiri."
Guru sedang rapat darurat. Kepsek ngomel-ngomel kesal gara-gara si X yang bikin perkara itu. Guru Jung santai menyindirnya, bukan X yang bikin perkara, melainkan Kepsek sendiri yang sukanya membantu para murid yang kaya-kaya saja.
Guru Koo menyarankan Kepsek untuk jujur mengakui masalah ini pada Kementerian Pendidikan. Kang Myung menyarankan Kepsek untuk meminta maaf juga pada anak-anak. Tapi tentu saja Kepsek menolak keras, tidak akan.
Tapi kemudian ia dipanggil keluar karena orang-orang Kementerian Pendidikan datang. Kepsek, Pak Park dan Direktur Hyun pun langsung disidang. Karena banyaknya laporan buruk tentang sekolah mereka, pihak Kementerian Pendidikan menyatakan kalau mereka akan menyelidiki masalah ini lebih mendalam.
Tae Woon lalu dipanggil ke kantor Kepsek di mana dia melapor bahwa anak-anak sangat marah dengan masalah ini. Mendengar itu, Direktur Hyun memutuskan untuk menghukum Tae Woon untuk meredakan kemarahan anak-anak. Tae Woon setuju-setuju saja, toh dia memang salah.
"Lalu, apakah kompetisi matematikanya akan diadakan lagi?" Tanya Tae Woon.
Menurut Guru Koo, murid-murid akan bisa tenang, hanya jika kompetisi ini diadakan secara transparan. Direktur Hyun setuju. Tapi menurut Tae Woon, murid-murid tidak akan bisa tenang jika hanya dia yang dihukum.
Anak-anak sangat amat marah, mereka mungkin akan membawa orang tua mereka ke sekolah. Karena itulah, dia menyarankan agar salah satu guru juga harus bertanggung jawab.
Pak Park setuju dengan Tae Woon. Kalau begitu, siapa yang harus bertanggung jawab. Pak Park rasa, jika dirinya yang bertanggung jawab itu takkan cukup. Tidak mungkin Direktur Hyun. "Kalau begitu, siapa yang harus bertanggung jawab?" Katanya sambil melirik Kepsek. Semua orang pun sontak melirik Kepsek. Pfft!
Anak-anak heboh berkumpul membaca pengumuman yang menyatakan kalau Tae Woon dihukum. Mereka sungguh tak percaya kalau Tae Woon bakalan dihukum. Tapi sebagian dari mereka merasa kalau hukuman ini terlalu ringan, seharusnya X memberi pelajaran untuk Tae Woon.
Tapi mereka semua langsung diam saat Tae Woon muncul tak lama kemudian. Tae Woon pura-pura nyinyir membaca pengumuman itu.
Di tempat lain, beberapa siswa chatting dengan cemas. Mereka cemas kalau mereka akan jadi target si X berikutnya. Apalagi Bit Na bisa menang dalam kompetisi seninya juga berkat Kepsek. Mereka harus segera menangkap si X.
Mereka curiga kalau si X itu adalah Dae Hwi, soalnya dia yang tahu segalanya. Hee Chan meyakinkan mereka untuk tidak cemas, Dae Hwi membutuhkan banyak hal dari mereka jadi dia tidak akan bisa mengungkapkan apapun tentang mereka.
Eun Ho masuk ke markasnya Tae Woon dan tanya apakah alasan Tae Woon melakukan ini sungguh hanya karena dia tak mau ikut kompetisi? Tae Woon tak yakin sebenarnya. Awalnya dia melakukan ini hanya untuk membuat para kunyuk itu kesal.
Tapi kemudian dia menyadari bahwa aksi jahilnya mungkin bisa membantu seseorang. Eun Ho penasaran siapa yang dimaksudnya. Tapi Tae Woon cuma menjawab ambigu, ada deh, seseorang yang bodoh dan seseorang lainnya yang menyebalkan.
Setelah pelajaran usai, Kang Myung mengumumkan bahwa kompetisi matematika akan diadakan di kelas 10-1 setelah sekolah usai nanti. Tae Woon langsung keluar kelas dan anak-anak langsung menggosipkannya.
"Tae Woon pasti punya alasannya sendiri. Merasa terlalu kasar." Gumam Eun Ho.
Eun Ho lagi-lagi ke markasnya Tae Woon untuk mengecek hasil webtoonnya, tapi malah mendapati yang baca cuma satu. Tae Woon berusaha menyemangatinya untuk bersabar sedikit, dia kan belum lama mempostingnya.
"Tapi apakah menggambar begitu menyenangkan bagimu?" Tanya Tae Woon.
"Iya. Aku merasa paling bahagia saat aku menggambar." Karena itulah, Eun Ho ingin memiliki pekerjaan di mana dia bisa menggambar sepanjang hidupnya. "Bagaimana denganmu? Apa kau punya impian?"
Tae Woon mengklaim kalau dia tak punya impian. Akan tetapi dalam flashback, dia pernah menggambar sebuah sepeda motor. Joong Gi menyuruhnya menggambarnya begini dan begitu dan Tae Woon menuruti semua permintaannya. Joong Gi benar-benar kagum melihat hasil gambarnya. Kalau motor ini sungguh diproduksi maka dia akan jadi orang pertama yang membelinya.
Tae Woon mengklaim kalau dia punya impian baru-baru ini. "Aku... sangat-sangat ingin menggodaimu."
"Kau pasti sangat-sangat mau mati, yah?"
Tapi orang bilang, saat kita mulai bermimpi maka hidup kita akan jadi melelahkan. Buktinya Eun Ho sekarang sedag stres gara-gara webtoonnya tidak banyak dibaca, dia bahkan sampai punya lingkaran mata.
Eun Ho merasa Tae Woon terlalu pesimis. Lagian dia tidak punya lingkaran mata. Tapi ujung-ujungnya dia menyentuh matanya, cemas kalau dia benar-benar punya lingkaran mata.
Hasil kompetisi matematika akhirnya keluar dan Dae Hwi keluar sebagai juara satu. Teman-teman bangga padanya. Dia keren... tapi X lebih keren, sih. Tae Woon yang melihat dari belakang, hanya tersenyum kecil lalu pergi.
Dia lalu melaksanakan hukumannya, mencabut rumput sambil menggerutu kesal. Dae Hwi lewat saat itu dan Tae Woon langsung menyuruh Dae Hwi untuk berterima kasih padanya. Karena berkat dialah, Dae Hwi jadi juara satu.
Dae Hwi santai, kasihan sekali Tae Woon. Kali ini, bahkan kekuasaan ayahnya tidak berhasil. Tae Woon sih senang-senang saja, soalnya bermain angka itu bukan tipenya. Dae Hwi nyinyir, dunia ini memang terlalu sulit bagi orang berotak kecil.
"Kau kedengaran dendam sekali. Apa kau harus jatuh sampai ke dasar jurang seperti itu? Apa tak ada cara lain lagi?"
Dae Hwi tersinggung mendengarnya. "Anak sepertiku, yang tidak memiliki apapun, harus melakukan segalanya seorang diri agar tidak diinjak-injak oleh bed*bah sepertimu."
Ngomong-ngomong, dari mana Tae Woon mendapatkan kunci induk itu? Tae Woon balas menyindirnya, seharusnya Dae Hwi tanya apa yang dia ketahui tentang apa yang dilakukan Dae Hwi dengan kunci induk itu.
Eun Ho berlari panik ke mereka ke tengah-tengah mereka karena mengira mereka sedang bertengkar. Tae Woon kesal, siapa juga yang bertengkar. Ngomong sama Dae Hwi saja susah. Berusaha meredakan ketegangan, Eun Ho buru-buru mengucap selamat untuk Dae Hwi yang jadi juara satu secara jujur dan adil.
"Terima kasih. Semua ini berkat kau. Aku akan mentraktirmu nanti." Ujar Dae Hwi dengan senyum manis.
"Aku punya banyak waktu di dunia ini. Aku tak sabar."
"Hubungi aku untuk menentukan waktunya."
Dae Hwi pun pergi. Eun Ho masih senyam-senyum gaje, tapi saat dia menoleh, dia malah mendapati Tae Woon sedang melempar tatapan membunuh padanya. Apa?
"Aku sedang kesal karena mencabuti rumput panas-panas begini. Kenapa?" Sengit Tae Woon.
Dengan santainya dia menyuruh Eun Ho untuk membantunya mencabuti rumput, dia kan ahlinya. Eun Ho langsung kesal menghajar Tae Woon pakai handuk.
Tapi Eun Ho penasaran, ada apa diantara Tae Woon dan Dae Hwi sebenarnya. Mereka kan dekat dulu, lalu kenapa mereka jadi begini sekarang. Apa Tae Woon melakukan semua ini, karena Dae Hwi. Tae Woon menyangkal keras, kenapa juga dia melakukannya demi Dae Hwi.
"Aku tidak tahu. Tapi aku merasa kalau kalian berdua sebenarnya tidak benar-benar bertengkar. Kalian lebih seperti sedang menarik perhatian satu sama lain karena kalian berdua terluka."
Dae Hwi berpapasan dengan Hee Chan yang mengucap selamat untuknya. Memang susah mengalahkan Dae Hwi jika mereka bermain adil. Dae Hwi merasa tak enak mengalahkan Hee Chan lagi dan karenanya, dia menawarkan bantuan.
Hee Chan meminta Dae Hwi untuk membantunya mempersiapkan ujian akhir, bahkan menawarkan kerja sukarela di bidang medis untuk Dae Hwi. Dae Hwi tentu saja senang sekali mendengarnya.
Tapi kemudian Hee Chan secara tak langsung meminta Dae Hwi untuk mengalah darinya dalam ujian akhir nanti. Hee Chan berkata kalau Ayahnya takkan memaafkannya jika dia jadi juara dua lagi. Dia bahkan menawarkan bantuan apapun yang Dae Hwi inginkan sebagai gantinya. Dae Hwi sungguh tak percaya mendengarnya, akan dia pikirkan nanti.
2 anak tiba-tiba mengumumkan hal penting, X ada di kelas mereka ini. Eun Ho langsung cemas mendengarnya, sementara Tae Woon pura-pura tidur dengan cuek.
Kang Myung dipanggil Kepsek untuk membahas masalah evaluasi murid yang bocor itu. Karena hanya evaluasi kelas 11-1 yang terbongkar, Kepsek menduga kalau si X pastilah ada di kelasnya Kang Myung.
"Tapi kita kan tidak punya bukti kuat." Kata Kang Myung.
Kepsek tak peduli. Pokoknya kalau Kang Myung tidak bisa menemukan si X, maka hukumannya bukan cuma potong gaji. Kang Myung sih tak masalah dengan potong gaji. Tapi dia keberatan dengan cara Kepsek yang asal tuduh hanya berdasarkan spekulasi.
"Tolong jangan sakiti anak-anak berdasarkan bukti yang tidak pasti. Sejujurnya, bukankah seharusnya anda minta maaf pada Eun Ho?" Ujar Kang Myung lalu bergegas pamit.
Kepsek jelas kesal padanya. Tapi tiba-tiba dia curiga, jangan-jangan Kang Myung lah si X itu.
Di kelas, anak-anak juga mulai menduga-duga akan siapa si X. Beberapa anak tanya apakah Dae Hwi si X, soalnya dialah yang punya kunci induk sekolah ini. Tapi anak yang lain tak setuju, soalnya si X punya drone dan lain sebagainya, jadi dia pasti orang kaya.
Eun Ho dan Sa Rang lalu melanjutkan pembicaraan ini di luar. Sa Rang menduga pelakunya pasti Dae Hwi, soalnya targetnya kan Tae Woon. Eun Ho canggung, dia rasa pelakunya bukan salah satu diantara Dae Hwi atau Tae Woon.
Sa Rang curiga, sepertinya Eun Ho mengetahui sesuatu. Eun Ho menyangkal keras, dia sungguh tak tahu siapa si X. Lagian kan dia sudah menjernihkan namanya, jadi dia tak perlu tahu siapa si X.
Tae Woon lewat saat itu. Eun Ho pun langsung pergi menyusulnya. Sa Rang sampai heran melihat kedekatan mereka belakangan ini. Eun Ho cemas, apa yang harus mereka lakukan sekarang.
"Jika kita ketangkap, maka kau akan jadi komplotanku."
"Kau benar. Jika kita ketangkap kali ini. Tamatlah riwayatku."
Mereka lalu jalan sambil bercanda tawa. Dae Hwi melihat mereka dari kejauhan. Teringat ide Eun Ho untuk menangkap basah si X dengan cara memotretnya dulu, Dae Hwi tiba-tiba curiga, jangan-jangan Eun Ho lah si X. Tapi kalau iya, tak mungkin dia sedekat itu dengan Tae Woon.
Tae Woon mengantarkan Eun Ho pulang malam harinya. Seperti biasa, mereka saling mengganggu satu sama lain dengan saling memiting sampai saat Tae Sik menegur kedekatan mereka, pakai acara skinship segala.
Eun Ho cepat-cepat menyuruh Tae Woon pergi, tapi Tae Sik menyuruh Tae Woon turun dari sepedanya untuk diinspeksi. Motornya sepertinya mahal, tubuhnya juga sepertinya cukup fit. Tapi sebagai sesama cowok, Tae Sik penasaran.
"Apa kau tidak peduli dengan kecantikan wanita? Apa kau tidak melihat sama sekali? Kenapa? Gadis seperti dia? kenapa?"
Eun Ho sontak kesal dan langsung mendorong Tae Sik masuk. Tae Sik masih saja nyerocos memperingatkan Tae Woon untuk mempedulikan kecantikan wanita jika dia tidak mau menyesal.
"Sangat peduli dengan kecantikan wanita kok." Gumam Tae Woon setelah mereka masuk.
Tae Sik langsung heboh memberitahu Ibu kalau Eun Ho sudah punya pacar. Kelihatannya orang kaya. Lebih baik Ibu menikahkan Eun Ho saja. Ibu langsung kesal melempari Tae Sik dengan ikan teri.
Ayah pulang tak lama kemudian dalam keadaan agak mabuk dan tanya apakah Eun Ho akan masuk ke sekolah webtoon dan apakah dia membutuhkan hal lainnya.
Eun Ho mulai membahas program musim panas sekolah mereka. Tapi sebaiknya tidak lah, biayanya mahal soalnya. Tapi Ayah bersikeras mendukung Eun Ho mengikuti acara itu, Ayah yang akan bayar.
Tae Sik terbangun subuh-subuh, tapi malah melihat Ayah diam-diam memakai beberapa koyo di tubuhnya. Tae Sik sampai tak enak hati melihat penderitaan ayahnya.

school 2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang