Gadis bersurai merah muda berjalan menelusuri jembatan yang berjarak 1 km jauhnya. Tak ada satupun kendaraan umum yang menelusuri jembatan tersebut. Kemeja dan rok span serta flat shoes menandakan bahwa gadis tersebut baru saja pulang dari kantornya.
Haruno Sakura, menghentikan langkahnya. Rupanya langit yang mulai berwarna oranye menarik perhatiannya. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Namun, terdapat senyum dan tatapan sendu yang terpatri di wajah cantiknya saat ini.
Burung terbang berkelompok menarik perhatiannya. Mengingatkannya pada sebuah kenangan saat bersama pria berambut raven. Seperti pulang kerja bersama melewati jembatan ini, salah satunya. Dan sekadar menikmati suasana senja sebelum melewati penuh jembatan tinggi itu berdua. Ya berdua. Bukan seorang diri seperti Sakura saat ini.
"Sasuke-kun." Kini nama yang dirindukan terucap oleh gumaman yang tak disadarinya.
Kenangan dua tahun terakhir menjadi sebuah kenangan terakhirnya..."Sakura. Selamat tinggal," ucap pria berambut raven di tengah jembatan pada langit telah berubah warna menjadi oranye.
"Kenapa?! Kenapa kau mengatakannya?! Hiks," tanya Sakura dengan air mata yang telah membanjiri pipinya. "Tak bisakah kau menolak perjodohan itu? Tak bisakah kau tetap tinggal denganku? Tak bisakah kau membawaku pada keluargamu? Sasuke-kun?!"
"Sakura, tolong mengertilah."
"Kau yang harus mengerti, Sasuke-kun! Apakah perjodohan itu melupakanmu pada kenangan kita selama delapan tahun ini? Apa gadis itu telah meracuni pikiranmu hingga kau menggantikanku yang ada di hatimu?!"
Uchiha Sasuke. Pria yang berdiri lima senti dihadapannya. Mengepalkan kedua tangannya disisi tubuhnya. Tak kuasa melihat gadisnya menangis tersedu seperti ini. Ini semua karena dirinya. Karena ia tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya. Sebagai anak laki-laki, ia tak ingin di katakan anak durhaka entah itu anak sulung maupun bungsu. Menyandang marga Uchiha yang di segani oleh keluarga yang lain. Terpandang dan selalu banyak orang yang ingin berbesan. Menjunjung tinggi harkat dan martabat Uchiha. Itulah yang harus dilakukannya oleh seorang Uchiha Sasuke saat ini.
"Aku tidak bisa menolak, Sakura."
"Apa kau ... tidak mencintaiku lagi Sasuke-kun?" Kini onix dihadapkan oleh emerald yang menatapnya dengan penuh kecewa.
Berpaling melihat arah lain, Sasuke berkata, "Tidak," dengan bariton berat dan jelas dipaksakan.
"Senja ini, menyadarkanku akan sesuatu. Kau bukanlah Uchiha Sasuke yang pertama kali kukenal."
"Sakura..."
Kumohon jangan berbicara seperti itu.
"Marga Uchiha telah membuatmu memilih mengikuti pikiran daripada hatimu."
"Tidak..."
Benar. Uchiha adalah marga yang selalu patuh pada aturan.
"Dan kita tidak harus saling mendekat sejak awal pertama kali bertemu. Kalau pada akhirnya--"
"Kenapa kau berbicara seperti itu, Sakura?"
"... kita akan berpisah, Sasuke-kun."
Kenapa senja hari ini begitu tidak menerima kebersamaan ia dan gadisnya di saat terakhir seperti ini?
"Pergilah. Aku tahu apa yang kau inginkan."
Yang hanya kuinginkan adalah dirimu, gadisku.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU BENCI SENJA
Fanfiction|| AKU BENCI SENJA | SasuSaku | Ficlet | T | Sad/Romance | Naruto by Masashi Kishimoto | Story by Aisyah Purnamasari | WARNING : OOC, Typo's || Summary: Senja. Langit oranye yang membawa berbagai kisah menarik.