3 - Behind the Art That They Made

538 80 32
                                    

"Seokmin! Kenapa wajahmu jengkel begitu" komentar Wonwoo sambil meletakkan dua cangkir si meja makan itu. "Seokmin!"

Seokmin sedikit terperajat dan menemukan wajah Wonwoo yang berjarak sangat dekat dengannya, ia langsung membuang wajahnya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wonwoo sedikit menggebrak mejanya dan memandang Seokmin tajam.

"Hanya kau tidak memotret blood moon kau menjadi tidak produktif selama dua minggu ini! Sebenarnya kau ini kenapa Lee Seokmin! Aku bahkan sudah mendapat pekerjaan sedangkan kau masih saja diam di apartemen dan merenungkan blood moon!" kesal Wonwoo.

Ia tentu tidak suka melihat Seokmin yang biasanya sangat bersemangat dalam foto tiba-tiba hanya diam di apartemen mereka dan bahkan belum mengeluarkan bukunya. Jadi, Wonwoo dan Seokmin biasanya dalam sebulan sekali akan mencetak karya foto mereka dalam bentuk buku.

Kumpulan foto-foto yang telah mereka buat dan tentunya karya foto Seokmin lebih banyak diminati melihat banyak orang-orang yang menyukai tema fotonya. Ia bahkan sempat pesimis jika tidak ada yang menyukai foto-fotonya tapi ternyata yang ia lakukan menjadi keberuntungan baginya.

Sedangkan Wonwoo sedang berusaha keras, ia memikirkan apa yang salah dari hasil fotonya. Seokmin memang hanya memotret alam tapi mengapa banyak yang suka? Wonwoo bahkan bertanya-tanya, apakah salah teknik yang digunakannya atau memang objeknya kurang menarik? 

Wonwoo memang suka sekali memotret para pria yang sudah berumur 40an dan tentu saja itu karena ia sendiri yang diam-diam menyukai pria tua? Wonwoo terkadang merenungkan apakah ia tidak normal melakukan itu? Ia hanya menyukai objek tapi terus berusaha mengembangkan teknik fotonya. 

Seokmin sempat protes pada objek yang Wonwoo pilih, tapi Wonwoo memiliki argument jika memotret orang-orang muda diluar sana itu cukup membosankan dan tidak karismatik. Ia tentu menyukai memotret para pria karena memiliki latar belakang tersendiri.

Sejak kecil Wonwoo tidak pernah melihat ayahnya, itu karena sang ayah yang meninggal akibat kecelakaan. Wonwoo sangat sedih dan bahkan sempat mengutuk dirinya karena sang ayah meninggal karena ulahnya.

Wonwoo dilarikan ke rumah sakit karena asmanya yang sangat parah itu kambuh, ayahnya pun memutuskan untuk pulang setengah hari dari kerjanya demi menjenguk sang anak. Hubungan Wonwoo dan sang ayah memang tidak pernah baik, mereka sering bertengkar karena sang ayah yang selalu menyalahkan semua hal yang dilakukan sang ibu.

Wonwoo tentu tidak terima dan melahirkan persepsi di pikirannya jika laki-laki tua berumur 40 tahun itu pasti menyebalkan. Wonwoo tentu menyayangi ibunya yang kejiwaannya terganggu dan terkadang ia menjadi sasaran perlakuan kasar sang ayah karena ia yang selalu melindungi ibunya, Wonwoo juga beranggapan jika sang ayah tidak pernah pulang ke rumah juga karena memiliki simpanan diluar sana.

Disaat penyakit Wonwoo kambuh, sang adik berusaha membelikannya obat untuk meredakan sementara bukannya menyembuhkan penyakitnya itu. Penyakit asma yang dideritanya memang diperoleh dari ayahnya dan ia sangat amat tidak terima dengan hal itu, ditambah lagi dengan sikap sang ayah yang sangat kasar pada sang ibu dan adiknya.

Suatu hari ia masuk ke rumah sakit dan tidak mempedulikan dengan sang ayah yang meninggal akibat kecelakaan, mendengar itu Wonwoo hanya terkekeh dan tidak menghadiri upacara kematian sang ayah karena dirinya yang sedang dirawat di rumah sakit.

Sampai akhirnya Wonwoo terlihat sangat bosan karena menunggu keluarganya yang menjenguk, dokter yang biasa memeriksanya sedikit bercerita pada Wonwoo. Hampir setiap Wonwoo masuk ke rumah sakit akibat asmanya kambuh, sang ayah selalu menemaninya dan datang padanya jika Wonwoo belum sadar.

Mengelus rambut Wonwoo, membersihkan tubuh Wonwoo ketika belum sadar walau bukan pekerjaannya. Nekat tidur di lantai demi menunggu kesembuhan Wonwoo.

The Tamer ; SeoksoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang