#3

68 2 2
                                    

Guru baru itu menarik perhatian banyak orang.  Dia memang pantas mendapatkan semua itu.  Betapa tidak semua mata tertuju padanya.  Bahkan bukan hanya para siswa guru pun begitu padanya.  Namun,  melihat itu semua aku tak bergeming sedikit pun.  Bagiku setiap individu punya porsi yang sama.  Jika di satu sisi dia begitu sempurna maka di sisi lain bisa saja dia cacat.  Allah menciptakan hamba-Nya dengan indah dan sesuai dengan keinginannya-Nya. Aku sangat bersyukur dengan apa yang kuterima saat ini.  Apapun yang kujalani saat ini adalah yang terbaik untukku.

Pagi ini hanya ada aku dan dia di ruangan guru. Sementara yang lain sedang mengajar. Aku terkejut ketika dia memanggilku lalu menghampiriku.  

Fahresyah : "Di sini anak-anaknya bagaimana Bu?" katanya padaku.
Aku : "Hm..selama saya mengajar di sini  ya alhamdulillah baik-baik saja dan masih dalam tahap wajar."sahutku pelan.

Fahresyah :"Oh begitu, sudah berapa lama mengajar di sini bu?"

Aku : "Kurang lebih tiga bulan saya mengajar di sini, pak."

Fahresyah : "Hmm..ternyata ibu masih sangat baru di sini ya." Wah saya jadi semakin tertarik untuk bicara dengan Bu."pintasnya.

Aku : "Hm..boleh jika memang ada yang penting dan perlu silakan bapak tanyakan ke saya. Insya Allah dengan senang hati saya dengarkan."sahutku.

Bel istirahat kedua berbunyi. Suasana ruang guru mendadak ramai dan bising. Guru di sini lebih senang bercerita baik mengenai bagaimana siswanya di kelas maupun menceritakan perihal pribadinya sendiri. Tiada hari tanpa cerita dan tiada hari tanpa tawa. Yaa..begitulah guru di sini. Beberapa menit kemudian terdengar adzan berkumandang. Seperti biasanya muadzinnya adalah siswa kami sendiri. Seluruh warga sekolah bergegas menuju masjid. Semua aktivitas yang berbau duniawi dihentikan sementara karena panggilan Allah di atas segalanya. 

***

Sholat dzuhur pun selesai. Saya beserta guru lainnya masuk ke kelas untuk mengajar. 


Kau dan AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang