05

6.4K 481 53
                                    

D I A M O N D    C A G E
Naruto
Disclaimer: Naruto masih milik Masashi Kishimoto.
Pairing: SasuNaru, HeadMasterSasuke X StudentNaruto
Awas, di chapter ini ada SESUATU yang seharusnya tak di baca seorang anak dibawah umur. Hati hati.
Tema tetep Pedophilia X Omegaverse X BoysLoveStory.
Anak kecil, hati hati, diluar sana banyak om ganteng pengen dipuasin. Itu pesen gue.
.
.
.
Jangan lupa Vote!
Enjoy!

Tubuh sewarna karamel tersebut berbaring tak berdaya di atas ranjang. Wajahnya merona kemerahan. Kedua matanya sedikit membengkak. Surai pirangnya tampak lepek karena keringat. Bibir mungilnya yang terlalu banyak dilumat pun ikut membengkak. Raut wajahnya tersirat kelelahan. Hal tersebut wajar. Setelah di gempur habis habisan di ranjang ruang kesehatan sekolah, mereka kembali melanjutkan di apartemen sang seme.
Kini Naruto sama sekali tak bisa bergerak. Pinggangnya linu, lubang pantatnya sangat perih, bagian dalam perutnya terasa aneh. Penuh dan berdenyut denyut. Sejak beberapa jam yang lalu bocah 10 tahun tersebut  telah sadar dari pingsannya, namun tetap saja ia tak bisa bangun.
Setiap kali bergerak, bibirnya akan meringis.
“Ugh....”
Sasuke berbaring menyamping menatap Naruto. Lengan kirinya dibuat menyangga kepalanya, sedangkan tangan yang lain sedang asyik mengelus elus perut si pirang. Sudut bibirnya naik beberapa senti. Ia tersenyum penuh kebahagiaan pada Naruto.
“Sudah, jangan banyak bergerak dulu”
Netra safir Naruto melirik pria di sampingnya. Alis pirang tersebut bertaut keatas. Bibirnya mengerucut. “Sakit....” ucapnya bernada manja.
Sasuke terkekeh pelan. Ia mengecup pelan pipi empuk Naruto. “Ditahan dulu. Lama lama kau akan lupa dengan rasa sakitnya, sayang” Ie mengelus pipi dengan gurat kumis tersebut penuh sayang.
“Lagipula kenapa sih lubangnya harus ditutup dengan karet?” Naruto memajukan bibir bawahnya. Setelah disodok terus menerus, kini lubangnya diganjal dengan karet aneh. Susah sekali menjadi Alpha.
Sasuke dengan gemas melumat bibir Naruto. Tahan. Hanya satu menit.ucapnya dalam hati. Ia kembali memasukkan lidahnya ke rongga manis tersebut dan melilit lidah pendek Naruto dengan miliknya.
“Ngh mmpphh ahnnn” Naruto memukul mukul lengan Sasuke pelan, namun sang raven dengan sigap menangkap lengan tersebut dan menguncinya.
“Shh sudahhh jangan lagiihh mpphh” Mendengar Naruto merengek, membuat Sasuke menyudahi lumatan ganasnya. Sial, aku hampir tegang lagi.
Tangan lebarnya menyibak poni pirang Naruto dan merapikannya, “Itu namanya butt plug sayang” Ia mencium dahi si pirang dengan penuh kasih sayang.
“Siapa yang batuk pilek?” Dahi Naruto mengernyit bingung. Pria ini bodoh sekali. Disini kan tak ada yang batuk pilek!
Sasuke kembali terkekeh. Ia kemudian meraba perut bagian bawah milik Naruto. “Iya, maksudku karet. Benda itu terpasang agar cairan kental dan hangat milikku tidak mudah keluar”
Kernyitan Naruto semakin mendalam. Ia bingung dengan arah pembicaraan ini. “Kenapa tidak boleh keluar?” tanyanya.
Sasuke menangkup sebelah pipi Naruto dan tersenyum miring, “Bukankah kau bilang ingin Alpha?”
Si pirang mengangguk. “Lah terus apa hubungannya Alpha dengan lubang yang diganjal?” Ia menaikkan sebelah alis.
“Cairanku Alpha milikku ketika bercampur dengan cairan omegamu di dalam sana akan menumbuhkan Alpha baru, sayang” Sasuke mencubit gemas hidung Naruto.
“Berarti nanti Alphanya banyak dong? Cairan kentalmu kan sangat banyak. Perutku sampai gendut” ucap Naruto sambil menunjuk perutnya.
“Entahlah, baby. Tapi kalau satu masih kurang, kita bisa membuatnya lagi. Dengan senang hati” Sasuke kembali mengecup lembut bibir Naruto.
Naruto mengangguk dan tersenyum. Suasana kembali hening sejenak.
Cairan Alpha bercampur cairan omega, di perut omega menumbuhkan Alpha  baru. Satu kurang akan buat lagi. Tunggu dulu....
Tiba tiba dahi Naruto mengkerut kembali. Ia langsung menoleh pada Sasuke,”Tunggu dulu” Ia menatap netra hitam legam sang raven.
“Apa sayang?”
“Kenapa... kau mengatakan... seolah olah aku tengah mengandung dedek bayi?” Sesuatu dalam dadanya sedikit berdenyut denyut nyeri. Perasaannya tidak enak timbul dalam hatinya.
Sasuke menyentil dahi Naruto, “Tepat sekali sayang. Begitulah cara membuat bayi. Uchiha junior, yang sudah pasti seorang Alpha superior mulai tumbuh dalam perutmu.”
Jantungnya mencelos. Tubuhnya sekejap saja langsung terasa menggigil. Raut wajahnya membeku. “A... pa?” Dadanya terasa sangat berat.
Sasuke menaikkan sebelah alis, “Kau tak percaya?”
Mata Naruto melebar. Ia menggeleng pelan, “Tapi... bagaimana? aku masih kecil... aku... aku tidak mau”
“Baiklah, begini saja. Apa kau merasa perutmu panas?”
Naruto memang merasa dalam perutnya terasa memanas, namun panas tersebut tidak mengganggu. Ia tak mau menjawab. Si pirang hanya terus menatap sang raven dengan lekat.
“Jika ya, berarti rahimmu sedang bereaksi pada spermaku sayang. Kita akan memiliki bayi. Tak peduli kau massih bocah atau sudah tua, selama kau memiliki rahim dan sudah matang, kita bisa memiliki bayi kapan saja” Sasuke kembali mengecup lembut bibir manis Naruto.
Naruto dapat merasakan tubuhnya makin lemas. Tangannya terangkat, ia kemudian meremas dadanya. Terasa nyeri. Kenapa jadi seperti ini?
“Tidakkah kau suka sayang? Kita akan memiliki Alpha superior. Itu yang kau inginkan bukan?” Sasuke berbisik lembut pada telinga Naruto. Ia mengulum lembut telinga tersebut.
Naruto masih membisu. Bibirnya bergetar. Matanya memanas. Ia sama sekali tak menginginkan ini. Ia hanya ingin menjadi seorang Alpha. Bukan ini yang ia inginkan.
“Jika kau merasa kurang, kita bisa membuat lebih banyak Alpha lagi, sayang. Penisku yang berkedut kedut akan dengan senang hati kau jepit dengan lubangmu yang lezat ini” Sasuke mengendus ceruk leher Naruto. Sesekali ia menciptakan kiss mark lagi pada leher mulus tersebut.
“Ti... dak” Naruto berbisik lemah. Ia menggigit bibir berusaha menahan air mata.
“Apa sayang?” Sasuke menyeringai “Aku tak bisa mendengarmu dengan jelas” Ia menjilat pipi Naruto. Gerakan tangannya turun dan meremas pantat Naruto.
“Uh....” Naruto menggeleng pelan. Ia menggigit bibir makin keras. Sakit di hatinya lebih sakit dari tubuhnya. Ia telah dipermainkan. Hancur sudah masa depannya. “A... ku... tidak mau” Setetes air mata turun menuju pelipisnya. Sasuke langsung menjilat air mata tersebut.
“Sudah terjadi sayang, tidak ada lagi yang bisa kau lakukan. Kau Omega milikku, dan akan selalu seperti itu” Sasuke kini sudah berada di atas Naruto. Ia menjilat dan mengulum puting Naruto. Menciptakan bite mark tak pernah menjadi candunya sebelum bertemu si pirang kecil manis tersebut.
“Ugh... hic hic... kau jahat... kau... membohongiku... aku tidak mau... hic... aku mau pulang... hic hic” Naruto mendorong Sasuke dari atas tubuhnya. Namun yang didorong tak menjauh satu inchi pun.
“Percuma kau pulang, sayang” Sasuke menggigit puting kemerahan tersebut sambil menariknya.
“Agh... ahnnn... hic... lepas... Aku tidak mau... hic hic... menjadi omega mu... hic hic”
Sasuke mengambil ponselnya di atas nakas. Ia mengutak atiknya sebentar kemudian menampilkan layarnya pada Naruto. Netra safir melebar. Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Disana ada banyak sekali foto Naruto yang disetubuhi dari berbagai posisi. Air matanya turun makin deras. “Kau ingin aku menyebarkan foto ini?” Seringaian Sasuke makin lebar. Tega sekali....
“Ti... dak... jangan....” Naruto menutupi wajahnya. Ia ingin sekali menjerit keras sekarang. Si pirang tak tahu harus berbuat apa. Hanya bisa menangis... sungguh lemah....
“Orang tuamu pasti sangat kecewa padamu. Kau juga pasti dikeluarkan dari sekolah. Mungkin juga tak akan ada yang mau menampungmu lagi. Kau sungguh memalukan, sayang. Mengangkang selebar itu agar kejantananku mampu menggaruk lubang ketatmu lebih dalam. Bocah binal~” Sasuke melempar sembarangan ponselnya. Ia kembali menjilati leher Naruto. Sang raven rupanya merencanakan seks lanjutan.
“Tidak... tidak... hic hic... mereka... akan menerimaku... orang tuaku tak akan membuangku... hic hic” Naruto menangis sambil memukul dada Sasuke. Ia juga mencakar namun kedua tangannya dengan mudah ditangkap. Sasuke menjilat  jemari kecil Naruto. Ia mengulum dan menggigitnya penuh hasrat. Milikku....
“Kau menjijikkan Naruto. Kau Omega jalang. Semua orang akan membencimu. Tidak akan ada yang mau menerima Omega kecil yang tengah hamil. Pilihanmu kini hanya satu.” Bisik Sasuke sambil tersenyum lebar. “Hanya menjadi milikku”
Sasuke melepas butt plug dari lubang menganga Naruto, dan kembali memasukkan kejantanan beruratnya yang kembali menegang. Kau canduku, sayang. Milikku selamanya....
Malam itu pun jeritan pilu Naruto terdengar menyayat hati. Sasuke menyeringai puas. Sangat puas.

***

Sejak saat itu Naruto Namikaze tak dapat ditemukan dimanapun. Jejaknya menghilang di sekolah Kohona Gakuen tampatnya menimba ilmu. Empat tahun tanpa jejak, kedua orang tuanya mulai menyerah. Mereka tak menemukan sedikitpun informasi maupun bukti bukti penculikan. Sasuke membersihkan semuanya. Bersih sempurna.
Di sebuah kamar besar dalam rumah bagai kastil kerajaan, seorang pemuda berumur empat belas tahun tampak duduk tenang sambil menyisiri rambut seorang bocah. Dia adalah Uchiha Naruto istri rahasia milik Uchiha Sasuke. Ia tak banyak berubah. Hanya makin tinggi beberapa inchi, makin manis dan makin seksi. Rambut pirangnya dibiarkan memanjang atas permintaan sang suami. Yang berubah drastis adalah kulitnya kini seputih susu karena tak pernah terpapar sinar matahari, banyak bekas lebam di tubuhnya, dan ia sering melamun.
Sasuke adalah suami yang kasar dan keras, apalagi di atas ranjang. Ia tak segan segan memukul Naruto jika sang istri tak menurutinya. Kehidupannya kini begitu hancur. Satu satunya kebahagiaan yang diperolehnya hanya dari 2 anaknya.
Sasuna Uchiha dan Naruse Uchiha. Laki lagi dan perempuan Alpha.
“Apa ibu sakit?” Naruse mengerjap pelan ketika Naruto berhenti menyisiri rambutnya. Ia kembali melamun.
“Ah, Ibu tak apa apa” Bukan Naruto yang menjawab. Melainkan Sasuke. Ia baru saja memasuki ruangan. “Bisa kau keluar, Naruse? Ayah dan ibu perlu bicara”
“Baik ayah”
Pintu kamar tertutup dan dikunci dari dalam.
Sasuke menarik Naruto dengan kasar dan membantingnya ke atas ranjang. “Ahh....” Naruto meringis. Sasuke menyobek pakaian Naruto dengan cepat. Tanpa pemanasan, sang raven memasukkan kejantanan tegangnya dalam lubang sempit Naruto.
“Ahn... pelan pelan Sasu... hic hic...” Selalu saja seperti ini....
PLAK
“Sudah kubilang, jangan pernah keluar rumah! Apa yang kau lakukan di halaman pagi ini? HAH?!”
“Aku... hic hic... bosan Sasu... hic hic”
“Kata kataku absolut! Jangan dengan lancang melanggar aturan, MENGERTI?” Ia menyodokkan batangnya dengan keras dan cepat.
“Ahhnn... Aku mengerti... hic hic... maafkan aku Sasuke....” Air mata untuk kesekian kalinya kembali menetes.
“Kau hanya milikku Naruto. Tak ada orang lain yang boleh, bahkan hanya menatapmu sekalipun!”

THE END
Sakit hati ini... tapi mau gimana lagi....
Jaa~

DiamondTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang