Kring.. kring..
Bel tanda masuk pun telah berbunyi. Perkumpulan Ghalih pun membubarkan diri ke kelas masing-masing, saat masuk kelas dan ingin duduk ke tempatnya Ghalih menengok beberapa detik ke arah Dania begitupun saat Dania mengengok kearahnya, entah ini kebetulan atau apa tapi detak jantung Ghalih seketika berdetak lebih cepat dari sebelumnya, dan Ghalih pun cepat-cepat duduk ditempatnya.
Hari ini pelajaran di sekolah berjalan normal tanpa ada gangguan apapun, setelah pulang sekolah Dania ingin kerja kelompok di rumah Rini bersama teman-teman sekelompoknya. Tapi, ia lebih memilih pulang terlebih dahulu baru kemudian ke rumah Rini.
Ketika ia keluar dari gedung sekolah ternyata mobil mama nya belum datang sepertinya belum pulang dari rumah sakit. Terpaksa ia harus menunggu di halte depan sekolahnya. Satu per satu orang sudah ada yang jemput dan pulang, dan kini hanya menyisakan 3 orang, 2 orangnya lagi adalah anak kelas X, dari arah parkiran motor di sebelah kiri halte terlihat Ghalih baru mengeluarkan motor ninja-nya. Dania yang duduk menunggu mama nya sambil membaca novel pun di buat terkejut saat Ghalih memakirkan motornya di depan halte dan memanggilnya. "Dan, lu belum di jemput?" tanya Ghalih dan di jawab dengan gelengan kepala Dania . "Atau mau gua antar aja?" tanya Ghalih lagi, kali ini Dania angkat bicara. "Ng-ngga usah kok paling bentar lagi" ujar Dania sambil tersenyum, "yaudah kalau ga mau, gue tunggu di sini aja ya??" Ghalih lalu duduk tidak jauh dari Dania sambil memangku helm fullface nya. Tidak lama kemudian handphone dania bergetar pelan, tanda pesan masuk.
Mama :
Dania, maaf sayang mama ga bisa jemput sekarang, nanti kalau kamu mau ke rumah Rini baru mama antar ya, kamu pulang naik angkutan umum dulu gapapa ya??
14.27
Dania :
Oh, yaudah gapapa ma, aku sama teman aku aja
14.28
Ghalih tidak tau ini kebetulan atau takdir, tapi ia tidak percaya apa itu yang namanya kebetulan karena semua ini adalah skenario yang di atas, jadi ia menganggap ini adalah takdir. Ia tersenyum manis saat tau Dania tidak bisa di jemput oleh mama nya. "Nanti bilang ya kalau mau belok" ujar Ghalih dari balik helmnya "iya". "Oh iya Dan, lu kemarin jam 5 sore kok balas chat nya Tyo? kasihan tuh, tadi dia mewek" ujar Ghalih memecahkan keheningan diantara mereka. "Hmm, kemarin gue matiin koneksinya, jadi ga tau ada chat masuk. Palingan dia cuma iseng doang, ga terlalu penting". Tinggal berjarak 4 rumah lagi dan sampai di rumah Dania, ia pun langsung melompat turun dari motor Ghalih. "Makasih" ujar Dania sambil membuka pagar dan berjalan masuk, "besok-besok pulang sama gue aja" ujar Ghalih dan Dania menjawab "kalau ga di jemput", "oke".
Sebelumnya ia jarang sekali perhatian dengan seseorang malahan tidak pernah lagi terlihat seperti ini, terakhir yang ia ingat pernah perhatian kepada Herlina. Huh sudahlah tidak baik mengingat hal yang sudah berlalu, itu hanya membuatnya semakin terpukul.
^^^^^^
Aku suka banget sama semua hal ini, ujar Herlina sambil menatap awan senja dan menatap mata Ghalih, yang pertama aku suka sekali sama suasana senja yang damai, yang kedua aku juga suka sama bunga aster karena itu adalah simbol dari kesetiaan, kesabaran dan kegembiraan, ya itu beberapa hal penting dalam hidup, and last but not at least is you, ini yang paling penting dalam hidup aku dan aku ga tau se-frustasi apa aku kalau nanti pisah dari kamu, ujar Herlina yang sekarang sudah berada di pundak Ghalih dan Ghalih pun mengusap lembut rambut panjang kecoklatan milik Herlina.
Disini, di halaman belakang rumah Ghalih, menjadi saksi bisu betapa besarnya cinta Herlina terhadap Ghalih, begitu pula Ghalih . Tetapi waktu membuat semuanya berubah. Saat mereka sama-sama memasuki jenjang pendidikan baru yang sama-sama memasuki SMA BHAKTINEGARA ketika itu ada satu perempuan yang namanya tidak mau lagi Ghalih ingat datang kepada Ghalih dan menembaknya di depan kelas X 4 tepat kelasnya Herlina. Ia sebenarnya tau bahwa Ghalih dan Herlina sudah lama berpacaran tapi ia tidak menghiraukan, ia tetap menembaknya. Kejadian itu di saksikan oleh Herlina dan tanpa tau apa itu jawaban Ghalih, ia langsung berlari menuju luar sekolah dan masuk kedalam mobil papa nya. Secepat apapun Ghalih mengejar ini tidak akan bisa mengejarnya dan akhirnya Herlina depresi berat dan seminggu setelah itu ia dan sekeluarga memutuskan untuk pindah ke Jerman tempat kakeknya tinggal. Dan beberapa hari kemudian Herlina mengalami kecelakaan dan mengalami koma. Sampa sekarang hanya itu info yang ia tau mengenai Herlina, itupun hanya dari bi Siti, orang yang di titipkan rumah sejak keluarga Herlina pindah ke Jerman. Setelah tau ini sudah terlambat, Ghalih menyesal dan terduduk di depan pagar rumah Herlina dan ia secara tidak sadar menangis di bawah derasnya hujan malam itu, bi Siti yang melihat peristiwa itu dari balik jendela langsung keluar membawakan handuk sambil mengenakan payung. "Den Ghalih masuk aja, bibi ga tega lihatnya basah-basahan disini, ini handuk buat den Ghalih, punya non Lina di tinggal disini, sementara karena hujan den nginep aja ya di sini nanti bibi bikinin susu jahe" ujar bi Siti sambil memayungi Ghalih . Ghalih pun menuruti perkataan bi siti dan langsung merebahkan badan di Kasur putih abu-abu di kamar yang besarnya 5x5m ber cat hijau tosca setelah mandi air hangat dan memakai kaus Herlina ia pun menatap beberapa foto polaroid milik Herlina bertuliskan 'my love for him is more bigger than for myself' dengan tanda hati itu seketika membuat hatinya terasa tertarik dan tercabut dari badannya dan menyisakan perut yang terbelah dengan luka di mana-mana. Di foto itu terdapat foto dirinya sedang memegang buket bunga aster berwarna cerah, ia berlutut sambil memberikan bunga itu ke tangan Herlina. Dan satu foto lagi yang bertuliskan 'your smile is my soul', di situ Herlina dengan mata sipit, rambut bergerai di pundaknya tampak manis dengan balutan dress selutut berwarna pink dan di sampingnya ada Ghalih yang memakai kemeja hitam dengan celana senada terlihat merangkul mesra Herlina sambil tersenyum lebar. Entah sudah berapa liter air matanya jatuh saat melihat lembaran-lembaran foto yang tersusun rapih di tembok kamar itu yang sengaja pemiliknya tinggalkan karena tidak ingin mengenangnya lagi. Akhirnya Ghalih pun tertidur untuk menghentikan perasaan bersalah yang ia rasakan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not EXACTLY LIFE
Teen FictionBerawal karena seorang perempuan yang aktif dan ceria bernama Dania Amelia, tidak sengaja menabrak bahu seseorang yang terkenal cuek dan tidak terkarik dengan adanya cinta bernama Pratama Ghalih dan entah ada apa di diri Dania seolah-olah 'kepribadi...