Part 1

308 27 2
                                    

"Bippp Bipp.."
"Bipp bipp.."

Ponsel terus berbunyi dan bergetar, sang pria pemilik ponsel enggan mengangkatnya akibat disibukkan mencicipi dua buah cherry manis memabukkan secara bergantian. Wanita di pangkuannya mendesah, menghunjam kuku tajamnya di bahu pria pengisi malam-malamnya yang sepi.

Pemanasan itu berlanjut hingga si wanita direbahkan di atas kasur hotel yg mewah. Merintih dan meminta pemuasan seutuhnya dan ketika tubuh mereka menyatu dan bergerak seirama, ponsel itu kembali menarik si pria ke alam sadarnya.

"Sebentar sayang.." Ia hentikan ciuman-ciuman nakalnya lalu meraih ponsel yg ia letakkan tak jauh di atas meja lampu kamar. Ia lirik nama di ponsel. Eve. "Aisss.."

Ia angkat sebentar "Ya. Ada apa?" Jawabnya sembari merasakan tangan-tangan mungil di bawahnya mulai membelai dada dan wajahnya, menggoda.

"KAU DIMANA? AYAH MENCARIMU!!" Pekikan lantang itu sontak membangunkan imaji.

"Aisshh.. Aku sedang ada meeting. Nanti aku pulang. Jangan meneleponku terus Eve."

"Oppa...." Rintih seorang wanita yang dapat didengar jelas oleh Eve.

"Samdi Tolol!! Hyung Goblokk!! Kau tidur dengan perempuan lagi hah? Arrghh.. Hyungg!!!" Teriak Eve berang dari seberang ponsel.

Sam menjauhkan ponsel dari telinganya, sebelum gendang telinganya rusak, ia dekatkan ponsel itu ke bibirnya "Nanti aku pulang. Sudah ya.." Lalu menonaktifkan ponselnya.

"Hmm baby... Cepat selesaikan.." Pinta wanita di bawahnya..

"Ohh maafkan aku sayang. "Ia kecup pundak wanita itu kemudian melanjutkan eksplorasi gilanya malam ini berjam-jam..

Sam dan Eve adalah kakak beradik yang jarak lahirnya cukup jauh. Ibu mereka meninggal akibat kanker ketika Eve masih 1 tahun sementara Sam berumur 7 tahun kala itu. Ia hanya bisa menatapi Ibunya yang pergi meninggalkannya dan takkan pernah kembali.

Sejak Ibu pergi, segala urusan rumah tangga diatur oleh kepala pembantu rumah tangga. Eve, cukup mendapat kasih sayang Ayah karna ia anak perempuan. Tapi Sam, ia tidak merasa cukup kasih sayang. Ia kesal kenapa Ibunya pergi terlalu cepat, karna tidak ada yang bisa menyayanginya melebihi kasih sayang Ibu padanya. Yah.. Meski sekarang ada Eve yang sikapnya melebih-lebihi seorang Ibu.

Sam baru saja memasuki rumah ketika tiba-tiba saja Eve muncul lalu menendang tulang keringnya hingga ia jatuh kesakitan.

"Arghh.. Eve kau sudah gila. Sakit sekali.."

"Biar kau tahu rasa dasar pria hidung belang!!! Aku benci padamu!!" Gadis itu beranjak pergi ke kamarnya.

Dengan kaki terpincang-pincang Sam mengikutinya di belakang, " T-tunggu dulu.. Kau ini.."

Ia berdiri di depan pintu masuk kamarnya, berkacak pinggang memelototi kakaknya, "Apa? Aku tidak butuh penjelasanmu. Jangan bicara padaku!"

Sam bengong kemudian tertawa, "Bukankah kau yang dari tadi bicara adikku sayang." Ia peluk adiknya penuh kasih sayang.

"Tidakkk.." Ia meronta minta dilepaskan, "Jangan peluk aku, tubuhmu penuh dosa.."

Kakaknya hanya tertawa masih terus memeluk adik semata wayangnya, "Siapa lagi sekarang yang bisa aku peluk selain kau? Ibu sudah tidak ada."

"Hentikan ucapanmu. Hyung.. Ayolah.. Kau kapan berubah?"

Ia lepaskan pelukannya lalu menatap, "Aku tidak pernah berubah. Kakakmu."

"Kau itu seharusnya menikah.. Kenapa bermain wanita terus. Playboy sialan.. Aku benci pria yang suka mempermainkan wanita dan sialnya kakakku sendiri salah satu dari pria pria brengsek itu." Eve mendengus kesal penuh bara api.

"Siapa yg memainkan siapa??" Alisnya terangkat sedikit heran, "Hubungan yang suka sama suka maksudmu? Tidak ada yang dirugikan. Sudahlah untuk apa membahas masalah kebrengsekanku?" Tangannya memegangi kedua bahu adiknya.

"Ayah mencarimu. Kau tahu. Dan kau malah asik bercinta dengan wanita random yang kau kenal? Apa ayah tidak penting buatmu dari siklus percintaanmu yang tak berujung?"

"Aku ini pria dewasa. Nanti aku ke kamarnya saja."

"Ayah sudah pergi, tolol. Ke Jepang. Dinas."

"Ahh itu sudah biasa." Ia beranjak pergi..

"Kau mau kemana hyung??"

Sam berbalik, "Mandi. Apa harus lapor juga?"

Eve mendadak ngeri, " Ihh sehabis begitu tanpa mandi kau memelukku. Betapa sial aku ini.. Hyahh.." Ia sibuk menepis bajunya mengentakkan kaki ke ubin, merasa jijik, sementara kakak laki-lakinya sudah berlalu pergi sambil tertawa.

Eve dan Sam adalah dua bersaudara yang berbeda jauh persepsinya akan hidup. Bagi eve, hidup ialah untuk beribadah dan melakukan segalanya dengan kebaikan sebagaimana perintah Tuhan sesuai ajaran agamanya. Sementara bagi Sam, hidup itu hampa dan butuh kesenangan. Kesenangan wanita dan hiruk-pikuk dunia malam. Layaknya Angel dan Demon itulah dua kakak beradik ini. Berada di sisi yang bertentangan. Tapi.. Apapun dan bagaimana pun, Eve akan selalu menyayangi kakak laki-lakinya yang ia katai brengsek, bedebah dsbnya. Dan juga Sam yang entah bagaimana tidak pernah bisa marah meski dicaci-maki dan ditendangi adiknya berkali-kali. Karna bagi Eve, ia hanya punya satu kakak. Dan bagi Sam, ia hanya punya satu adik perempuan.

Pagi itu, Eve menarik selimut kakaknya.. "Bangunnn hhhhahh.. Berat sekali lelaki mesum satu ini. Hyungg.. Bagunn ini hari minggu!!!" Pekiknya keras-keras di telinga Sam.

Dengan sangat malas Sam membuka matanya separuh, "Apa ada gempa bumi? Kenapa membangunkan aku sepagi ini Eve. Hentikan. Jangan ganggu aku." Ia tarik bantal menutupi kepalanya.

"Errgh.. BANGUNNNN!!!" Ia tarik bantal itu menarik-narik lengan kakaknya..

"Ohh sial.. Baiklah Yang Mulia aku bangun." Ia lantas duduk di atas kasurnya yang berspray putih, "Ada apa hm?" Ia menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal.

"Cepat mandi. Kita ibadah hari minggu."

"Ohh kau saja. Lebih baik aku tidur." Ia balik merebahkan diri di kasur.

"Kau tega membiarkan adik perempuanmu pergi sendirian? Aku bahkan tidak bisa nyetir." Rewelnya dengan kedua lengan terlipat di depan dada.

"Hm.." Mendengar itu Sam langsung bangun, mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.
Memang hanya itu satu-satunya cara memaksa kakaknya, karena tidak mungkin ia meninggalkan Eve sendirian pergi ke tempat manapun yang ia rasa selalu berbahaya bagi gadis cantik nan polos seperti adiknya ini.

Mereka berdua pergi menaiki mobil mentereng milik Sam yang sudah dimodifikasi. Entahlah kapan dewasanya dia. Yang bisa ia lakukan hanya bersenang-senang menghabiskan uang yang Ayah mereka pasok setiap bulan.

Sesampainya di Gereja yang jaraknya membutuhkan waktu 30 menit dari rumah, Sam duduk di samping adiknya, menatapinya yang kelihatan khusyuk berdoa, dengan menyusupkan jari-jemarinya di kedua tangannya dan memejamkan mata.

"Tuhan.. Aku mohon padamu.. Ubahlah sifat kakakku yang tidak tahu diuntung ini."

Doa itu sontak membuat Sam melirik padanya, "Eh??"

Eve membuka matanya melirik sejenak, kemudian kembali khusyuk, "Ubahlah ia menjadi pria yang baik, yang bisa bertanggung jawab, yang tidak melakukan dosa-dosa. Segeralah tobatkan ia ke jalanmu.."

Sam nyengir lalu tertawa tanpa suara, ia garuk lehernya yang tidak gatal, agak malas sebenarnya mendengar isi doa kebaikan itu yang menamparinya habis-habisan.

"Mungkin.. Dengan ia bertemu wanita baik-baik ia akan berubah. Seperti Ibu yang merubah Ayah menjadi pria yang lebih baik."

"Heh..heyy.. Kau ini sedang berdoa apa bicara huh?" Sam mulai tak sabaran.

"Stt... Berisik." Sam kemudian duduk diam patuh menekuri nasibnya terjebak di dunia yang sebenarnya bukan alam sejatinya.

GreveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang