Part 1

20 1 0
                                    

Hari yg cerah dengan matahari yg bersinar hangat. Seorang gadis bernama Cinta sedang berteriak meyelyelkan dagangannya. Suaranya hampir mendominasi hiruk-pikuk di pasar.
"Semur jengkol.. Rendang jenggkollll!!'' Hampir habis suaranya berteriak dengan lantang dan penuh semangat.

Adalah Hyukjae yg siang menjelang sore itu sedang berjalan mengitari pasar tradisional di salah satu sudut kota, mencoba berbaur dengan yg lainnya, menyamarkan rupanya yg cukup terkenal. Sampai suatu ketika langkahnya terhenti.
Ia melirik seorang gadis dengan lapak dagangannya. Ia putuskan untuk bertanya, "Itu.... Apa??"

"Dicoba dulu tuan.." ungkapnya dengan senyum merekah menyodorkan rendang jengkol itu pada Pria -yg ia belum ketahui namanya- dengan sedikit memaksa.

Hyukjae mengambil lalu memasukkan makanan berbentuk bulat pipih nan coklat itu ke dalam mulutnya, mulai mengunyah. Sekonyong-konyong Hyukjae pingsan. Cinta panik, ia berlari lantas berjongkok di hadapan si pria yg ia belum tahu namanya, mencoba menyadarkan. "Tuann... Tuannn.. Kau tidak apa-apa?"

''Apa yg sudah kau lakukan Ta??'' Tanya Nina kepada Cinta yg sedang menepuk2 pipi Hyukjae yg masih belum juga sadarkan diri.

''Aku tidak tau, aku cuma memberikan tester rendang jengkol padanya..'' gumamnya tak berdosa.

Muncul satu lagi, teman mereka bernama Asni, ''Aigoh aigoh, kan aku sudah bilang kalian berdua itu jangan jualan makanan begituan.''

Nina melirik dagangan klepon milik Asni, ''lantas kau sendiri?''

''Hei.. Kita memang sedang menjajakan dagangan asli Indonesia. Tapi jengkol itu sungguh...aisss..''

Nina memotong, ''Sudah sudah, sebaiknya kita tarik dia ke dalam.'' Menunjuk ke apartemen yang lebih mirip rumah susun tak jauh dari pasar.

Setelah dengan bersusah payah meminta ahjussi penjaja ikan dengan beberapa ahjussi lain yg juga berdagang buah dan sayur, mereka telah berhasil membawa Hyukjae dengan selamat masuk ke apartemen rakyat jelata yg ditempati Cinta.

''Terima kasih atas bantuannya ahjussi.'' Cinta berkali-kali membungkuk sedalam-dalamnya di depan pintu, ketika paman-paman yang baik hati itu beranjak pergi.

''Biar kami yg menjual daganganmu, selagi korban jengkolmu itu belum bangkit dari kubur.'' Ketus Asni. Entahlah, teman yang satu ini terkadang suka-sukanya jika berbicara.

''Hoh, okee..'' Cinta menutup pintu berjalan dengan lunglai menyeret kakinya yang bagai dijejali berton-ton besi.

''Dimana aku?''
Sebuah suara keluar, dan sudah pasti si Pria yang tadi pingsan telah siuman.

Dengan semangat Cinta berlari mendekati sofa tua kuningnya yang sudah kusam berubah warna menjadi coklat.
''Wahh, sudah siuman tuan? Sebentar, aku bikinkan minuman hangat.'' ia berlalu ke dapur sementara Hyukjae bangkit memegangi kepalanya.

Ia melirik sekeliling.
Tempat apa ini??
Terakhir yang ia ingat, dia sedang berjalan di pasar dengan samarannya yang tidak ketahuan siapapun sampai seketika ia merasa limbung. Ia memang tidak fit beberapa hari ini.

''Kenapa aku bisa disini?'' Tanya Hyukjae ketika Cinta mengulurkan segelas air hangat kepadanya.

''Kau pingsan sewaktu memakan daganganku Tuan.''

Serta merta ia bangkit, ''Kauu..'' Ia menunjuk-nunjuk Cinta. Wanita itu sampai mundur saking kagetnya.

''Kau Meracuniku..'' tunjuknya ke depan wajah Cinta bagai panah yang menghunjam jantung. Ia seperti menghakimi Cinta dengan hukuman mati.

''Apa?? Meracunimu?'' Cinta melongo.

''Lantas apalagi? Kalau aku mati bagaimana?''

''Hah??! Kau melebih-lebihkan.'' Cinta meniliknya dari sudut mata. Benar-benar menyebalkan sekali pria ini, ''Kau ini sudah kutolong kenapa malah menyudutkanku?''

Cinta Sepipih Rendang JengkolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang