PELANGI DI BAWAH DESIR ANGIN SAHARA

16 0 0
                                    

Arya Yensei! Aku maju tergesa-gesa, mengambil jatah makananku. Kubawa makanan itu secara hati-hati dan kemudian aku duduk di kursi dekat jendela. Aku selalu merasa tenang, saat angin merembes melewati jeruji jendela dan menerpa wajahku. Di tempat kelam ini, penjara тюрьмыада (penjara neraka), tempat di mana keadilan manusia di laksanakan, kadang kau bisa menemukan kebahagiaan dan ketenangan batin walau hanya dari sebutir nasi.

Aku menekuni makananku. Kuhabiskan suap demi suap. Menikmati makanan adalah salah satu rasa syukur pada Allah yang paling aku suka. Betapa murah hatinya Ia yang telah memberi kita lidah dan rasa lapar sehingga kita bisa menikmati setiap jengkal rasa dalam makanan dan minuman untuk memuaskan rasa lapar kita. Sungguh Allah Maha Pemberi lagi Maha Mengetahui.

Seusai makan dan berdoa, aku tetap duduk di sini, menghabiskan waktu yang tersisa dari waktu makan siangku. Menatap jauh, melewati jeruji-jeruji besi jendela yang sudah berkarat, terus melintasi ruang demi ruang, wilayah demi wilayah, melewati samudra, lalu renungku sampai di sebuah rumah lusuh yang bertengger di sebuah bukit kecil. Aku dapat melihat dengan jelas di kepalaku setiap detail rumah tersebut dan lingkungan di sekitarnya. Di depan rumah terdapat sebuah pohon apel merah yang rindang, dibawahnya terhampar rumput alami layaknya permadani yang empuk dan nyaman jika digunakan untuk sekedar melepas lelah dan ingin beristirahat. Atap rumah yang dibuat dari kayu pinus yang ditutupi daun rumbia; dindingnya yang tersusun rapat dari batuan alam yang terkesan kokoh dan bila tersentuh akan terasa dingin di kulit; jendelanya yang lebar, tanpa jeruji dan bingkai jendelanya yang berukirkan lafadz Allah SWT.. dan ukiran kaligrafi arab lainnya; pintunya yang tebal, terbuat dari kayu mahoni, berukirkan kisah perjuangan Nabi Nuh yang mengarungi Samudra buatan Allah SWT. dengan bahteranya, saat bumi ditenggelamkan oleh-Nya. Permukaan pintu dan jendelanya yang mulus mengkilat karena sering digosok dengan minyak, gagang pintunya yang sederhana dari tali tambang yang diikatkan sekadarnya ke permukaan pintu, dan lantai rumahnya yang datar merata dilapisi oleh tanah yang diatur sedemikian rupa sehingga empuk dan bisa digunakan untuk tiduran tanpa menggunakan alas. Oh, itulah rumahku. Nun jauh di daerah perbukitan Swedia. Tempatku tinggal bersama ibuku, seorang perempuan Palestina yang tangguh.

Aku selalu ingat pesan ibu untuk selalu menjaga kebersihan rumah dan sekitarnya. Karena kebersihan adalah sebagian dari iman. Siapa yang tidak menjaga kebersihan maka imannya tidak sempurna, dan barangsiapa yang imannya tidak sempurna niscaya api neraka akan terhidang baginya. Ibu, aku merindukanmu. Aku merindukan tawamu, senyummu, nasihatmu, caramu menyisiri rambutku, caramu mengajari aku memasak, caramu membuka jendela saat pagi menjelang, caramu mengaji saat siang pun datang, caramu menenun kain seraya bibirmu tak henti-hentinya membaca istigfhar dan shalawat saat malam tiba, dan caramu menatap aku dengan kasih saat kau melepasku untuk dibawa lelap dan dikurung oleh mimpi.Aku hampir menangis. Tapi tidak ada perempuan Palestina yang menangis karena hal sepele seperti ini. Ada rindu yang lebih besar dari pada rindu kepada seseorang, yaitu rindu pada Allah SWT. ibuku selalu bilang begitu.

Aku terpenjara di sini, karena memegang amanah ibuku. Untuk selalu menebarkan agama Allah SWT. yang penuh cahaya dan kelembutan. Tak peduli berapa besar resikonya. Aku seorang wanita, tapi apakah wanita tak boleh menebarkan kebenaran? Apakah wanita tidak diperkenankan untuk menyebarkan bibit-bibit keislaman? Apakah wanita tidak diizinkan memberitahukan bahwa agama Islam itu adalah agama Allah dan yang menentangnya akan menyantap api neraka? Apakah hal itu dilarang? Tidak! Demi Allah SWT. itu tidak benar! Selama tidak bertentangan dengan hukum-Nya dan tidak melanggar firman-Nya maupun sunnah Rasulullah SAW. maka semua hal itu halal hukumnya. Ridha untuk dipikirkan. Dan mendapat berkah jika dilakukan.

Aku seorang pejuang HAM. Seorang pejuang gender. Seorang yang tak rela bahwa hak-hak kaum perempuan yan telah diberikan oleh Allah SWT. melalui firman-Nya dan Hadis Rasullullah SAW di injak-injak layaknya kotoran anjing oleh para pemimpin yang tak bermoral dan hidup berdasarkan zionis Israel-Yahudi serta imperialisme kebejatan barat. Aku memperjuangkan itu semua demi Allah SWT. dan disertai oleh doa dan harap ibuku. Saat para manusia yang telah dibutakan setan itu menuduhku bahwa aku berusaha menghancurkan, menghina dan menginjak-injak martabat mereka dengan meminta kesetaraan gender antara kaum lelaki dan perempuan, mereka menyebutku dalang kehancuran yang akan mengganggu keseimbangan yang telah lama mereka nikmati. Aku pun kembali bertanya-tanya, hak apakah yang aku tuntut dan perjuangkan yang bisa menyinggung mereka apalagi melukai harga diri mereka di hadapan Allah SWT.? aku tak pernah meminta agar kaum wanita bisa menjadi presiden, aku tak pernah menuntut agar kaum wanita bisa menjadi tentara, aku tak pernah meminta agar kaum wanita bisa mengimami solat kaum pria, aku tak pernah meminta agar kaum wanita bisa memilih pasangan hidupnya yang juga wanita, aku tak pernah meminta agar kaum wanita bisa berpakaian seperti kaum pria, aku tak pernah meminta agar kaum wanita bisa membuka aurat semau mereka di hadapan kaum pria, dan pastinya aku tak pernah meminta agar kaum wanita menyembah selain kepada Allah SWT.layaknya sebagian kaum pria lainnya.

Semesta Satu: Kumpulan Cerita Pendek dan Puisi PicisanWhere stories live. Discover now