Who are you? (1)

109 4 2
                                    

Eps : Siapa Kau?
Bagian : 1

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Suara deru kendaraan beroda empat itu terdengar sangat jelas, melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan yang lumayan sepi. Mobil tersebut melaju tanpa tujuan di derasnya hujan malam itu. Melaju dengan segenap perasaan emosi yang disaluran oleh pemiliknya.

~

"Nayla! Dengarkan penjelasanku dulu!"

Pemuda bertubuhkan sedikit kurus itu berlari, mengejar langkah kaki dan menahan tangan dari gadis yang bernama Nayla.

Isak tangis sudah tak dapat dibendung, Nayla menepis kasar tangan pemuda itu, seolah tak sudi disentuh olehnya. "Cukup!..." Nayla menatap pemuda itu dengan pipi yang basah karena air mata.

Sejenak, Nayla menghela napas panjang dan mengalihkan sorot mata sekilas dari pemuda itu "...Aku tidak ingin mendengar apapun lagi darimu!..." sambung Nayla perlahan kembali mencoba-menatap lawan bicaranya meski hati menolak melakukan itu. Dadanya terasa sesak dengan rasa sakit diujung tenggorokan.

"...Semuanya sudah jelas!..." Nayla mengalihkan wajahnya cepat. Menghindari tatapan pemuda itu "...Aku tidak ingin melihatmu lagi!" Lanjut Nayla yang tak kuasa menahan air mata.

"Tapi, Nay..."

"Cukup, Bisma!..." Nayla kembali menatap-membentak kuat pemuda bernama Bisma, Mencela cepat ucapan yang akan disampaikan oleh Bisma.

Nayla menatapnya tajam dengan deraian air mata. Ia tidak ingin mendengar apapun lagi dari mulut Bisma. "...Hubungan kita, cukup sampai disini!..." Nayla meredakan nada suaranya. Dengan berat hati, ia harus rela mengatakan itu. Lalu, Nayla mengalihkan wajahnya, lagi.

Bisma terpaku mendengar keputusan itu, Hatinya menolak keputusan sepihak itu. "...Jadi, jangan pernah kau temui aku lagi karena aku juga tidak akan mencarimu!" Nayla melirik sekilas pada lawan bicaranya itu. Menatap tajam untuk terakhir kalinya.

Bisma menggeleng, menatap gadisnya yang menangis, yang mengatakan hal yang sama sekali tidak ingin didengar olehnya. Matanya mulai berkaca, Ia tidak ingin kehilangan wanita yang sangat ia cintai. Namun apa daya, tak ada yang bisa ia katakan saat itu. Semuanya sudah terjadi, Nayla sudah terlanjur kecewa padanya. Sekeras apapun Bisma mencoba untuk menjelaskan, wanita itu tidak akan mudah percaya lagi pada kata-katanya.

Didetik kemudian, Nayla berbalik-pergi meninggalkan Bisma.  Dan Bisma harus rela, membiarkannya pergi seperti itu meskipun hatinya ingin sekali mengejar dan memeluk Nayla. Bisma lebih memilih untuk berdiam diri, membiarkan Nayla sendiri terlebih dahulu dengan tatapan yang sendu menatap Nayla yang semakin menjauh.

Nayla mempercepat langkahnya menuju mobil berwarna hitam, yang terparkir di depan salah satu tempat makan malam dimana tempat tersebut adalah tempat favoritnya bersama sang (mantan) kekasih.

Nayla masuk ke dalam mobil dengan air mata yang terus mengalir di pipi. Ia benar-benar tak menyangka, Bisma tega mengkhianati cinta nya.

Nayla bergegas menyalakan mesin mobilnya agar cepat pergi dari tempat itu. Dengan kecepatan diatas rata-rata, Nayla terus melaju dijalanan yang sepi dan ditengah derasnya hujan. Entahlah, kemana dirinya akan pergi dengan mobil itu. Pikirannya sangat kacau sekali. "Argh!..." Nayla memukul kuat kemudinya seraya menjerit, meluapkan segala emosi yang ada di dalam hati. Betapa hancur hatinya saat ini.

Nayla terus-menerus menangis sembari mengemudikan kendaraan roda empatnya itu. Matanya kini mulai sembab dan air mata yang berada di pelupuk matanya itu sedikit menghalangi pandangan. Hal itu membuatnya tak menyadari bahwa kini mobilnya berada bukan pada jalur yang seharusnya dan ...

Tin... Tin...

Sebuah mini bus tepat berada didepan, berlawanan arah dengan mobilnya. Mini bus itu sudah sedari jarak jauh memberikan tanda dengan menyalakan kedua lampu depan yang berwarna kuning itu kepada Nayla. Namun, dikarenakan kondisi Nayla yang kacau saat ini, ia tak begitu memperhatikan jalan. Yang ia tau hanyalah pergi sejauh mungkin dari tempat sebelumnya.

BRUK!

Sebuah tabrakan tak bisa ter-elak-kan. Apalagi Nayla mengemudi dengan kecepatan tinggi seperti itu. Ditambah lagi, cuaca yang saat itu dalam keadaan hujan deras. Kedua mobil itu menabrak, beradu kepala bak sedang membuktikan kepala siapa yang paling keras.

*
Engh~
Apa aku sudah mati? Benarkah? Aku mati?

Uhh~
Gelap sekali.
Sepertinya aku benar-benar sudah mati.

Haha~
Baguslah.
Aku mati.

"Tuan Putri!"

"Tuan Putri! Apa yang terjadi? Bangun lah, Putri!"

Tuan Putri?
Ah, yang benar saja.
Siapa yang memanggilku dengan sebutan seperti itu?
Aku bahkan tidak pantas menjadi tuan Putri.

"Tuan Putri!"

Dasar Bodoh!
Bagaimana bisa aku ini Tuan Putri.
Aku bukan tuan Putri! Aku bukan...
*

"Aldan! Apa yang terjadi pada Putri Xylia?."

Jelas. Sangat jelas terdengar. Nayla sadar, dirinya masih hidup. Bahkan ia dapat merasakan ketika seseorang  mengguncangkan pelan tubuhnya.

"Maafkan hamba, Yang Mulia."

"Cepat bawa Putri ke istana!"

*
Tunggu!
Apa maksudnya ini?
Apa aku sedang bermimpi?
*

Ingin rasanya Nayla bangun tapi entah kenapa tubuhnya benar-benar lemas. Bahkan untuk membuka mata saja rasanya tidak sanggup.

Kepalanya mencoba untuk mencerna pembicaraan yang sedang ia dengar. Sebuah pembicaraan yang tidak masuk akal untuknya. Siapa orang yang berbicara itu. Siapa yang mereka panggil dengan sebutan Tuan Putri? Aldan? Putri Xylia? Siapa mereka?

NaylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang