Happy Reading.
"Papa.....!!!!!!!!"
"Arkan, jangan teriak-teriak nak,"
"Assalamualaikum jagoan...!!!"
"Wa'alaikumsalam,"
"Papanya aja kayak toa mesjid, pantes anaknya ikut," cibir Caca.
"Ciee...yang ditinggal seminggu ngambek nih ceritanya?" goda Bayu menaik turunkan alisnya sembari menggendong Arkan.
"Dih siapa yang ngambek?"
"Mamah.." jawab Arkan polos.
"Nah...jagoan Papa pinter..." Bayu mencium Arkan, gemas.
"Pah, Mamah talo malem celing iat-iat poto papah," adu Arkan.
"Iya Mah?" tanya Bayu pada Caca dengan nada menggoda. "Waahh..tau gitu sih aku pulang kemaren deh,"
Caca langsung mendelik sebal saat mendengar kata-kata Bayu, "Oh, jadi kemaren udah bisa pulang? Terus kenapa baru pulang hari ini? Kenapa ga sekalian aja pindah kesana," sewot Caca.
"Arkan, Papa ada bawa oleh-oleh buat Arkan. Tuh dibawain Pak Danu, coba liat gih" Bayu menurunkan Arkan dari gendobgannya dan menghela anaknya pergi ke Pak Danu.
"Holeee.." sorak Arkan gembira.
Bayu berjalan mendekati Caca yang sedang sibuk dengan kue coklatnya. "Sayaaang...kangen..." ujar Bayu manja memeluk Caca dari belakang.
Caca hanya diam, mengabaikan Bayu yang mulai mengendus-ngendus tengkuknya. Sebenarnya Caca juga ingin membalas ucapan Bayu, ia juga ingin membalas ucapan Bayu bahwa dirinya juga sangat merindukan suaminya itu tapi....Caca menahan semuanya demi menjaga kepalanya agar tidak meledak sekarang.
"Ca, kenapa sih?" Bayu menopang dagunya dibahu Caca.
"Kenapa? Aku nggak kenapa-kenapa," jawab Caca seadanya.
"Aku capek banget Ca," keluh Bayu manja.
"Aku juga," reapon Caca membuat Bayu semakin yakin ada yang tidak beres dengan istrinya.
"Malem ini kita makan diluar yuk, sekalian ajak anak-anak," tawar Bayu mencoba meluluhkan Caca.
"Aku sibuk, Bay. Kerjaan sekolah numpuk" Caca melepas pelan tangan Bayu yang melingkari perut dan pinggangnya, lalu meletakkan kue coklat yang telah dibungkus rapi ke atas meja makan. "Aku juga harus anterin pesanan kue," sambungnya.
"Aku temenin ya?" bujuk Bayu tidak menyerah.
"Kamu istirahat aja, capek 'kan?" tanya Caca dengan nada yang menurut Bayu itu bukan nada perhatian seperti biasanya, melainkan nada sindiran dan penolakan yang sangat halus.
"Aku naik pesawat, turunnya langsung dijemput Pak Danu. Aku capek tapi aku sanggup kok untuk temenin kamu," meskipun yaah.....sesungguhnya badan Bayu memang rasanya ingin remuk tapi melihat sikap Caca yang seperti sekarang membuatnya lebih memilih menahan lelah demi melihat wajah ceria istrinya itu.
"Arkan mau kamu nemenin dia ngerjain tugas, kamu bisa istirahat sambil nemenin Arkan. Kamu mendingan sekarang mandi biar seger," ujar Caca santai namun datar. Ini yang Bayu salut dari Caca, istrinya itu selalu mampu bersikap tenang tanpa menunjukkan amarah sedikitpun padahal Bayu yakin Caca sedang menyumpah serapahinya dalam hati. "Aku berangkat ya, ini udah aku masakin makanan kesukaan kamu" Caca meraih tangan kanan Bayu lalu menciumnya.
Belum sampai dua langkah, Caca berbalik lagi melihat Bayu, "Oya, Hira tadi pagi dijemput Mami nanti malem baru dianterin pulang," ujarnya diakhiri senyum simpul yang bagaimanapun caranya tetap terlihat dipaksakan di mata Bayu.
Bayu hanya mengangguk samar, menghela nafas berat dan pasrah setelah Caca menghilang dibalik tembok dapur. Sebut saja Bayu suami paling tidak peka karena setelah hampir 5 tahun hidup seatap, sekamar, dan seranjang dengan Caca, ia selalu menjadi orang terakhir yang tahu apa kesalahannya yang membuat Caca kadang-kadang mendiamkannya, mengabaikannya, mengacuhkannya atau apalah namanya itu.
Caca memang tidak sedingin, sekaku dan secuek dulu tapi Caca tetaplah Caca yang paling pandai menyimpan perasaannya. Seringkali Bayu dibuat menebak-nebak apa kesalahan yang telah dilakukannya, sialnya Bayu memang sedikit lamban dalam memahami situasi. Seperti sekarang ini, Bayu cuma tahu kalau dirinya baru saja kembali dari urusan pekerjaannya diluar kota selama kurang lebih satu minggu. Padatnya pekerjaan disana membuat Bayu sibuk dan jarang menghubungi Caca. Apa karena itu?
To be continued.......
HARAP DIBACA...!!!!!
Hehehe.....
A/n: Yaps....terimakasih untuk risnaawati yang sudah berhasil mendorong saya untuk melanjutkan cerita tidak berfaedah tentang rumah tangga dua sejoli beda usia ini.
Disini aku hanya akan membagikan kisah keseharian Bayu-Caca dan buntut-buntutnya (anak). Masih seperti ceritaku yang lain, tidak ada masalah yang rumit. Dari awal juga aku sudah sering bilang kalau aku tidak pandai merakit masalah yang rumit jadi.......ya begitulah, cukup dengan masalah-masalah sederhana namun tetap rumit bagi Bayu (Bayu mah emang LoLa alias Loading Lama 😑).
Ya pokoknya semoga bumbu di cerita ini masih sama seperti yang kalian rasa di MBA ya.
Oya, kalian ga masalah 'kan ya kalau aku sedikit spoiler? Anggap saja tidak 😅 Aku punya dua cerita On-going lain yang tidak kalah absurb-nya dengan cerita ini.
Cobalah tengok-tengok kat sana, mana tahu kakak-kakak, abang-abang, dan adik-adik ni suka 'kan? Selamat membaca.....
Salam manis dari ujung sumatra... 😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Believe Me [Telah Terbit]
General FictionSequel MBA (Marriage By Accident) [SEBAGIAN PART SUDAH DI UNPUBLISH KARENA PROSES PENERBITAN] "Seorang wanita diuji ketika berada ditingkat paling rendah, sedangkan seorang pria diuji ketika berada ditingkat paling tinggi. Aku tidak menuntut apapun...