Part 1

324 26 2
                                    

"Hei, Park Chorong! Kamu masih mau bekerja tidak?!"

"Eh.. iya tentu saja."

"Kalau begitu lakukanlah! Tak usah menolak! Kecuali kalau kamu mau kontrakmu diputus..... kau ini belum jadi pegawai tetap! Ingat itu!"

*****

Chorong menatap cermin di toilet dengan tatapan kosong. Ingatan kejadian 7 bulan lalu selalu menghantuinya setiap diberi tugas oleh kantornya. Ia berpikir, apakah yang Ia lakukan selama ini hal yang benar. Apakah sesulit ini untuk bertahan hidup. Sudah hampir 1 tahun Ia menjadi pegawai sebuah perusahaan kosmetik. Sayangnya, statusnya masih pegawai kontrak, dan kontrak hanya dalam kurun kurang dari sebulan ini akan habis. Nasibnya kini benar-benar fifty-fifty. Ia bisa saja diperpanjang kontraknya, bahkan diangkat menjadi pegawai tetap, tapi kemungkinan Ia untuk ditendang pun sama besarnya. Berbagai cara Ia usahakan agar Ia bisa bertahan dan dapat diangkat menjadi pegawai tetap. Seperti yang Ia lakukan saat ini.

Setiap ada acara seperti ini, selalu timbul keraguan dalam dirinya. Ia selalu meminta izin ke toilet untuk menenangkan diri sejenak. Walau sudah 7 bulan Ia berada dalam kegiatan seperti ini, tapi tak pernah sekalipun Ia jalani dengan senang hati. Malah Ia merasa direndahkan, tapi apa daya. Ia harus bertahan hidup. Ia butuh uang dan itu Ia dapatkan dari pekerjaannya kini. Ia ingin kehidupannya lebih baik dan nyaman.

Berada dibagian Marketing membuatnya harus bertemu dengan banyak klien. Satu hal yang Ia tak sukai dari budaya kerja diperusahaannya. Mereka harus selalu bisa menyenangkan klien, terutama pegawai wanita sepertinya. Chorong yang good looking, tentu saja menjadi andalan tim nya untuk acara makan malam seperti yang akan Ia lakukan kali ini. Ia harus tampil cantik dan menawan agar bisa menarik perhatian klien. Ia pun harus siap melayani mereka. Walau tak sampai harus tidur dengan kliennya, tapi tetap saja Chorong merasa jijik dengan hal yang Ia lakukan. Ia harus menuangkan minum, harus menemani mereka minum, makan, karaoke, bahkan terkadang Ia harus berdua saja dengan klien. Ia benci hal itu, tapi Ia harus melakukannya, karena selalu mendapat ancaman kontraknya bisa putus kapan saja.

Chorong mencuci mukanya agar terlihat segar. Setelah mengelapnya denagn tisu, Ia memoleskan bedak, menggambar eyeliner, dan juga mewarnai bibirnya dengan lipstik merah agar terlihat lebih menarik. Setelah selesai mempercantik diri, Chorong menarik nafas dan menghembuskannya dengan pelan. Ia berdoa sebentar memohon untuk dikuatkan.

Malam Ini Ia bersama manajernya, salah satu direktur perusahaannya akan bertemu dengan salah satu dirjen perpajakan nasional di restoran makanan khas korea. Sebenarnya ini bukanlah pekerjaan tim nya, tapi entah mengapa Ia dipanggil untuk datang ke acara makan malam ini. Demi bisa menjadi pegawai tetap, Ia terima ajakan atasannya tersebut.

Di meja makan manajer dan direkturnya sudah siap menyambut tamu mereka. Tak lama kemudian, tamu yang akan mereka sambut datang. Dirjen itu didampingi dua pria muda. Chorong memperhatikan salah satu pemuda yang mendampingi dirjen tersebut. Ia tampak mengenal orang tersebut. Pria itu sedang posisi menyamping, mempersilahkan atasannya masuk duluan. Saat pria itu mukanya menghadap ke arah Chorong, Chorong langsung menyadari. Tak menyangka Ia bertemu dengan sahabatnya saat dalam bekerja seperti ini. Ia tahu, sahabatnya itu bekerja di perpajakkan, tapi Ia tak menyangka salah satu tamunya adalah sahabatnya sendiri, Lee Changsub.

Changsub juga langsung menyadari kehadiran Chorong. Ia langsung tersenyum lebar dan melambaikan tangan. Chorong membalasnya dengan senyum dan lambaian kecil. Ia harus menjaga sikap dihadapan atasannya. Chorong memberi tatapan. Ia mencoba "telepati" kepada Changsub agar menjaga sikapnya juga. Sudah berteman dan saling mengenal satu sama lain dalam waktu yang lama, Changsub langsung menangkap sinyal Chorong dan bersikap tenang.

Para atasan saling menyapa dan menjabat tangan. Chorong pun menjabat tangan dengan utusan kementrian tersebut. Saat berjabat tangan dengan Changsub, mereka saling mengeraskan jabatan tangan untuk saling menyapa dan jelas mereka tertawa akan hal itu, namun dalam hati. Saat bersalamn dengan dirjen, Dirjen itu bersalaman dengan dua tangannya dan sedikit mengelus punggung tangan Chorong. Chorong yang tak nyaman hanya bisa sedikit mengerutkan dahi, dan agak menarik tangannya sambil mencoba terus tersenyum.

Value [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang