Pagi menyambut cerah. Entah sudah hari ke berapa sekarang dengan awal cuaca bersahabat padahal telah memasuki musim hujan. Alarm ponsel berdering keras, mengusik seorang gadis yang sudah lebih dulu terjaga tapi tetap terhentak karena bising alarm itu.
"Tck! Ngagetin aja," decaknya, mengambil posisi duduk lalu mematikan alarm.
Kakinya yang menjulur ditarik sampai lututnya naik, spontan menjadi tumpuan kepalanya bersandar. Kinar kembali melamun, hal yang menjadi kebiasaannya sejak beberapa tahun belakangan. Padahal, orang orang disekitarnya sering menakut-nakuti perihal buruknya melamun di pagi hari, tapi tetap saja Kinar tak berhenti melakukannya.
Pada saat melamun, imajinasinya bermain dan akan membentuk suatu sosok dihadapannya.
"Hai Wisnu!" Kinar menyapa. "Kira kira, apa yang bakal terjadi hari ini ya?"
°•°•°•°
Minggu Kinar selalu diisi dengan hal yang monoton setiap harinya. Bangun tidur, nonton tv, beres beres rumah, tidur, bangun lagi, nonton, dan tidur lagi. Lalu sebagian besarnya melamun. Bagi Kinar, saat melamun adalah saat menenangkan dalam hidupnya. Fikirannya jauh dari segala hal yang merepotkan dan memusingkan. Juga memorinya membawa ia melayang ke masa dimana ada banyak tawa disekitarnya.
Kinar tak keluar rumah bukan karena tidak punya teman bermain, namun teman teman sepermainannya kini sudah membatasi diri untuk bermain seperti bagaimana masa kecil dulu demi sebuah gadget dan kehidupan hedonis nya.
Kinar lebih menyukai kesederhanaan, simpel, dan menyenangkan tanpa mengorbankan apapun.
Tapi, ada satu orang yang tidak menduakan Kinar dengan perubahan modern tersebut, namanya Dinda. Ia masih menemui Kinar setidaknya sekali dalam sehari.
"Nah, aku setuju," sahut Dinda.
Mereka tengah membahas perubahan zaman yang ikut merubah teman dan waktu main mereka.
Di kamar Kinar, dengan Kinar yang sedang menulis di meja belajar, sedangkan Dinda tiduran di kasur memainkan ponsel."Kalau aku dikasih pilihan balik ke masa lalu atau sekarang, aku lebih pilih yang pertama. Aku kangen banget waktu kita masih polos polosnya main dan ketawa. Sekarang? jatuh cinta, sakit hati, galau, ihh ribet."
Kegiatan menulis Kinar terhenti mendengar gerutuan Dinda. Ingatannya tertuju pada suatu masa, dimana Kinar sering bermain dan dibuat tertawa oleh seseorang.
"Setuju kan?" Dinda menoleh, melihat teman baiknya diam membuat gadis itu bangkit untuk sekedar menepak punggung Kinar. "Ngelamun lagi?"
Kinar sontak berbalik, "Siapa? Aku lagi nulis kok," elaknya.
"Kirain ngelamun, hehe," kekeh Dinda, lalu kembali beralih ke ponsel.
Kinar mendengus melihat Dinda. Tadi mereka menyinggung anak zaman sekarang yang selalu berkutat pada gadget, Dinda setuju dan menambahkan kalau dia lebih suka zaman dulu, tapi sekarang gadis itu malah tertawa pada ponselnya.
Sahabatnya itu memang agak agak sepertinya.
Kembali Kinar menghadap meja, melihat buku dan baru menyadari tulisan yang ada di sana.
Aku ingin menyerah. Tapi kalau aku menyerah, aku tahu aku akan menyesal. Hai, rindu itu berat, dan aku merindukanmu. Apa kita akan bertemu lagi?
Kinar meraba tulisan itu kemudian meremasnya. Tiba tiba ada sesak menghujam dadanya.
"Din,"
Yang dipanggil menyahut meski tak mengalihkan pandangan dari ponselnya. "Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Day
Short Story[COMPLETE - Oneshoot Story] . . Kinar selalu diberi tahu apa yang terjadi di balik suatu hari. Kinar selalu diberi tahu banyak hal, oleh seseorang tanpa Kinar mau penasaran. Meski Kinar jengah karena tak semuanya akurat, orang itu tak pernah berhent...