Angin bertiup sedikit kencang, hari ini seperti biasanya aku pulang bekerja. Aku berjalan dengan penuh semangat di jalan."Hei seira..kau sudah pulang."
Aku menoleh untuk melihat seorang pria berusia 40tahun menggenakan celemek masak.
"Iyha paman...hari ini aku pulang lebih awal."
Pria itu tersenyum, "Mampirlah sebentar, aku akan memberikan kue untukmu. Bukankah hari ini ulang tahunmu yang ke4?"
Aku mengangguk semangat dan berjalan memasuki sebuah toko roti sederhana milik paman anton. Pemandangan yang tidak asing dan begitu nyaman ketika aku memasukinya.
"Seira..kau datang?", seorang wanita lembut berusia 30tahunan berjalan mendekatiku.
Aku mengangguk, "Bibi kau semakin cantik."
Wanita itu tersenyum lalu duduk di kursi tepat didepanku. "Aha..kau semakin pintar berkata-kata hm.."
"Sudahlah..jangan pedulikan perkataannya seira, lebih baik kau makan ini dulu," ucap paman anton sembari menaruh kue tart kecil dengan lilin bunga dimeja.
Mataku berkilau melihat kue itu, aku meniupnya.
"Sekarang umurmu sudah 4tahun seira..ucapkan harapanmu," ucap bibi hanum.
Aku menutup mataku, "Aku berharap..ayah dan ibu akan melihatku, juga akan memelukku seperti anak lainnya."
Senyum diwajah Anton dan Hanum memudar ketika mendengar harapan Seira, Wajah mereka menunjukkan kesedihan dan rasa kasihan.
Seira membuka matanya, senyum indah terlukis pada wajah mungil dan manisnya.
"Bibi paman..aku harus segera pulang, hari ini ayah dan ibu akan pulang."
Anton dan Hanum saling berpandangan.
"Kau tidak makan terlebih dahulu seira?", tanya Anton.
Seira menggeleng, "Mungkin hari ini ayah dan ibu akan memberiku makanan, tapi jika tidak...aku akan menahannya paman lagipula sudah biasa aku melakukannya."
Anton menepuk kepala Seira pelan, "Jika kau lapar..datanglah kesini, pintu akan selalu terbuka jika kau datang."
Seira menggeleng, "Jika ayah dan ibu dirumah, dan mereka melihatku pergi aku tidak boleh kembali."
Hanum berdiri dan kembali membawa bungkusan.
"Bawalah ini..jika kau kelaparan kau bisa memakannya."
Seira mengambil bungkusan itu, lalu berdiri dan merapika baju lusuhnya, warnanya sudah memudah dan dibeberapa bagian sudah mulai terlihat sobek.
"Terima kasih paman..bibi, aku pulang dulu," ucap Seira.
Hanum dan Anton mengangguk, tatapan mereka tidak pernah berpindah ketika melihat bayang Seira yang semakin hilang.
"Disaat usianya dia seharusnya bermain dengan anak lainnya, tapi dia malah bekerja untuk kehidupannya sendiri. Aku heran dengan kedua orang tuanya, mereka tidak pernah melihatnya apalagi menyentuhnya," ucap Hanum lirih.
Anton menghela nafas, "Aku jadi teringat saat pertama kali bertemu dengan Seira, seorang anak perempuan berusia 3tahun duduk di depan tempat sampah, pakaiannya lusuh tangan mungilnya menggali untuk mencari makanan disana. Wajah mungilnya kotor..tapi dia tetap mencari makanan disana."
"Benar..saat itu kau membawanya kemari untuk pertama kalinya lalu menawarinya makanan, dan bertanya tentangnya. Saat itu dia masih tetap tersenyum ketika menceritakan kehidupannya, sedangkan kita menangis tersedu-sedu. Sudah sejak lahir orang tuanya tidak pernah memperhatikannya, makanan baju dan semua tentang kehidupan dia sendiri yang memenuhinya. Seira hidup sampai sekarang adalah sebuah keajaiban," ucap Hanum.
"Anak itu begitu kuat, kelak dia akan selalu bahagia tanpa tersiksa seperti ini," ucap Anton.
Dirumah
Seira memasuki rumah besar yang indah, kaki mungilnya memasuki sebuah ruangan kecil. Disana terdapat tumpukan kardus dilapisi kain tipis, meja dan beberapa pakaian ditaruh disana.
Seira duduk di tumpukan kardus itu, tubuhnya mulai berebah disana..senyum indah tak pernah hilang dari bibirnya.
"Aku harus mandi..dan memakai baju lainnya, ayah dan ibu pasti senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of My Heart
Teen FictionKetika perempuan tomboy dengan masa lalu yang kelam, hidup dalam kehidupan penuh teka-teki.