1

51 7 3
                                    

Seira begitu bahagia hari ini, ia menggunakan pakaiannya dengan penuh semangat.

Cklik

Suara pintu depan terbuka, Seira dengan senyum menunggu didalam kamarnya.

"Ayah dan ibu sudah pulang..," batin Seira.

Ia berdiri dan mengintip melalui pintu, tapi sebelum itu pintunya sudah terbuka dengan kasar. Seira yang berada tak jauh dari pintu ikut terpental dan jatuh menabrak tembok.

Tubuh Seira yang kecil dan kurus terasa sakit ketika menabrak tembok.

"Ukhhh.."

Rintihan kecil keluar dari mulut Seira.

"Kau!..anak seperti kau selalu saja membuat masalah!."

Seira mendongak senyum polos masih terukir dibibir mungilnya.

"Ayahhh, Seira tidak melakukan apa-apa."

"Ayah?, anak seperti kau tidak pantas memanggilku ayah!."

Seira menyeret tubuhnya untuk mendekati mereka.

"Seira benar-benar tidak melakukan apa-apa."

Seira tetap menyeret tubuhnya untuk mendekat.

"Tidak melakukan apa-apa?, gara-gara tingkahmu semua tetangga mulai membicarakan hal-hal yang tidak baik!."

"Ibu...Seira benar-benar tidak melakukan apa-apa."

Plak

Suara tamparan menggema didalam ruangan, wajah mungil Seira yang bersih kini ternoda warna merah dipipinya.

Ia ingin menangis..tapi disisi lain ia begitu bahagia karna untuk pertama kalinya, Seira bisa merasakan sentuhan ayah dan ibunya.

Seira tersenyum penuh kebahagiaan, tidak ada jejak rasa sakit dari wajah mungilnya.

"Kau dilarang keluar untuk seminggu kedepan!, jika kau tidak patuh kau akan dibuang dan tidak akan pernah kembali lagi!."

Brak!!

Setelah kata-kata kasar pintu tertutup rapat dengan keras.

"Lalu bagaimana aku bisa bekerja.."

Air mata Seira hendak keluar, namun tangan mungil Seira segera mengusap matanya dan menahan air matanya.

"Aku tidak boleh menangisss, tidak untuk sekarang dan selamanya."

<<<<=>>>>

Seminggu berlalu..hari-hari dilalui Seira didalam kamar, tanpa makan dan minum tubuh Seira begitu lemah.

Mata indah Seira menatap cahaya yang keluar dari ventilasi kecil disudut kamarnya. Sudut mulutnya terangkat, tubuhnya bergeser ke arah tembok lalu mengukir sebuah garis lurus berdiri dengan batu ditangannya.

"Sudah 730hari!, aku tidak menyangka..", ucap Seira penuh kemenangan.

Seira langsung berdiri dengan mantab, meski tubuhnya lemah. Tangannya merapikan daerah-daerah kusut dipakaiannya, senyum indah merekah diwajah pucat Seira.

"Saatnya bekerja!."

Seira membuka pintu pelan, kepalanya menengok kekanan dan kekiri. Setelah melihat keadaan sepi tubuhnya mulain keluar dari pintu, ia berjalan santai untuk keluar dari rumah.

Disepanjang perjalanan, Seira berlari menuju tempat kerjanya.

Anton berada di depan pintu toko rotinya, wajahnya tampak khawatir pandangan matanya tak henti-henti berpindah seakan mencari seseorang. Pandangan matanya berhenti ketika melihat siluet putih berlari mendekat.

"Hanum!, keluarlah..lihat Seira sudah datang!," ucap Anton penuh semangat.

Pintu roti terbuka dari dalam, sosok wanita baya keluar.

"Dimana?"

Jari Anton menunjuk sosok kecil berpakaian putih berlari mendekat. Hanum tidak bisa menyembunyikan wajah khawatirnya, air matanya mulai menetes ketika melihat Seira berhenti didekatnya.

Seira menatap bingung.

"Bibi, paman ada apa?"

Hanum langsung memeluk tubuh kurus Seira.

"Bagaimana keadaanmu hmm?, dan mengapa kau tidak muncul selama seminggu? Cepat katakan kepada paman," ucap Anton.

Seira tersenyum, "Seira baik-baik saja, Kemarin Seira berada dirumah karena ayah dan ibu menghukum Seira. Tapi paman dan bibi tidak perlu mengkhawatirkanku..Seira sudah besar."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Sound Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang