BAB 1 - Pelarian...

721 15 9
                                    


Selamat datang di SMA BINA BANGSA. Salah satu SMA bergensi, terfavorit dan bertaraf Internasional di SALATIGA, ujarku memberi sambutan pada diriku sendiri. Langsung setelah menginjakkan langkah pertama memasuki area sekolah.

Langkah pertama? Yub. Aku murid transfer alias pindahan. Dari BINA BANGSA di Bandung. Kenapa aku pindah? Ada cerita dibalik alasanku transfer. Mungkin lain kali aku akan bercerita kenapa aku meloncat dari Bandung ke Salatiga. Dari Satu Provinsi ke Provinsi yang lain. Atau mungkin tidak. Karena aku harap aku bisa memulai hidup baru di Kota ini.

Salatiga, Kota kecil tapi Metropolitan...

"Kau Pasti ANANDA DIRGA" Seorang Guru Wanita berkulit gelap langsung bergegas menyalamiku begitu aku memasuki Ruang Kesiswaan. "Saya Debora, Guru Kesiswaanmu, tapi anak-anak disini biasa memanggil saya Bu Deby"

Aku menyambutnya sambil tersenyum. "Nanda"

"Kau datang awal sekali, ku pikir kau akan datang satu jam lagi? Silahkan duduk Nanda" Bu Deby menunjuk kursi di depan sebuah meja kerja dengan sumringah. Mejanya tampak rapi. Hanya terdapat beberapa alat tulis dan papan nama kaca. WISNU KENCANA, S.Psi.

Tanpa sadar aku langsung mematung dan mengerutkan dahi. Bu Deby yang menyadari bahwa aku telah membaca papan nama itu langsung menjawab tanpa ditanya.

"Saya juga Guru Baru disini, Nanda. Maaf kalau ruangan saya masih berantakan" Dia buru-buru mengambil Papan nama Kaca itu dan memasukannya ke dalam sebuah kardus ukuran sedang yang baru ku sadari juga ada kardus yang lain. Dia memang sedang berbenah di tempat kerja barunya. Tapi buru-buru mengambil papan nama tadi? Ku pikir itu aneh.

Dia tak perlu mengambilnya. Tapi itu juga bukan urusanku sebenarnya, kenapa dia melakukan itu, dia guru baru atau bukan. Aku kesini hanya ingin tahu aku harus menjalani keseharianku di kelas mana. ( Menyibukkan diri sebenarnya )

"Emm, Kau mau minum sesuatu Nanda?" Tawarnya sambil tersenyum yang tampak sekali dipaksakan. Terlihat Gugup. Seperti telah terpergok melakukan sesuatu hal yang tak seharusnya diketahui orang lain. Karena aku melihat papan nama tadi? Oke. Sekali lagi itu aneh. Atau aku yang terlalu aneh karena mencurigai sesuatu hanya karena instingku meradar sesuatu yang orang lain tidak bisa capai. Atau aku masih belum move on karena membaca buku misteri yang aku baca selama perjalan dari bandung kemarin?

"Oh, Tak perlu repot Bu Deby, saya kesini hanya ingin tahu kelas saya"

"Oh yaa, Saya Lupa" Bu Deby melihat jam tangannya, Jam Tangan branded, kalau tebakanku tepat. Aku pernah melihatnya di salah satu katalog majalah. "Sepertinya aku salah, kau datang tepat waktu Nanda, sudah jam masuk sekolah. Aku bisa langsung mengantarkanmu ke kelas sekarang juga?"

"Tentu" Aku menjawabnya sambil tersenyum.

Kami keluar ruangan. Aku mengikuti Bu Deby yang tampak masih gugup. Sesekali dia melirikku dengan lirikan aneh. Tapi aku berusaha menjauhkan instingku kenapa dia gugup seperti itu dengan melihat-melihat kiri kananku, melihat situasi Sekolah selama perjalanan.

Ruangan Guru dan Staff jadi satu dalam satu Gedung. Sebenarnya 2 Gedung 2 lantai, tapi menyatu menjadi satu dengan dihubungkan lorong jembatan yang dibawahnya Hall Sekolah.

Kemudian kami melewati Lapangan Outdoor, yang biasa untuk Olah raga dan Kegiatan Olah Raga, seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Lapangan itu diKelilingi pagar Besi. Tampak sedang ada kegiatan di Sana. Ku tebak pelajaran olah raga.

Kelas Baruku ada di Lantai Tiga. Gedung pertama Tidak Jauh dari Lapangan Outdoor yang ku lewati tadi. Aku suka lantai atas. Tapi sayangnya Sekolah ini belum ada Lift meskipun sudah berlabel Sekolah bergensi. Berbeda dengan yang di Bandung atau di Jakarta. Aku bersyukur dengan naik turun tangga bisa tetap menjaga bentuk tubuhku. Tapi aku ragu dengan betisku. Aku takut akan membesar dan berotot.

SEGITIGAWhere stories live. Discover now