4. Mau atau Tidak, Harus Mau

17.3K 1.5K 11
                                    

"Nimas, Mama sama Gani mau ke apartemen kamu nanti sore, kamu pulang jam berapa?"

"Mau ngapain, Ma?"

"Ya mau ketemu anak Mama lah. Mau dateng ke apartemen anaknya aja emang harus ada alasan?" ucapnya, "kamu pulang jam berapa?" lanjutnya.

"Jam lima kira-kira, Ma."

"Itu kamu keluarnya atau udah sampai di apartemen?"

"Keluarnya, Ma," sahutku.

"Ya udah, Mama berangkat jam tiga sore lah kira-kira, kamu gak ganti password apartemen kamu kan?"

"Belum, Ma."

"Ya udah nanti Mama masuk sendiri aja."

"Oce, Ma." Untung saja apartemenku tidak terlalu berantakan, dan tidak ada barang aneh-aneh, jadi aku merasa tenang saja kalau memang Mama akan masuk ke apartemenku.

"Kamu jawabnya singkat-singkat amat sih?"

"Lagi capek, Ma. Udah dulu ya, biar aku pulangnya gak sore banget."

"Ya udah. Udah makan siang belum tuh kamu?"

Aku menghela napas. "Udah, Ma. Tenang aja."

"Ya udah, Mama tutup."

"Iya, Ma."

Setelah ditelepon oleh Mama, aku jadi tidak konsen lagi menyelesaikan pekerjaanku. Aku terus kepikiran, apa yang direncanakan sama Mama sampai ia merelakan datang ke apartemenku dan membawa Gani si Pengacau.

Aku memijit pangkal hidungku. Rasanya jadi semakin pusing saja memikirkan hal itu. Aku pun memilih untuk mengakhiri pekerjaanku dan bersiap untuk pulang ke apartemen.

"Lah, tumben lo jam segini udah mau pulang aja, Nim?" Vira yang melihatku sudah siap pulang, menghampiriku.

"Iya nih, nyokap gue katanya mau dateng ke apartemen," ucapku sambil mengusap wajah lelah.

"Dilihat dari gimana lesunya muka lo, kayaknya bakal ada bahasan soal mantu deh," ucapnya sambil bergaya layaknya detektif profesional. Dengan memicingkan kedua matanya ditambah mengangguk-anggukkan kepala pelan dan mengelus dagunya dengan jari telunjuk.

"Gak tau, gak ngomong sama sekali mau ngapain ke apartemen gue."

"Fix!"

Aku mengernyit dan menoleh padanya. "Apaan yang fix?"

"Nyokap lo bakal ngomongin mantu, percaya sama gue," ucapnya mantap.

"Ah elah, ngomong sama lo malah buat mood gue makin turun aja. Udah ah gue balik duluan." Aku semakin kesal jika harus mendengar ucapannya terus-menerus.

"Ya udah. Nanti gue bantu cari cowok yang kali aja mau sama lo ya," ucapnya disertai kikikan.

"Kampret. Gue gak se-hopeless itu kali." Setelahnya, aku pergi meninggalkan Vira yang masih tertawa. Benar-benar!

Mempunyai seorang teman seperti Vira terkadang mampu membuat beban pikiranku berkurang, tapi ada kalanya juga semakin bertambah karena ledekannya. Seperti yang barusan dia katakan, bukannya meringankan, justru menambah beban pikiranku. Mantu kata dia? Bah!

Semasuknya aku di apartemenku, aku melihat Mama dan Gani sedang duduk di depan televisi dengan cemilan di hadapan mereka. Ditambah dengan pekikan teredam dari keduanya saat muncul pemeran utama dari drama Korea yang mereka tonton. Aku memutar mata jengah. Pantas saja salamku tidak mendapat jawaban, kedua orang itu sudah duduk manis menghadap sosok yang diidolakan oleh mereka.

Low #ODOCTheWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang