Mempercayakan Jeda

13 0 0
                                    

Pada gerimis yang tiba di awal petang yang mulai remang, memoar tentangmu masih saja mengulik genangan di sudut mataku. Rasanya rindu begitu tempias, ketika dalam satu kedipan saja ia mampu menerjemahkan peristiwa-peristiwa yang telah berlalu.

Di bawah monokrom kelabu, dalam keterasingan masing-masing, kita sedang menatap langit lekat-lekat. Baik kamu ataupun aku sama-sama penyuka hujan, bukan? Ah, tidak sebenarnya aku menyukainya karena kamu suka. Kamu ingat? Mengapa kita harus melepaskan genggaman tangan terlebih dahulu? Sebab, untuk memperoleh restu semesta kita harus saling mengikat diri lewat jeda.

Terjerembap dalam kenangan membuatku menyalakan api unggun di tengah rintik hujan yang berlagu. Maka, akan terus kujaga hangatnya baik-baik dalam ingatan. Aku tak sedikitpun menyalahkan jeda. Sebab, kita mengerti bahwa berjuang tak harus saling menyeiramakan langkah kaki. Ada saatnya nanti.

Sabarlah sejenak. Bukan berarti aku melepas penuh ikhlas tanpa acuh. Tapi, aku melepas penuh pasrah berserah kepada-Nya. Aku tetap memperjuangkanmu dengan caraku dan melibatkan-Nya di berbagai waktu. Sebelum terikat dan sepakat menyimpul, ada kesempatan bagi kita merayakan ruang sendiri. Sebelum akhirnya menjadi satu.

Tiba-tiba resah menyusup dari balik jendela; menghidupkan tanya yang terdengar sumbang. Lalu gemercik prasangka satu per satu jatuh; mematahkan percayaku pada jeda, "Apakah rasamu akan pudar suatu hari nanti? Karena kita yang saling menjauh sementara waktu. Sedangkan rasaku sampai kapanpun akan tetap sama, aku bisa buktikan."

Tanpa terburu aku berusaha menegakkan tanggungjawab atas diriku sebelum kamu. Tapi, "bagaimana jika ada yang mendahuluiku? Apakah kau akan menerimanya?"

Percayalah pada jeda dan Sang Maha Kuasa bahwa Dia akan tetap menjaga kita. Sebab, serangkaian ujian pasti mampir tanpa permisi. Maka, selalu mendoakanmu menjadi bingkisan paling istimewa yang bisa kuberi; sebagai pereda denyut prasangka yang berdebar.

Hingga selepas sujud tanpa melewatkannya aku jadi banyak meminta; menengadah semoga dimana-mana.

Aku percaya pada doa dan Aamiin yang terus berlanjut tanpa jeda.

05/09′17

Enigma RasaWhere stories live. Discover now