Meski, bayangmu masih maya dalam angan-angan, lewat sepertiga malam, subuhku akan tiba. Ketika dengan lembutnya kau bangunkanku. Dan wajahmu menjadi senyawa bahagia yang akan membuka tiap pagiku pertama kali.
Sebelum fajar mulai berkuasa, aku berlari menarik tubuhmu mendekat ke tepi laut; menanti kolase langit yang memudar penuh cahaya. Kita duduk di dekat perahu kecil itu; menaruh janji bersama yang melingkar pada jangkar.
Lalu membiarkan riak-riak kecil ombak menyentuh sela jemari kita. Dalam beningnya ada haru yang merayap pada hati masing-masing. Ada cinta yang dibasuh dengan cinta-Nya, yang begitu hangat. Betapa aku jatuh cinta dengan caramu mencintai-Nya. Dan dengan caramu mencintaiku. Maka tak kupasang ragu-ragu lagi.
Pada titik ini, kupercayakan padamu nahkoda dari segala nahkoda yang bersiap mengaruhi luasnya lautan. Aku akan menjadi pendamping yang setia menemani. Aku akan mengikuti seluruh titahmu; membentangkan sayap-sayap tabah ketika ombak perlahan mematahkan sampan kita. Pun ketika ombak siap menghantam perahu kita.
Waktu memang tak pernah mengkhianati janji. Kau bukan lagi maya. Sesaat aku mendamba. Sesaat aku melihat kacamatamu yang mulai mengembun. Sesaat kita berhenti melabuhkan semoga. Sebab, semua telah benar-benar nyata. Subuhku digetarkan oleh suaramu.