Gak kerasa udah satu minggu sejak peristiwa itu.Aku merasa bersalah banget ninggalin Senna sendirian,gak tau deh gimana harus lihat mukanya pagi ini
"Pagi Senn..kamu baik-baik aja kan?".Dia hanya melihatku dan meninggalkanku.Di jalan menuju sekolah suasananya hening banget.Senna hanya diam termenung.
"Senn..aku duluan ya masuk kelasnya".Lagi-lagi dia hanya melewatiku.Emang salahku sih bicara soal Minami,tapi kan itu udah 4 tahun yang lalu?
"Senn...gimana kalau liburan ini kita pergi ke pantai?".Lagi-lagi hanya diam."Senn..aku minta maaf yang kemarin,aku gak bermaksut nyinggung soal Minami,aku pikir kamu terlalu tergantung pada kejadian 4 tahun lalu.".
Sesaat aku melihat sisi yang berbeda dari Senna."Jangan sok perhatian deh,mending kamu ngaca sama sikapmu itu!"."Tapi aku hanya mau kamu bahagia Sen !"."Hm!Aku gak butuh saudara kayak kamu."
Kata terakhir Senna selalu terngiang di kepalaku.Apakah aku memang saudara yang tidak berguna.Aku mulai berpikir apakah sebenarnya ada orang yang menginginkanku
Ini sudah satu bulan kami tidak saling bicara.Bahkan dirumah pun,dia gak mau lihat mukaku."Senna..ayo makan."."Sudah kubilang kan,jangan sok perhatian !".
"Diam!".Untuk pertama kalinya aku melihat Ibu teriak kepada kami.Selama ini ibu adalah ibu yang sangat sabar,ceria,dan penyangang."Jangan bertengkar dalam rumah ya..ibu gak suka dengernya.".Ibu mengucapkan itu dengan tulus.Mendengarnya membuatku sadar kalau hubungan persaudaraan kami ini sudah mulai retak.
Senna yang dulunya adalah orang yang membuatku bahagia,sekarang menjadi orang yang paling menyakitiku.