2.) Definisi Bahagia

50 2 2
                                    

"Apakah mungkin dia definisi bahagia. Dengannya aku bersedia habiskan usia."









Javas melangkah dengan senyum menawannya melewati koridor. Para siswi berdecak senang melihat Javas yang hari ini terlihat lebih murah senyum.

"Duh mak. Senyumnya kak Javas bikin diabetes akut,"

"Aku rela di halalin sekarang bang Jav."

"Hai kak Javas,"

"Omaigat ! Kak Javas senyum ke gue !,"

"Woy Jav !!!" suara itu menghentikan langkah Javas. Javas mendengus, dan menoleh.

"Apaan sih Bas. Gak usah teriak-teriak gitu napa ? Ini bukan hutan." geram Javas. Bastian menyeringai dan mengangkat kedua tangannya,

"Selow bro selow..." kata Bastian.

"Lagian napa sih ?," Javas melanjutkan langkahnya dan Bastian menyejajarkan langkah mereka berdua.

"Gini bro, kayaknya lo bakal ada rival deh buat menangin hatinya si Kenar." bisik Bastian. Javas menoleh,

"Siapa ?,"

"Kavin."

"Kavin ? Dia suka juga sama Kenar ?,"

"Kayaknya gitu. Tapi gak tahu deh, tebakan gue sih gitu. Dan Ilton juga ngasih tahu gue,"

"Oh."

"Kok oh doang lo ?," Bastian menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu.

"Bagus dong kalo ada saingan. Gue jadi lebih semangat buat dapetin Kenar." ujar Javas mantap. Bastian tersenyum miring. Javas adalah Javas, si penyuka tantangan. Siapa pun saingainnya meski itu Kavin yang kini sudah masuk geng mereka, itu tidak masalah.

"Jav..."

"Hm,"

"Selama ini gue liatin lo kekeuh banget ya ngejar si Kenar. Padahal kan cewek cantik selain dia masih ada disekolah ini." ujar Bastian.

Javas menoleh pada Bastian dan kemudian mengedikkan bahunya.
Bastian mendecakkan lidah.

"Ahelah gue kira lo bakal ngasih tahu alasannya." kata Bastian.

"Lo mau tahu aja apa mau tahu banget ?," tanya Javas.

"Nggak dua-duanya dah, Jav ! Gue cuma mau tahu bulat !," ucap Bastian frustasi. Javas terbahak.
Mereka kini sudah berada ditaman belakang sekolah, yang dijadikan markas mereka. Javas dan Bastian duduk disalah satu bangku itu.

"Kalo lo mau tahu alasan kenapa sejak dulu gue kekeuh banget ngejar si Kenar. Karna dia beda. Dia ajaib, Bas." kata Javas dengan pandangan lurus ke depan. Bastian ternganga, "ajaib ? Lo pikir kapur apa ajaib segala !," timpal Bastian.

"Ck— serius gue, Bas."

"Gue juga serius, Jav. Jadi kapan kamu ketemu sama orangtua aku ?," kata Bastian sambil memasang tampang yang membuat Javas bergidik jijik.

MILESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang