14. Painting Spring

2.2K 316 40
                                    

.

We, during this past spring,
Painted the beautiful sky.
And one by one, drew each and every flower's petals
.

Suasana riuh teriakan penonton membuat pertunjukkan konser itu semakin terlihat megah. Di deretan bangku paling belakang, duduk seorang wanita yang sama sekali tidak terlihat antusias.

Lantunan lagu Ruin milik Shawn Mendes masih mengalun. Pandangan wanita itu terkunci lurus pada sosok pria tampan yang masih sibuk bermain dengan gitarnya.

Tampan.

Ia mendesah pelan. Kemudian ia berdiri dari kursinya. Berjalan menuju pintu keluar. Semuanya sudah selesai. Saat ia melangkahkan kaki keluar.

Ia telah selesai. Kisahnya sudah selesai.

**

.
Wondering if we could capture
The beating of our hearts in a painting
It was a warm spring
.

"Ia tidak datang bukan?" tanya seorang pria ketika ia memasuki ruangan-nya.

"Yoona datang, kamera cctv mengambil gambarnya. Ia duduk di tribun paling belakang. Tapi tidak lama, hanya setengah jam." jawab pria bertubuh tambun. Kemudian pria itu menyerahkan kain handuk padanya. "Apa yang kau harapkan, Sehun? Ia sudah menyerah."

Oh Sehun, pria itu tersenyum tipis. Ia merebahkan tubunya di sofa lalu memfokuskan pandangannya ke langit - langit.

"Yah, kau benar. Apa yang kuharapkan? Aku sudah menorehkan banyak luka padanya." bisiknya lirih.

**

.
But now our spring days have faded
The paint bled and bled and we had to repaint them
.

Wanita bernama Im Yoona itu melangkah masuk ke sebuah ruangan mewah. Pandangannya langsung bertemu dengan seorang wanita cantik. Ia tersenyum tipis.

"Kau sudah datang?"

Yoona mengangguk pelan kemudian mendudukkan dirinya di bangku paling ujung.

"Langsung saja, kau sudah menggugatnya?" tanya wanita cantik itu. Yoona menatapnya penuh dengan ketenangan kemudian tangannya bergerak mengeluarkan sebuah map dari tasnya.

"Kau hanya perlu meminta tanda tangannya maka kami telah bercerai."

Wanita cantik itu menaikkan sebelah alisnya menatap Yoona. "Kenapa tidak kau saja yang memintanya?"

Yoona tertawa pelan. "Aku sudah melakukan yang kau minta, haruskah aku melakukan hal itu juga, Jung Krystal?"

**

.
Oh, the season of our spring days have come again
I shamefully.
.

Oh Sehun masuk ke dalam apartemennya yang kini terasa lebih tenang dari biasanya. Tanpa mengganti pakaiannya ia kembali merebahkan tubuhnya di sofanya.

Pikirannya berkelana ke masa lalunya. Hubungannya dengan Yoona memang bukan yang ia harapkan dulu, tapi kini ia kehilangan sosok wanita itu.

Ia masih ingat bagaimana wanita itu meminta hubungan mereka berakhir.

"Mari kita bercerai."

Setelah mengucapkan kalimat sakti itu, Yoona benar - benar pergi dari hidupnya. Tanpa sedikitpun berusaha menoleh padanya.

**

.
We painted together, but you grew away from me one day
I try to clear my memory, but I can't
We're becoming hazy now
Blurry in the tears
A spring day that will never come again
.

Yoona memasuki sebuah cafe dengan perasaan bercampur aduk. Hari ini adalah hari pertama pertemuan ia dengan Sehun setelah perpisahan tidak resmi itu.

Sampai saat ini, ia belum mendapatkan kabar soal sidang perceraian mereka.

Surat perceraian itu tidak pernah sampai ke tangannya kembali.

Lamunannya terhenti saat langkah kakinya berhenti di sebuah meja. Sehun mendongak dan bertemu pandang dengan Yoona.

"Yoona.."

"Apa kabarmu?" tanya Yoona pelan. Ia melepaskan tasnya dan menaruhnya di atas pahanya.

Sehun menatap gerakan itu, lihat hanya melakukan gerakan tangannya Yoona tetap terlihat cantik. Bahkan wanita itu telah memotong rambut panjangnya.

"Kau bisa lihat, aku baik. Kau sendiri?" tanya Sehun berbalik.

Yoona mengangguk. "Selalu baik."

Mereka terdiam sejenak. Membiarkan keheningan diantara mereka mendominasi. Sebelum akhirnya Yoona berdehem pelan. "Kau sudah menandatanganinya?"

Sehun terdiam pelan. "Yoona.."

"Jangan buat ini rumit, Sehun-a. Aku sudah susah payah berdiri di sini. Melupakan semua kenangan kita? Tidak semudah aku mencintaimu. Jadi tolong, sekali saja pikirkan diriku." jelas Yoona dengan tenang.

"Aku mencintaimu. Masih mencintaimu." Balas Sehun tidak mau kalah. Yoona menggeleng. "Sudah bukan momentnya kau mengumbar cintamu padaku."

"Yoona, tolonglah."

Yoona menatap Sehun tajam. "Tanda tangani suratmu. Dan aku akan pergi."

Lalu wanita itu berdiri dari tempatnya. Sehun mendadak panik. "Kau mau kemana?"

"Pergi. Berbicara denganmu tidak akan pernah selesai."

"Yoona beri aku satu kesempatan lagi." pinta Sehun lirih.

Yoona berbalik. Menatap lamat - lamat pria yang masih berstatus menjadi suaminya hingga kini. Pria yang ia cintai.

"Apa kau memikirkanku ketika kau menghamili Krystal?" balas Yoona telak. Sehun terdiam.

Senyum tipis masih terpeta di wajah cantik Yoona. Ia menghela napas pelan. "Kau hanya takut aku pergi. Karna hubungan kita sudah dimulai cukup lama. Tapi kau lupa, sejak kau debut. Hubungan kita sudah rusak."

"Yoona.."

"Hanya tanda tangani saja. Dan nikahi Krystal. Aku pergi dulu."

Sehun menatap punggung kecil itu yang semakin menjauh.

Berbagai kesalahan yang ia lakukan berputar di kepalanya. Ia menangis. Kesalahannya memang tidak pernah di maafkan Yoona. Ia menyerah.

End.

Catatan.
Ini adalah salah satu spoiler ff terbaru saya yang akan terbit nanti setelah into you selesai.

PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang