Diriku

19 2 0
                                    

Gema POV

Gue Gema, seorang laki-laki yang sedang kebingungan, kebingungan bukan tentang rasa? Tapi bingung bagaimana caranya agar gue bisa melupakannya. Melupakan siapa? Nanti kalian semua akan tahu sendiri.

Wanita gue banyak, hehe maaf maksudnya bukan gitu. Gue pernah menempatkan hati cewek-cewek di hati gue, tapi kenapa selalu sebentar? Apakah mereka tidak nyaman sama gue? Bodo amat. Yang penting gue merasa happy life, meskipun di balik hobby gue ini ada satu macam hal yang seperti permen karet yang menempel di rambut, susah dihilangkan. Itu hidup gue, Gema.

×××


Kotak kecil bewarna merah itu disodorkan oleh Revan untuk Gema, "gak. Makasih." Ucap Gema yang menolak kotak yang berisi rokok tersebut dari Revan. Revan menghisap rokok tersebut lalu menghembuskan asap lewat hidungnya. "Kenapa sih bro? Hari ini lemes banget? Menstruasi?" Celoteh Revan yang bersahabat dengan Gema sudah sejak di bangku SMP.

Gema mengacuhkan Revan, merogoh saku kanannya mengambil ponselnya. "Bacot!" Umpat Gema sambil menatap layar ponselnya.

"Siapa? Nenek lampir lo ya?" Tanya Revan yang masih dengan rokoknya.

"Heeh siapa lagi coba? Kalau bukan cewek gila itu?" Maki Gema dengan sebencinya.

Via Adriana, nenek lampir yang dimaksud oleh Revan dan cewek gila yang dimaksud oleh Gema. Cewek sebangku Gema yang berperilaku seperti ibu Gema sendiri.

From : Mak Lampir

Lu bocah. Cepetan ke kelas gak? Tugas banyak, dan 15 menit lagi pak Rohmad dateng. Kalo lo gak dateng, abis gigi lo!"

Itulah pesan dari Via, yang selalu membuat Gema mengumpat jika membacanya.

Gema kembali memasukkan ponselnya dan beranjak dari tempat duduknya. "Mau kemana lo? Masih jam segini loh." Revan dengan bingungnya. "Kelas." Jawab Gema singkat, padat, dan jelas yang kemudian langsung berjalan pergi meninggalkan Revan. "Ciee yang takut dimarahin mak lampir." Oceh Revan untuk Gema dan Gema hanya menunjukkan punggungnya saja tanpa ada ucapan.

Cowok tersebut berjalan santai dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana. Melewati koridor demi koridor sekolah, Gema tetap berjalan santai meskipun banyak pasang mata yang sedang melihatinya, menaikki anak tangga dan kemudian sampailah cowok tersebut ke kelasnya. Berjalan ke arah belakang dengan wajah datarnya, kemudian mendaratkan bokongnya empuk yang di sampingnya ada Via yang sedang menatap Gema dengan gaya cute buatan miliknya.

Gema bergidik melihat Via yang bertingkah seperti itu, "apa lo?" Tanya Gema yang merasa risih dengan tatapan Via yang seperti itu. "Wah, wow, amajing, pangeran kodok yang tanpa dosa. Asal lo tau gue udah telat istirahat demi ngerjain tugas kerja kelompok sendirian. Dan pada akhirnya sang pangeran pun juga akan mendapatkan nilai meskipun yang ngerjain itu gue sendiri." Oceh Via dengan kesalnya kepada seseorang cowok yang duduk di sampingnya dengan wajah datarnya.

"Udah? Kalau udah sekarang lo diem aja! Gue mau main game. " ucap Gema tanpa rasa bersalah. Gema merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Tanpa ada angin ataupun petir tangan Via mencengkram kuat pergelangan tangan Gema, agar Gema tidak bisa mengambil ponselnya, kedua mata Gema dan kedua mata Via saling bertemu. 'Gue betah sampe kapanpun berantem kalau itu sama lo.' Dalam batin Via.

"Apaan sih? Lepasin gak?" Gema menghempaskan tangan Via dari tanganya, "najis tau!" Ucap Gema, acuh kepada Via. "Gue lebih najis." Ucap Via dengan mengusap-usap tanganya.

"Lo yang pegang gue duluan. Makanya kalau suka sama gue itu jangan dipendem bilang aja. Gue paham betul kalau gue itu ganteng." Ucap Gema dengan percaya dirinya, diselingi senyum licik miliknya.

"Pede amat lo orang! Mending nyebur di sungai dari pada ngakuin lo ganteng." Cibir Via dengan yang tidak mau kalahnya dengan Gema.

×××

"Anjer. Gue kalah. Coba kalo gue ganti orang aja gimana?" Oceh Revan dengan bermain playstation di rumah Gema. Sedangkan pemilik rumah hanya berbaring di sofa yang bewarna coklat muda sambil memainkan ponselnya.

"Den, den Gema. Ada yang nyariin tuh Den." Ucap seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar Gema. Wanita paruh baya yang memakai daster ungu dan berambut digelung rapi, namanya bi Lastri. Yang hidup hampir duapuluh lima tahun di rumah Gema. "Suruh masuk aja bi!" Pinta Gema yang masih sibuk dengan ponselnya.

Tok tok tok

Ketukan pintu tanpa salam yang dimiliki oleh Via, tanpa ijin dari pemilik kamar Via langsung memasuki kamar Gema tersebut. "Hallo, gue udah ketuk pintu, kalian pada gak denger?" Revan menoleh ke arah sumber suara dengan ekpresi terkejut, "astaga! Lo?" Revan segera mengambil kaos yang tadi di lepasnya untuk menutupi bagian tubuhnya itu.

Gema juga tidak menyangka kenapa Via bisa berada di rumahnya, malahan di dalam kamarnya sekarang. "Ngapain lo kesini?" Tanya Gema yang sudah beranjak dari sofa empuknya itu. "Lo undang dia? Emang lo order dia?" Tanya Revan yang masih menutupi tubuh bagian dadanya tersebut.

"Gue kesini itu mau bagi tugas sama lo. Biar nilai tugas Sejarah lo nggak kosong." Jelas Via dengan polosnya.

Gema menghela nafas panjang, "perhatian amat." Ucap Gema santai.

"Gue kan baik. E-kita kan teman sebangku jadi harus kerja sama." Ucap Via dengan kikuknya.

Gema mengangguk-anggukkan kepalanya diselingi senyum licik di bibirnya. "Dah, pakek baju lo sana. Jangan kayak orang mesum kepergok." Ucap Gema yang ditujukan untuk Revan. "Sekarang mana tugas gue?" Tanya Gema yang kembali duduk.

Via mengambil beberapa buku dan catatan yang berada di dalam tasnya untuk Gema,

Drtttttttttttttttt

Suara ponsel bergetar, tapi itu bukan milik Via melainkan Gema. Via melihat ke arah Gema, di lihatnya Gema sedikit kesal menatap layar ponselnya yang sedang bergetar, entah itu dari siapa, tapi Via merasa tidak enak melihat wajah Gema yang kesal tersebut.

×××

Jangan lupa vote dan share ya! Big thanks.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Queen of my heartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang