Chapter 1 : Rumah Baru

36 7 1
                                    


ENJOY THE STORY.........

Aku menatap sendu kalender di tanganku, menyusuri tanda silang merah yang tertera pada petak petak kalender. Tanda silang itu dimulai dari tanggal tiga, lalu tanggal empat, kemudian lima, lalu enam, dan sekarang...........

Huuufft............

Aku menghela nafas pelan, lalu mencoret silang angka tujuh belas pada kalender dalam peganganku dengan spidol merah.

Dua minggu berlalu sejak kabar itu datang padaku. Terhitung sejak tanggal tiga April. Kabar yang membuat ku terpuruk selama beberapa hari belakangan ini.

"Ayo, Kayla......." seseorang menyentuh punggung ku dari samping kiri. Aku menoleh, mendapati sosok perempuan yang lebih tinggi dariku. Aku sedikit mendongak menatapnya, lalu menunduk kembali. Sosok itu membelai lembut rambutku dengan tangan kanan nya, lalu beralih ke pipi kiriku.

"Jangan seperti itu, kita semua merasakan hal yang sama" ucapnya seolah mengingatkan ku.

Pandanganku berubah sayu. Sekuat tenaga aku mencoba untuk tak menitikkan air mata. Mengingat bahwa bukan hanya aku yang merasakan kesedihan ini.

"Aku mengerti" dalam ketertundukan ku, aku tersenyum getir sambil berucap pelan, tapi masih bisa di dengar olehnya. Ia tersenyum lembut sambil menepuk kepalaku pelan.

"Kayla, Austin, masuklah segera" Ibu menginterupsi kami yang masih setia berdiri di teras rumah. Aku mendongak dan mendapati ibu sedang berdiri di samping pintu mobil yang terbuka.

Aku berjalan mengikuti sosok perempuan yang beberapa menit lalu bersamaku di teras. Sebelum memasuki mobil, aku sempat menoleh kebelakang. Menatap rumah yang beberapa saat lagi akan kutinggalkan. Sesaat, aku seperti melihat bayangan diriku sewaktu masih kecil, bersama keluarga kecilku, berlari lari di halaman rumah dengan tawa bahagia, lalu bayangan itu lenyap. Aku tersenyum kecil sebelum akhirnya memasuki mobil dan meninggalkan rumah penuh kenangan itu.
     
               ✩✩✩✩★✩✩✩✩

Mobilku, ah, ralat, milik kedua orang tuaku, berhenti di sebuah halaman di depan sebuah rumah dengan diikuti sebuah truk pengangkut barang. Rumah itu bercat putih dan tampak sangat terawat. Aku keluar dari mobil dan menggeret koperku, berjalan pelan sambil mengedarkan pandanganku. Halaman yang tidak terlalu luas juga tidak terlalu sempit. Bunga mawar putih, kuning, dan merah berjejer rapi di kanan dan kiri halaman. Bangku taman bercat putih sederhana yang tampak sangat nyaman baru saja ku lewati. Lalu rumput rumput pendek, bunga bunga kecil, dan-ah......., semuanya terlihat sangat sempurna.

'Tidak buruk'- pikirku

Aku mempercepat langkah ku menuju teras rumah baruku. Yeah, ini rumah baruku. Aku duduk pada salah satu kursi dan meletakkan koperku tepat di sampingku. Aku mengambil ponsel di saku jaket dan menghidupkannya. Beberapa pesan baru - yang ku ketahui berasal dari teman temanku - masuk saat aku membuka ikon pesan. Aku membaca satu paling akhir.

From : Kirana
17 - 04 - 2017. 07:32 AM

'Semoga betah disana. Kami akan selalu merindukanmu. Kami mungkin juga akan sesekali mengunjungimu. Jadi, kirimkan alamat rumahmu yang baru, ya?'.

Aku tersenyum kecil membacanya, lalu mengetik alamat rumah baruku dan mengirimkannya. Aku menyandarkan punggungku pada sandaran kursi. Pandangan mataku menyapu seluruh hamparan taman hijau di hadapanku. Aku memejamkan mataku, merasakan angin sejuk yang membelai wajahku secara perlahan.

IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang