Chapter 3 : Begin

23 4 5
                                    


ENJOY THE STORY.........

Previous

"Tidak berniat memakainya kembali?" Tanyanya sambil menunjuk penjepit yang tadi diambilnya dari rambutku. Aku menoleh, melirik benda yang ditunjuknya tadi, lalu meliriknya.

"Malas" jawabku singkat lalu berbalik dan melangkah menuju satu satunya pintu di dapur yang langsung terhubung dengan kebun belakang.
____________________________________

Aku memandang pintu dihadapanku. Separuh bagian pintu, lebih tepatnya bagian atas, di pasangi kaca buram yang di sekat menjadi empat bagian.

Cklek.......

Aku membuka pintu dan langsung di hadapkan dengan hamparan hijau luas. Aku keluar dari pintu dan menutupnya, lalu melangkahkan kakiku menuju satu satunya tujuanku saat ini. Kebun belakang.

"Ayah? Ibu?" Aku memanggil mereka berdua sambil menoleh ke berbagai arah. Tidak ada respon.

"Ayah? Ibu? Kalian disini?" Untuk kedua kalinya, namun tetap tidak ada respon. Aku tetap menoleh kan kepala ku ke berbagai arah, berharap menemukan mereka yang kucari.

"Ayah? Ibu?"

Hening. Tidak ada sautan dari pertanyaan ku.

"Aissh....." aku menggerutu tak sabar. Menunggu benar benar hal yang tak terlalu kusukai. Tapi kali ini? Huh...... benar benar menyebalkan.

Aku menoleh kan kembali kepalaku ke berbagai arah. Kebun belakang memang luas. Ada satu set meja kursi di sebelah kananku dilihat dari posisiku yang membelakangi pintu keluar ku tadi. Satu meja bundar dan dikelilingi oleh lima kursi tangan. Tepat disampingnya tergeletak sebuah payung besar yang tertutup.

'Satu paket dengan meja kursinya mungkin' - batinku.

Lama memandanginya membuat ku teringat akan beberapa film horor yang pernah kulihat. Dimana pemeran utama nya berdiri sendirian dan tepat dihadapannya duduk seorang wanita dengan gaun putih panjang dan rambut yang menutupi wajahnya. Lalu saat wanita itu mulai mengangkat wajahnya dan......

"Astaga..... apa yang kupikirkan?"

Aku menyadarkan diriku sendiri sambil menggeleng gelengkan kepala, mengusir pikiran yang bahkan tak ingin kupikirkan. Aku mungkin terlalu paranoid bahkan terhadap suatu hal yang belum tentu terjadi.

Tapi sungguh, disini benar benar sepi. Aku mulai ragu bahwa aku tidak sendirian disini.

"Apakah ada orang lain disini?"

Masih tidak ada jawaban hingga kemudian aku merasa bodoh telah melontarkan pertanyaan itu.

Aku memeluk diriku sendiri saat merasakan terpaan angin mengenai kulit ku. Semakin kurapatkan saat aku merasakan lebih banyak angin disini.

"Sudah sesiang ini dan udara malah bertambah dingin?"

Aku mengelus lenganku sendiri, menghantarkan kehangatan sebanyak yang ku mampu. Beberapa helai rambutku pun tertiup pelan oleh angin hingga sesekali aku harus merapikannya.

"Uuuuh..... aku mulai menyesal tak memakai baju lengan panjang sekarang"

Aku masih mengelus lenganku, masih tak ingin meninggalkan tempat. Sementara udara makin mendingin disini dan aku pun tak bisa memfokuskan tangan ku bahkan hanya untuk menghangatkan diri.

Aku menoleh kan kepala ke kiri dan ke kanan.

"Benar benar tidak ada orang, ya? Aiiisssh...... sudahlah"

Aku menyerah dan memilih mendekat pada pintu lalu membukanya.

"Jangan lupa tutup pintunya!" Sebuah suara menginterupsi ku yang baru beberapa langkah mendekati dapur. Aku berdecak pelan karena sekali lagi kakak mengetahui kecerobohanku yang bahkan aku sendiri tak menyadarinya.

IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang