Kuroko no Basuke bukan punya saya.
Saya hanya meminjam karakternya. Tapi seluruh cerita ini punya saya. Jika ada kesamaan unsur, itu tidak disengaja.
Cerita ini murni hasil otak saya.***
Akashi tak bisa fokus mengerjakan pekerjaannya. Sesayup suara yang dari tadi muncul menganggunya.
Inginnya ia cuek, tidak peduli, tapi tak bisa. Ia sudah berada dalam batasnya.
Akashi menyerah, ia meninggalkan pekerjaannya dan mencoba beristirahat dengan membaringkan raganya di kasur yang empuk.
Rasa kantuk mulai menyelubungi Akashi. Baru saja ingin tidur, tetapi diurungkan lantaran ia melihat sesuatu melintas di depannya tepat sesaat sebelum ia menutup matanya.
"Siapa?"
Tak ada jawaban.
"Hei, siapa kau?!" Sekali lagi ia bertanya, dan sekali lagi tak ada jawaban.
Akashi sudah tak peduli. Ia kembali menutup matanya, mencoba untuk tidur sejenak.
Maka, pada saat ia membuka mata. Akashi kaget bukan main--seseorang ... atau mungkin sesuatu berdiri di depan kasurnya; menghadap padanya. Tubuhnya sedikit samar. Ah, mungkin matanya sedikit buram.
"S-siapa kau?" tanyanya. Tapi orang itu hanya diam. Dia masih menatap Akashi, kemudian berjalan--tunggu, dia melayang. Demi apa, Akashi tak percaya; sosok itu hantu.
Hantu itu melayang menjauhi kasur Akashi, memasuki sebuah pintu; itu toilet. Akashi bangkit dari kasurnya, berjalan menghampiri toilet--menghampiri sosok itu.
Akashi mematung di ambang pintu saat melihat sosok itu sedang memandangnya dari sebrang.
"Siapa kau sebenarnya?"
Sosok itu masih tak berkata. Ia kembali melayang, menembus tembok toilet dan keluar dari sana; menuju halaman depan.
Akashi dengan cepat berlari dari kamarnya, menuruni tangga dengan tergesa-gesa. Sesampainya di luar, ia tak melihat apa-apa; tidak melihat sosok itu.
Langit oranye muda menyambutnya. Ini masih sore, cahaya matahari masih bersinar walau sudah sedikit tenggelam. Akashi terus mencari sosok tadi, berlari-lari di sekitar halaman rumahnya. Tapi tak menemukannya. Tidak, sebelum ia melihat sosok itu kembali, berdiri di depan gudang tua yang berada di halaman belakang rumahnya.
Sosok itu melayang, menembus pintu gudang. Akashi berlari mengejarnya. Ia memasuki gudang itu--ternyata tidak dikunci. Di sana gelap, Akashi meraba--mencari-cari saklar lampu, dan ... klek, Akashi kembali menemukan sosok tadi.
Sosok itu melayang di depan sebuah lemari tua berisi buku-buku dan beberapa alat yang entah apa itu.
Akashi menghampirinya; kali ini sosok itu tidak menjauh. Akashi menyentuh lemari itu. Ia menatap si hantu, dan sosok transparan itu mengangguk. Akashi bingung.
Ia mencoba menggeser lemari itu, dengan sekuat tenaga. Dan tepat setelah lemari mulai bergeser lebih jauh, Akashi melihat sebuah pintu yang selama ini tersembunyi di balik lemari.
Akashi menatap sosok itu lagi, dan ia kembali mengangguk.
Pintu itu didobraknya dengan paksa, terus didobrak sampai pintu itu terbuka. Akashi memasuki pintu itu, di dalamnya terdapat ruangan yang cukup luas, cahayanya remang-remang.
Akashi mematung di depan pintu, meneliti ruangan itu. Sosok hantu tadi melayang melewatinya, ia terus melayang ke pojok ruangan--di sana terdapat sebuah benda besar. Akashi menghampirinya.
"Ini ... sebuah peti," gumam Akashi.
Peti itu dikunci dengan gembok, tetapi sudah berkarat sehingga dengan mudah terlepas ketika Akashi memukulnya dengan kayu.