"Sekarang, keputusan ada ditangan kamu Adyra. Saya hanya perlu kamu mengikuti aturan saya. Saya tidak peduli yang lain." Ujaran itu membuat Adyra semakin berpikir keras, banyak yang menjadikan kemungkinan-kemungkinan lain jika dia menerima tawarannya. Bagaimana kalau dia menerimanya? Apa akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan? Lantas sebaliknya, bagaimana jika dia menolak? Apa yang akan terjadi padanya? Ah, pikiran negatif mulai menguasainya.
"Bertemu adikmu bukankah itu yang sudah kamu nantikan? Selain itu, kamu mendapatkan biaya hidup yang seimbang, mampu membayar perawatan nenekmu, bersekolah kembali menikmati masa remajamu yang sempat terhenti? Bukankah semua itu keinginanmu yang terkubur? Dengan kesempatan ini, maka tidak ada alasan kamu tidak ingin bekerja sama denganku."
Adyra mengerti, siapa yang ingin menolak kesepakatan yang menguntungkan seperti ini? Tapi, syarat yang sangat memberatkan adalah dia harus menjadi bawahan yang patuh terhadap Master-nya. Iya, bos besar yang kini duduk dihadapannya dengan sangat angkuh ini kerap dipanggil dengan sebutan Master. Dan jika dia menyetujui kesepakatan ini, maka bisa disimpulkan kendali atas dirinya akan dikendalikan sepenuhnya oleh Master. Dengan kata lain, dia hanya harus patuh, mengikuti semua perintahnya, jika tidak? Ah iya, Adyra belum dengar apa konsekuensinya jika dia melanggar kesepakatannya?
"Bagaimana jika salah satu dari kita melanggar kontraknya?" tanya Adyra.
Master tersenyum dengan senyuman yang tak pernah Adyra mengerti. Dia terlihat mengerikan. "Adyra, sekali lagi kuingatkan, tidak ada kata kita. Dari awal, kamu yang harus mengikuti semua perintahku, meskipun kamu tidak ingin melakukannya, kamu tetap harus menjalankan tugasmu. Perintahku adalah mutlak bagimu, kamu tidak bisa menolaknya." Sudah Adyra duga, kesepakatan ini menguntungkan namun sangat licik. Tidak mungkin keuntungan yang mewah dia dapatkan dengan tugas yang mudah.
"Jika kamu melanggarnya, maka tidak ada lagi kesepakatan. Yang artinya, aku sudah tidak lagi membutuhkan bawahan pembangkang yang tidak bisa menuruti perkataanku," lanjutnya. Master kemudian mengambil raja catur lalu kembali melanjutkan, "kamu mengerti Adyra, jika ada seseorang yang tahu rahasia terbesarmu, maka dia harus segera menyingkirkannya karena dia tak lagi berada dipihakmu," ucapan itu berakhir berlangsungan saat Master menjatuhkan kuda dipapan caturnya.
Adyra semakin mengerti bagaimana aturan dari kesepakatan ini, jika dia menolak mengikuti perintahnya maka Master akan menyingkirkannya dan semua orang yang bersangkutan dengan dirinya.
"Ini pertama kalinya aku melihatmu memutuskan sesuatu dengan waktu yang lama Adyra. Biasanya kamu akan dengan cepat mengikuti kemauanku. Untuk apa kamu berpikir terlalu banyak, bukankah kita sudah lama sering bekerja sama seperti ini? Lantas ini bukanlah lagi hal yang besar untukmu." Ucapan Master semakin memprovokatif Adyra, entah hanya perasaannya atau bukan, Master tidak ingin mendengarkan kata penolakan.
"Aku tidak akan memberikan tugas yang seperti sebelum-sebelumnya. Kini aku yang memegang kendali, maka selain kesepakatan ini, tidak akan ada lagi kerja sama diantara kita, dengan kata lain kamu tidak lagi bekerja untukku Adyra."
Mata Adyra sontak membulat mendengar hal itu. Jika Adyra tidak bekerja lagi dengan Master maka dia akan kembali seperti awal, bekerja diberbagai tempat dengan penghasilan kecil yang tidak pasti. Akan sangat kurang untuk membayar biaya hidupnya dan neneknya, apalagi perawatan neneknya pun mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dengan begini, tidak ada jalan keluar. Menolak ataupun menerima kesepakatan mungkin hidupnya sama saja, akan banyak masalah yang perlu dia lewati setiap saat. Namun, ini satu-satunya jalan agar perawatan nenek bisa berjalan dengan lancar, bekerja serabutan tetap akan kurang untuk membayar perawatan yang mahal harganya.
Master mulai bosan menunggu, tangannya meraih jam pasir yang menandakan waktu kesepakatan akan berakhir, lalu membaliknya.
"Waktu habis."
"Aku terima kesepakatannya."
Ujaran itu berlangsung secara bersamaan. Master tersenyum puas mendengarnya. Adyra sudah memantapkan hati, dia akan menghadapinya mulai sekarang. Setelah Adyra menandatangani kontrak yang sudah Master tunjukkan, mereka saling menjabat tangan. Adyra akui Master kelewat pintar memakai kelemahannya sebagai kekuatan, maka yang perlu Adyra lakukan adalah bermain cerdas. Yang bisa dia lakukan hanya menuruti perintah Master, dan tidak boleh melanggarnya. Namun, didalam kesepakatan tidak dikatakan tidak boleh berbohong, maka jika Adyra melanggarnya mungkin saja dia masih bisa melakukannya. Dia hanya perlu bermain aman, menjaga kebohongannya agar bisa dipercaya.
Dengan begini, kesepakatan diterima. Permainan dimulai.
Antara Raja dengan Kuda dalam permainan catur. Mana yang lebih pintar?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen FictionHidup kekurangan uang dan hanya tinggal dengan seorang nenek membuat Adyra harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhannya. Bersekolah, mempunyai banyak teman, dan menjalankan masa remajanya dengan bersenang-senang hanyalah angan bagi Adyra. Suatu...