Addicted

939 10 3
                                    

Dua orang gadis berseragam lengkap, tengah menelungkupkan kepalanya pada permukaan bangku. Kedua tangan mereka berada dipangkuan masing-masing. Entah apa yang mereka lakukakan. Ini adalah jam istirahat dan mereka sama sekali tidak berminat menginjakan kaki dikantin. Mereka hanya perlu seperti ini.

Tanpa aba-aba (mungkin ritme alam) keduanya mengubah posisi kepala masing masing, sehingga mereka saling berhadapan. Mereka saling membuang pandangan, lalu akhirnya menumbuk pandangan kembali.

Terdapat Sebuah Badge name pada Blazer yang mereka gunakan. Sigadis dengan rambut kuncir kuda, memiliki badge dengan nama Ashilla Zahrantiara, dan sigadis berambut ikal dengan badge bernama Alyssa Saufika.

Mereka menghela napas sebal. Lalu Gadis bernama Shilla (begitulah panggilan akrabnya) tertawa hambar, bahkan ia buat seperti membaca beberapa suku kata, hambar. Sengaja. “Lo mau ikut eskul apa, Fy?” Tanya Shilla dengan suara parau. Seakan telah absen berbicara selama dua hari penuh.

“Gue ikut piano, lah. Pasti.” Jawab Ify.

Alyssa Saufika Umari, atau yang lebih akran dipanggil Ify. Ia adalah Murid kelas satu di Binsa Music School. Sebuah sekolah menengah atas, yang menjurus kepada musik. Entah kenapa ia merasa bersekolah disini sama sekali tidak sama dengan apa yang ia harapkan dulu. Sekolah ini sangat menyebalkan, terlalu banyak peraturan.

Ify dan piano sudah seperti pulpen dan tinta, bersatu seperti angin dan udara, bersua layaknya mengalunkan untaian nada.

Mengenal piano selama hampir setengah masa hidupnya, membuat ia menganggap benda bertuts dan bernada itu sebagai sahabatnya sejak kecil.

“Lah, lo enak banget. Gue apa ya?” Dahinya nampak berkerut. Ia memang tengah bingung untuk memilih kegiatan Ekstrakulikuler apa yang akan ia ikuti. Berbeda dengan Ify yang sudah jelas juntrungannya.

“Gimana kalo lo masuk gitar aja?gue kenal sama ketuanya!” Seru Ify semangat. Ia kemudian duduk tegak, jari-jarinya beradu gembira.

“Kok lo jadi mesem-mesem gitu sih?”

“Abis Guejadi inget, kalo ketua Club Gitar itu cakeeeep banget”

Shilla Meringis. Benar-benar ada yang salah dengan otak temannya ini. meskipun sudah memiliki pacar yang tampan,- tajir pula- ia masih sempat menyebut cowok lain tampan, seakan-akan adalah orang yang paling tampan.

***

Siang ini cukup panas, dan shilla terpaksa harus pulang sendiri, karena Ify dijemput Gabriel – Pacarnya –

Ia masih berada dilingkungan sekolah, bukan apa-apa, ia hanya tengah menunggu langit meredup barang sebentar, atau menunggu panasnya sedikit bersahabat.

Kebetulan, tim basket sekolah sedang berlatih. Cukuplah untuk memanjakan sedikit indra penglihatannya. Dari tempat duduknya kini, ia bisa melihat tim basket dengan jelas. Bahkan ia sempat mengingat nomor punggung mereka, lalu mencocokannya dengan wajah si empunya.

Shilla jadi mesem-mesem sendiri.

“Heh! Geser dong...”

Panggilan dan sentuhan di pundaknya membuat ia tersadar, lalu menolehkan kepala pada orang yang kini tengah berdiri disampingnya.

“Apa?”

“Geser dong, sebelah sana panas” Ucapnya membuat Shilla refleks bergeser dua dudukan.

“Thank”

“Hm” Shilla hanya bergumam. Masih enggan melepas pandangan didepannya.

Cukup hening diantara mereka, kini. Mereka masih sibuk dengan alur pikiran masing-masing, namun, beberapa saat kemudian Shilla iseng melihat orang disampingnya. Cowok? Ia bahkan benar-benar baru menyadari bahwa orang yang berada disampingnya kini adalah laki-laki.

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang