Addicted (Part 2)

1.6K 19 3
                                    

Shilla berjalan menyusuri halaman depan Rumah Rio. Tangannya menggenggam gumpalan kertas yang telah ia remas sebelumnya. Ketika jarinya menyentuh bel, bibirnya masih manyun hingga seorang cowok membuka pintu dan berdiri dihadapannya. Matanya menyengrit seperti bertanya. Dengan gerakan cepat Shilla menendang tulang kering Rio, lalu melipat tangan di dada.

“Shilla, sayang! Kamu ngapain sih? Sakit tau!” Kata Rio sambil mengelus-elus tulang keringnya yang terasa sakit. Bukannya minta maaf Shilla malah jitakin kepala Rio.

“Plis deh Yo, jangan anggep seolah-olah gue itu pacar lo!” Shilla mendelik lalu duduk diteras, menghadap pagar yang menjulang tinggi. Rio ikut duduk disamping Shilla. Ikut memandang pagar yang menjulang disana. Pagar yang tinggi itu seakan ikut menyoraki hati Rio yang dengan payahnya gagal menyaring hati lain.

“Gue Cuma sayang sama lo? Salah? Salah kalau gue kasih bentuk, atau wujud dari rasa sayang gue ke elo. Toh selama ini gue juga gak pernah minta elo balas perasaan gue. Gue Cuma pengen lo tahu” jelas Rio pelan. Parau.

Shilla mendesah pelan. Sibuk memaki dirinya sendiri. Sibuk meyakinkan dirinya, bahwa pemuda tampan disampingnya ini memang benar-benar sayang padanya. “Gak, Yo. Lo gak salah. Yang salah itu gue, karena gue gak bisa nerima lo lebih dari temen” Akhirnya Shilla berkata dengan mata terduduk menatap sendal jepit karetnya.

“Lo cuma belom bisa. Gue yakin”

Shilla menoleh kearah Rio. Dilihatnya Rio tengah tersenyum padanya, Shilla membalas. Manik coklat Shilla mencoba menaut rasa pada sosok didepannya. Kosong. Tak ada getaran apapun, tak ada satu tandapun yang selalu digembor orang ketika jatuh cinta.

“Lo gak perlu maksa diri lo sendiri buat ngerasain perasaan yang sama ke gue. Nanti. Nanti setelah lo sadar, lo boleh samperin gue. Kasih tahu gue update-an perasaan lo”

Mereka terkikik geli. Rio masih sempat saja jayus ditengah moment seperti ini. Shilla memasukan gumpalan kertas yang sedari tadi ia pegang pada saku baju hangatnya. ‘anggep aja gue lagi ngumpulin perasaan rio, biar nanti gue bisa nyicip, semanis apa dia buat gue’ Bisik hatinya.

Tiba-tiba Shilla merasakan nafas Rio mulai terasa di pipinya, dan saat ia menoleh, bibir pemuda tampan ini menempel di pipi ranum Shilla. Refleks Shilla meraba pipinya “Anjirr. Rioooooooooo” Rio yang telah terlebih dahulu kabur, bersembunyi dibalik tembok, namun ternyata Shilla tahu dan akhirnya mereka sibuk bekejar-kejaran, berlari kesana kemari, persis seperti beberapa tahun lalu saat mereka masih memakai seragam SD, saat mereka berebut mainan. Nampaknya segala sesuatu itu memang berkembang. Lalu bagaimana dengan hati Shilla?

Rio sampai didepan gerbang rumahnya, pagar yang menjulang tinggi tadi tertutup rapat, membuatnya tidak bisa  kabur dari incaran Shilla. Nafas mereka sudah satu-satu. Shilla membungkukan badan, menumpu tangannya dilutut. Rio hanya nyengir, melihat wajah Shilla yang mulai memerah.

“Udahan Yo, capek” dan ketika Shilla kembali menegakkan badan, ia melihat sebuah mobil memasuki halaman rumah Rio. Ia refleks bergerak kepinggir karena posisinya yang memang mengahalangi jalan.

Ketika mereka melihat siapa gerangan yang bertamu kerumah Rio, mereka melihat seorang wanita paruh baya dengan tampilan glamournya turun dari jok penumpang depan, lalu seorang cowok jangkung yang keluar dari balik kemudi. Rio dan Shilla masih dalam posisi seperti semula, dan saat wanita ber-blus gading itu menoleh kearah mereka, Rio segera menghambur lari kedalam pelukannya. Dan kalau Shilla tidak salah dengar, Rio memanggilnya ‘oma’.

Shilla bergerak mundur mencapai pagar, saat ia melihat wajah si cowok jangkung. ‘oh my God, kenapa monster sipit itu ada disini?’

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AddictedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang