KUP

2 0 0
                                    

Pukul 03.00 waktu Indonesia bagian barat, 04.00 waktu Indonesia bagian tengah dan 05.00 waktu Indonesia bagian timur, sebuah kapal udara hitam metalik melambung perlahan di atas laut jawa. Sebelum polisi angkatan udara bahkan sempat mengacungkan jari kearahnya, sebuah bom diluncurkan dari bagian bawah kapal udara. Bom itu meledak dahsyat 15 meter dibawah kapal udara dan 500 meter diatas laut. Ribuan Joule panas memerahi langit menyaingi merahnya fajar. Serbuk debu terhembus keras bersama angin ledakan. Didalam gulungan debu tersisip sedikit racun, tersebar rata ke seantero negeri, terhirup oleh seluruh makhluk hidup yang bernapas. Racun itu melumpuhkan seluruh otot. Orang-orang yang sedang berdiri jatuh diatas pantat mereka. Burung-burung rontok dari langit. Orang yang tertidur tak lagi dapat beranjak bangun. Negeri itu pun sesepi mati, sebelum akhirnya terdengar kalimat pertama di pagi itu:

"Selamat pagi wahai para manusia cacat " televisi dan radio menyala dengan sendirinya berbicara dengan sendirinya. "Dunia memang lebih indah tanpa gonggongan kalian, ...duniaku! Oh ya sebelum aku lupa, aku ingin mengumumkan kepada kalian semuanya. Bahwa aku, Indonesia akan mengklaim kembali negeriku untukku. Dan hormatku kepada bapak presiden yang telah menandatangani surat kepemilikan negeri ini atas namaku dengan sangat sadar. Dan bahwa hari ini tanggal 31 Oktober 2014 adalah hari kalian semua wahai rekan sebangsaku akan mati dalam damai." Dan siaran itu pun hilang dalam sunyi.

Adit meregang dikasurnya. Ototnya diam. Wajahnya pucat saat didengar tangis ibunya dari kamar sebelah. Rahangnya tak mau bergerak sekedar untuk memanggil nama si ibu.Saat ia bersumpah serapah dalam hati kepada siapapun dibalik siaran tadi, tangis si ibu berhenti, Adit pun menggeram keras.

" Tes,tes...maaf sepertinya aku melewatkan satu hal kecil. Aku membuka penawaran, bagi siapapun yang ingin protes, aku akan berikan obat penawar untuk ditukar dengan partisipasi kalian dalam sebuah permainan mudah. Pemenangnya tentu saja akan kuberi obat penawar cukup banyak bahkan untuk dibuang, dan sebagai bonus akan kuberi sedikit dari tanah milikku yang luas ini. Bagi siapapun yang berminat mulai sekarang lalukan apapun yang dapat memberi tahukan teman-temanku posisi kalian dari atas. Jika kalian berhasil menarik perhatian mereka akan menjemput."

Adit bersusah payah menggerakan seluruh anggota tubuhnya hanya pergelangan kaki kirinya yang bergerak.

" Baiklah, sembari kalian bergoyang-goyang disana aku akan membacakan petunjuk permainannya. Seluruh partisipan akan aku satukan di satu tempat untuk bertanding. Hanya akan ada satu pemenang setiap satu babak tapi hanya satu juga yang akan kalah. Pemenang babak akan kuhadiahi kepemilikan satu kota di negeri ini, serta bonus obat penawar untuk lima orang yang ia kenal dan sepuluh orang yang ia tidak kenal untuk menemani kalian. Tentu saja bonus ini bisa dipilih untuk diambil atau tidak. Juga aku ingatkan obat penawar akan kuberikan pada pemenang, bukan berarti mereka harus memberikannya kepada lima belas orang tersebut."

Adit masih terus duduk. Dilihatnya disekeliling kamarnya tak ada yang bisa ia pakai untuk membuat sinyal besar kecuali satu, satu cara yang paling mungkin namun paling beresiko. Adit dalam dilemanya menjadi ragu, apakah ia bermimpi? Apakah semua ini hanya sebuah kejahilan? Atau aksi demontrasi yang akan berakhir tanpa ia harus melakukan apa-apa?

" Partisipan yang menang maupun yang belum kalah, bisa berpartisipasi kembali dalam babak-babak selanjutnya. Oleh karena itu jika kalian cukup berdedikasi mungkin seluruh kota di Negeri ini beserta penduduknya akan jadi milik kalian. Dan jika kalian beruntung, pemenang terbanyak akan bertanding memperebutkan kota terakhir melawanku...."

Adit terbelalak, motivasinya memuncak mendengar ia akan memiliki kesempatan untuk menghajar orang dibalik siaran tersebut. Seluruh keraguannya hilang sudah, persetan dengan resiko! Adit menendang lampu tidurnya yang menempel di dinding hingga jatuh ke lantai dan pecah, memercikan bunga api ke atas botol bensin vespanya yang bocor di bawah lemari. Lemari tersebut terbakar seketika. Asap mengepul penuh di ruangan dan kabur ke halaman melalui jendela. Asap yang Adit hirup membuatnya sesak. Sesaat sebelum hilang kesadaran Adit sempat berdoa agar sesuatu hal terjadi sebelum api menjalar ke kamar ibunya, lalu ia pun pingsan karena kekurangan oksigen. Adit terbangun ditempat terang, sebuah ruangan serba putih. Sempat ia berharap itu adalah surga, sebelum ia duduk dan melihat disekitarnya ada cukup banyak manusia. Adit berdiri, ia sadar ia sudah sembuh dari pengaruh racun. Ia bertanya pada salah satu laki-laki tentang tempat itu.

KupWhere stories live. Discover now