Chapter 4

2.1K 262 25
                                    

©Rosetta Halim
©Masashi Kishimoto
Based on Aelona Betsy's story Januari was My December

25 Mei 2002

Perasaan benci Sasuke belum berubah juga meskipun sudah satu bulan berlalu, malah semakin menjadi, pohon kebenciannya telah berbuah. Hinata memonopoli kakaknya, ibunya, ayahnya dan kakeknya.

Setiap detik yang dimiliki keluarganya hanya dicurahkan untuk Hinata, dia diabaikan. Gerakan sekecil apa pun yang dibuat Hinata, semua memerhatikannya. Cara berjalan Hinata dianggap lucu. Ketika Hinata memainkan jari telunjuknya karena gugup, kakaknya menganggap itu manis. Saat Hinata bingung, ekspresinya dianggap menggemaskan.

Kejengkelan Sasuke sudah tak terukur lagi.

Bukannya mengerti, keluarganya malah bertindak sesuka mereka.

Tadi malam mereka membahas masalah perjalanan bisnis Fugaku, pertemuan Mikoto dengan para anggota komunitas pecinta flora di Sapporo dan kemah Itachi bersama teman sekelasnya di kaki gunung Hamada. Mikoto dan Itachi setuju bila Hinata sebaiknya dititipkan ke panti. Namun, Fugaku mengajukan usulan lain yang tidak bisa diterima Mikoto dan Itachi, yaitu membiarkan Sasuke yang menjadi pengasuh Hinata mulai sepulang sekolah nanti sampai besok sore. Mereka sampai berdebat semalaman hanya untuk itu dan solusi akhirnya meminta keputusan dari Madara.

Keputusan Madara benar-benar tidak masuk akal. Entah sejak kapan kakeknya itu berpikir untuk membiarkannya menjaga bocah jelek itu. Kata Madara, "Agar Sasuke punya waktu khusus untuk akrab dengan adiknya. Karena itu, dia harus diberi tanggung jawab ini. Kalian tak perlu kuatir, Hinata akan baik-baik saja."

"Tou-san, ini tidak harus terjadi," kata Sasuke pelan. Ia meletakkan sumpit yang belum sempat ia pakai, nasi campur di mangkuknya masih penuh.

"Aku setuju, keputusan itu bisa dibatalkan sekarang juga," timpal Itachi. Berbeda dengan adiknya, ini terhitung yang ketiga kalinya dia tambah. Ibunya memasak makanan kesukaannya untuk sarapan kali ini, karena dia akan terdampar di kaki gunung selama tiga hari dua malam.

"Kau dan ibumu sering mengeluh tentang Sasuke yang selalu berbuat jahat pada Hinata," kata Fugaku sambil melirik bekas gigitan di lengan mungil Hinata. "Tou-san tahu yang kalian pikirkan jika Sasuke diberikan tanggung jawab ini, dia akan semakin leluasa berbuat jahat. Tentu tidak. Ada harga yang harus dibayar Sasuke kalau dia tidak memenuhi tanggung jawab ini dengan benar.

"Jadi, dengar Tou-san, Sasuke. Jika sampai kau lalai, sengaja maupun tidak, uang jajanmu diberhentikan selama setahun, keluar dari klub besbol, dan semua tugas rumah Itachi, baik menyapu dan membersihkan jendela akan ditanggungkan kepadamu."

"Cih!" Sasuke menatap lurus ke depan, tepat pada Hinata. "Tambahkan dikubur hidup-hidup dalam tuntutan itu atau penjarakan aku sekalian." Sasuke beranjak dari duduknya. "Dan oh, ya, Fugaku-sama, Anda tak perlu cemas, hamba akan menjaga Stupid Little Princess ini," kata Sasuke dengan kepatuhan yang dibuat-buat, kemudian di pergi ke sekolah.

Fugaku menutup mulutnya dengan punggung tangan kirinya. Ia menahan tawa. "Lihat, 'kan?" kata Fugaku. "Dengan risiko sebanyak itu, dia tidak akan berani berbuat jahat."

"Apa itu tidak keterlaluan, suamiku? Dia kelihatan sakit hati," ujar Mikoto.

"Biarkan saja, Kaa-san. Untuk semua yang sudah dilakukannya, dia pantas mendapatkan itu."

...

Berulang kali Sasuke menekan bel pintu kediaman Uzumaki. Lima menit kemudian bocah pirang membuka pintu sambil menguap malas. Matanya melotot mendapati sahabat karibnya mengerutkan kening kesal.

Our DecemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang