Cerita lepas

1.9K 250 13
                                    

#jika Naruto tidak bertukar tubuh#

Suatu hari~

.

.

Gemerlap lampu kota begitu ramai dengan warna-warni cantik, nampak indah dan elegan dipandang mata. Orang-orang terlihat berlalu lalang dengan semangat, menggandeng sahabat, saudara, anak, keluarga maupun kekasih. Mencari tempat hiburan yang dapat memanjakan mata.

Toneri duduk terpaku di kursi halte, tak beranjak meski bus beberapa kali berhenti di tempat itu. Mengundang berbagai pertanyaan bagi siapa saja yang melihat. Come on, ini weekend, right? Bocah itu memakai mantel panjang berwarna coklat dengan kemeja di baliknya. Terlihat berkarisma karena mengenakan pakaian dengan merk terbaik di kota ini. Seolah tengah mempersiapkan diri untuk bertemu seseorang yang spesial. Tapi, kenapa sejak dua jam lalu dia hanya duduk terpaku di sana? Menyoroti pengguna jalan dengan glare terseram yang mampu melubangi hati siapa saja sampai menjadi ciut.

Tidak ada yang berani menyapanya, bahkan untuk seekor nyamuk pun tidak dapat mendekati pria muda itu karena terhalang aura gelap.

Tap tap tap! Langkah kaki ringan tertangkap pendengaran. Otsutsuki junior secepat yang ia bisa langsung menolehkan kepala, menemukan sosok jangkung bermanik emas yang tersenyum polos menatapnya.
"Yo! Apa aku terlambat?" Sapa suara berat itu santai.

Toneri diam, menutup rapat belah bibirnya sampai menjadi garis tipis yang aneh. Ada simpang tiga di pelipis kanan yang tertutup poni seputih salju. Dan postur tubuh pengibaratan kemarahan tetap bertahan meski untuk dua puluh menit ke depan.
Naruto nama sang sosok, berdiri gagah dalam balutan jeamper hitam dan celana jeans kusam panjang yang berlubang di bagian lutut. Kulitnya yang coklat gelap nampak mengkilap di terpa cahaya lampu halte. Juga rambut hitam pendek bergelombang itu, keh, Toneri menggigit pipi bagian dalam.

Bahkan dari ujung rambut pun si bodoh ini menguarkan aura menjengkelkan. Batin Otsutsuki muda kesal.

"Ah, jadi benar ya~ ha ha ha." Tawa canggung mengudara, membuat suasana menjadi lebih canggung dan menyesakkan pernafasan.

Sepasang emas melihat dengan gemas ketika lagi-lagi Toneri tak membalas ucapannya dan malah menoleh ke depan dengan alis menukik tajam. Bocah ini di lihat dari sudut manapun boleh saja gagah, tapi dia tetap bocah di mata Naruto. Sangat menggemaskan bahkan ketika merajuk.
Puas mengerjai si bocah perak, Naruto mengambil duduk di samping Toneri, meletakkan kedua siku pada masing-masing lutut dan memainkan jemarinya asik.
"Malam ini aku baru gajian. Mau ku traktir?"

"..."

"Hei!" Bahu kanan menyenggol bahu kiri Toneri. Sedikit tertegun karena baru menyadari bahwa garis bahu mereka telah sama. Ia amati lagi ekspresi bocah itu yang tak berubah. Membuat Naruto menghela nafas panjang, mungkin dia sudah keterlaluan.
"Baiklah-baiklah! Aku turuti semua maumu, sekarang berhentilah merajuk. Kau membuat mataku iritasi. Demi apa! Seorang pria tapi suka merajuk. Blahhh." Berkata seolah lelah, si manik emas meminjit pangkal hidung, seolah apa yang Toneri lakukan membuat kepalanya pening. Berbeda dengan si perak yang entah kenapa sedikit terpengaruh ucapan Naruto barusan.

"Kau yakin?"

"Hah?" Perak bertemu emas. Kali ini Naruto sadar bahwa ucapannya sebuah kesalahan. "Ah, itu... Kutraktir saja ya?" Butiran keringat dingin bermunculan, perasaan takut tiba-tiba berdesir begitu seringai kejam Toneri memberinya jawaban.

"Tak ada petarung yang menjilat ludahnya sendiri, Na-ru-to."

Glup!

.
.

"Hanya pesan satu es krim? Tapi apa tidak apa-apa malam begini kau makan es krim?"

Semangkuk es krim jumbo terhidang di atas meja, dengan tiga macam rasa beserta taburan potongan kecil coklat bersama lelehan caramel lezat. Naruto menggeleng tidak percaya, Toneri yang seorang cowok dingin begitu menyukai hal manis. Luar biasa.
"Nah, kau tidak merajuk lagikan? Boleh aku pesan sesuatu?"

Lirikan maut Toneri berikan. Naruto meringis karena lagi-lagi mata perak cantik itu membuatnya gemas. Dia rasa memang sikapnya tadi keterlaluan sampai membuat Toneri senang menunjukkan sisi bocah setiap menanggapi ucapan Naruto.
"Baiklah, aku tidak akan pesan. Sekarang kau ingin apa lagi?"

Senyum miring terbentuk, sebagai jawaban atas pertanyaan si rambut hitam. Tangan alabastar itu lantas mengambil sesendok es krim, melahapnya dan membiarkan sendok itu terkulum beberapa detik.

Naruto sendiri hanya diam memperhatikan, ia tak suka es krim jadi tidak akan berpengaruh meski Toneri seolah menikmatinya dengan sangat. Tapi kemudian, si bocah perak menarik sendok dari mulut, mengambil kembali dan menyodorkan es itu padanya. Membuat Naruto terpaku dengan wajah konyol.

"Aku akan memaafkanmu, jika kau mau memakan ini." Ujarnya tanpa dosa.

"Apa?! Kau bercandakan? Itu bekas liurmu!" Seru si rambut hitam tak terima. Ada kernyitan jijik pada dahinya, tak kentara tapi Toneri tahu.

Ujung bibir tipis si bocah perak berkedut, sebagai reaksi atas raut wajah rupawan di depannya yang nampak amat tersiksa.
"Well, daripada kau menjilat ludahmu sendirikan?"

"Kau mengerjaiku ya, bocah?!"

"Naru.."

"Oke-oke!!" Kesal kalah berdebat, iapun menyambar sendok itu dengan kasar. Melihat lagi sepasang perak tajam dan mengerang begitu ia tak sanggup menolak kembali.

Deg deg deg! Seperti di ujung maut, Naruto kehilangan kendali nafas. Rasanya sangat menyesakkan karena akan menemui hal menjijikan.

Itu bekas liur Toneri! Hell, bekas liur!! Kurang ajar, kubalas kau nanti, bocah!! Batinnya kesal luar biasa.

Dua puluh lima detik, Naruto habiskan untuk menatap sengsara pada es yang mulai mencair di atas sendok. Sedikit mencuri pandang pada Toneri untuk meminta pengampunan. Tetapi sepertinya bocah itu telah di rasuki satan.

Sial

"Ini hari spesialku, Naruto. Dan kau terlambat di saat aku benar-benar ingin merayakan ulang tahunku."

Apa?

Mata Naruto terbelalak lebar. Terpaku sejenak dan memikirkan banyak hal. Jadi karena itulah Toneri sangat marah mengenai jam molornya? Tidak heran jika ia kecewa. Perasaan bersalah tiba-tiba merasuki hati Naruto. Dengan cepat ia mencari cara untuk membuat Toneri mau memaafkannya. Tapi bocah itu sudah punya banyak hal kalau Naruto berniat memberi ia hadiah.

Ah, kecuali..

Senyum kecil terbentuk, tak peduli lagi soal liur, Naruto melahap segumpal es krim di atas sendok. Kemudian dengan cepat meraih kepala bagian belakang si bocah perak dengan tangan kiri. Membawanya pada sebuah ciuman dalam.

Kejadian itu terlalu cepat, bahkan Toneri sendiri tidak mampu mencerna dengan baik. Yang ia ingat hanya gigitan kecil Naruto membuatnya membuka mulut dan berakhir dengan gumpalan es krim rasa vanilla manis telah tertransfer dalam mulutnya. Membuat ia ternganga dan memandang si rambut hitam tak percaya.

"Hadiahmu.." bisikan lembut menyambut Otsutsuki muda, menyadarkan ia dari rasa terkejut.

Wajah Naruto sedikit memerah, dan ia segera menarik diri dengan gesture canggung.
"Wah, panas sekali malam ini. Aku tunggu di luar ya, selamat ulang tahun."

Tubuh terbalut jeamper hitampun pergi menjauh. Terlihat sekali jika dia menyembunyikan rasa malunya. Tapi meski sangat memalukan, Naruto terlihat lega, karena bocah itu nampak senang dengan kado pemberiannya. Dan Toneri sendiripun, menganggap bahwa kado itu adalah yang terbaik. Bagaimanapun, wajah malu Naruto sangat alami, dan menggemaskan.

"Kak! Suapi lagi, aku masih lapar!"

"Bajingan! Makan sendiri sana!!"

Haha, benarkan? Naruto memang lebih menggemaskan dari si Otsutsuki muda itu sendiri.

Setuju?
.
.

CerPas End

Naruto Disc ; Massashi Kishimoto

Broke bee

di Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang