2. Awal bertemu

23 4 8
                                    

"Hari baru, semangat baru, juga doi baru *eh"

-----------------------------------------------------------

Kelas 10 telah berlalu, dan sekarang kelas 11. Rasanya baru kemarin merasakan MOS dan maki-makian kakak OSIS, eh sekarang udah kelas 11 aja.

Gue berada di kelas 11 IPA 2, waktu dikelas 10 nya di 10 IPA 3. Suasana kelas baru dan juga temen baru. Sebel juga sih, harus adaptasi dengan keadaan kelas dan juga dengan orangnya. Untungnya ada ada beberapa yang dulu kelas 10 nya sama.

Di kelas 11 ini, gue sebangku sama Freya yang dulunya 10 IPA 1. Dia itu orangnya super duper cerewet. Baru kenal aja udah ngomongin hal-hal yang bahkan sama sekali gak gue ngerti, seperti halnya tentang Jabbawockeez yakni grup dance dari Amerika. Maklumlah dia anak dance.

Hari ini emang hampir tidak ada pelajaran, kebanyakan diisi oleh Wali kelas dan juga guru-guru yang mengajar di kelas 11 ini.

Bisa dibilang seneng sih. Dan bisa mengenal satu sama lain di kelas baru ini, soalnya tadi juga ada sesi perkenalan.

Hanya ada satu hal yang ngebuat gue ganjal, yaitu cowok yang berada di pojok sebelah Rendi si kribo, kalo gak salah tadi pas perkenalan sih namanya Dimas.

Dari mukanya sih kelihatan kalo dia itu pendiem akut. Rendi yang daritadi ngajak ngobrol dia malah hanya dibales deheman aja.

Jadi penasaran sama si Dimas. Lalu gue tanya deh sama Freya.

"Fre, kenal si Dimas nggak?"

Lalu dianya ngejawab, "Dimas yang dipojok itu?"

Lalu gue bales dengan anggukan.

"Yaelah, dia mah sekelas sama gue waktu kelas 10, kenapa? Suka yaaa?" Tebak Freya.

"Ngawur lo kalo ngomong. Enggak ih, orang cuma penasaran kenapa dia diem mulu" kata gue

"Oh, emang si Dimas dari dulu begitu. Pendiem memang, tapi kalo dalam hal Matematika dia jagonya" kata Freya membanggakan Dimas.

"Ooh.." gue hanya ber oh ria.

Lalu gue kembali sibuk dengan ponsel. Tapi gue masih penasaran sih sama dia.

Kalo diperhatiin nih ya, si Dimas itu matanya selalu tertuju pada Fanny yang berada di bangku depan guru. Mungkin saja dia lagi naksir sama si Fanny.

Sekilas senyum dia terukir kala melihat tingkah si Fanny yang konyol.
Emang Fanny anaknya ceria dan juga ramah.

Tapi kenapa juga ya gue mikirin itu, mikirin diri sendiri aja belum bener, malah mikirin orang lain.

Seketika lamunanku buyar, dikarenakan ada guru Matematika yang masuk ke kelas. Guru itu bernama Ibu Sriyani.

Setelah Bu Sriyani memperkenalkan diri, langsung memberikan materi Polinomial, yang bahkan penjelasannya dari Bu Suryani nggak masuk ke otak gue.

Sedangkan si Dimas bisa menjawab semua pertanyaan, dan juga maju ke depan mengerjakan soal, walaupun baru diterangkan Bu Suryani sebagian.

"Keren baget ni anak" batin gue

"Jangan melongo gitu liatin Dimasnya, entar naksir loo"omongan Freya seketika membuyarkan lamunan gue

"Siapa juga yang ngelihatin dia, orang cuma liat hasil kerjaan dianya kok" ngeles gue.

Ya abisnya sebel deh sama Freya, ngejekin mulu.

Tapi kalo dilihat-lihat si Dimas ganteng juga, 11 12 miriplah sama Chimonac, bedanya ya sifatnya.

Aish, kenapa mikirin dia mulu sih. Sampe nggak sadar kalo udah bel pulang.

-----------------------------------------------------------
Maapin ke-gaje-an tulisan saya ya😅😅

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One day, You and ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang