Merangkak menuju jendela kamar, menatap langit siang yang terang. Angin sepoi-sepoi menyapa lembut. Cewek yang masih memakai piyama pukul sepuluh pagi itu kembali duduk.
Kali ini dia ngesot ke lantai. Membongkar tumpukan sampah plastik berharap menemukan beberapa camilan.
Tidak ada.
Bahkan kamar berantakannya pun tidak bisa menutupi makanan ringan walau secuil.
"Ngh..." manik layu itu menatap malas. Di kamarnya hanya ada laptop yang menyala, dua ponsel, dan ratusan komik yang dia jejalkan ke lemari pakaian karena merapikannya terlalu merepotkan.
Lapar.
Orangtuanya bekerja. Cewek berambut sebahu itu menggaruk kepala belakangnya sesaat. Menoleh menyorot cermin. Sudah berapa bulan dia tidak menyisir?
Perutnya kembali berbunyi. Di rumah dia hanya sendiri. Andai dia punya saudara, tentu dia tidak akan kerepotan seperti ini.
Lapar.
Mungkin dia harus pergi ke minimarket. Tapi dia tidak bisa mengendarai motor. Jarak rumahnya ke minimarket sekitar 500 meter. Kalau PP, artinya dia harus berjalan sekitar 1 KM.
"Main game aja ah." Namanya Kana. 21 tahun, mahasiswi di salah satu Universitas yang cukup terkenal di Bandung. Sedang libur karena menolak menjadi panitia OSPEK layaknya teman satu fakultasnya yang lain.
Mengabaikan perutnya yang lapar. Dia bisa makan kalau nanti sore Mamanya pulang. Kana mengambil ponselnya, dia membuka game MOBA namun tidak bisa login. Dia mendapat sms pemberitahuan.
Kuotanya... Habis.
Wajah Kana langsung pucat. Dua ponselnya mendadak sama-sama tidak berguna.
"Gue gak punya pilihan." Kana menukar pakaian. Dia bisa saja menahan lapar, tapi tidak mungkin bertahan tanpa internetan. Memakai celana kain hitam, singlet hitam, mantel cokelat. Kana mengambil tas selempang kemudian memakainya.
Dia meraih sepatu kets. Berdiri di depan rumah, kemudian menghela napas berat.
"HIDUP KUOTA!!!" Kana bisa dua hari tanpa makan. Tapi dia tidak bisa beberapa jam tanpa internet. Karenanya, hari ini... setelah lebih dari satu bulan mengurung diri di kamar, dia sudah siap berpetualang.
***
Menyusuri jalan setapak. Dianggap asing di lingkungannya sendiri. Kana membalas sapaan beberapa ibu-ibu komplek yang bertanya dia anak siapa? Mau ke mana? Dengan manis Kana menjawab hendak pergi ke Alfi. Lalu mohon pamit tergesa yang sebenarnya isyarat dia tidak terbiasa bersosialisasi.
Nyebrang ke jalan raya. Dengan napas putus-putus Kana sampai di tempat tujuan. Dia membeli banyak camilan yang ringan dibawa pulang. Maklum, Kana tidak suka berolahraga. Bahkan Akea botol 1,5 liter saja terlalu sukar Kana bawa sendiri.
Kana tidak terlalu suka berbaur dengan lawan jenisnya. Dia takut setiap berjalan melewati sekumpulan cowok. Alhasil setiap melihat cowok berkumpul Kana akan lari.
"Tuh cewek kenapa, sih?"
"Gak ngerti cara larinya lucu banget. Awas kesandung Neng!"
Brugh!
Menginjak batu, Kana terjatuh. Dia berdiri, menepuki pakaian dan celananya yang kotor. Melirik cowok-cowok yang menertawakannya dan salah satu hendak membantunya berdiri. Sebelum cowok itu sampai, dia lebih dulu melarikan diri.
Napasnya habis. Perjalanan ke minimarket seperti sedang berjuang mencari kitab suci. Menghabiskan waktu satu jam, akhirnya Kana sampai di rumah.
Dia berdiri di depan pintu, menatap cowok jangkung yang sejak tadi mengetuk pintu rumahnya namun terkunci.
Cowok itu terkejut melihat Kana yang baru pulang dengan penampilan super kacau. Dia mendekat, mengelap kening Kana yang banjir keringat.
"Lo darimana? Kotor banget." Namanya Arlan. Sahabat baik Kana sejak kecil namun memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengannya.
"Gue jatuh." Kana mengadu. Matanya berkaca-kaca. "Celana gue robek."
"Emang lo darimana?"
"Alfi." jawaban Kana membuat Arlan terkejut. "Gue pergi ke Alfi jalan kaki sendiri."
Kana menangis terisak. Antara kasihan dan haru, Arlan menepuki puncak kepala Kana bangga. Dia tidak akan menyinggung soal Kana yang pulang babak belur begini hanya karena pergi belanja sendiri.
Soalnya dia Kana loh. Kana. Cewek yang mau keluar rumah kalau hanya ada sesuatu yang darurat saja.
"Gue bangga sama lo, Na."
"Capek!"
Arlan tersenyum, mengambil alih belanjaan Kana. Cowok ganteng itu merangkul bahunya, "Hm. Nanti biar lo gue pijitin. Kamar lo, gue juga yang beresin. Tapi inget, seenggaknya CD sama BH lo pisahin dulu dong. Malu gue lihatnya."
"Hm..." Kana menyahut tidak tertarik. "Banyak maunya lo."
"Tau diri dong."
***
Cuma kumpulan cerpen aja. Tanpa jadwal update.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRIENDSHIT (TAMAT)
General FictionPINDAH KE APLIKASI FIZZO Hanya kehidupan sehari-hari tentang Kana, cewek super pemales yang tidak mau melakukan semua hal karena dianggap repot. Keseharian Arlan, cowok terlalu rajin yang mau melakukan semua hal yang Kana anggap repot. Juga orang...