5. Mantan

769K 73.7K 9.8K
                                    

Setelah membeli air mineral, Arlan kembali dan menyerahkannya pada Kana. Kana meminumnya sejenak, melipat tangan di meja lalu terlelap.

Arlan menghela napas berat. Mau bagaimana lagi? Kana memang tukang tidur, sih.

"Lo punya mantan? Gimana reaksi mereka pas lo tau lo deket banget sama Kana?" Richard jadi penasaran. Arlan jarang bercerita tentang dirinya.

"Ngh..." Arlan mengingat-ingat lagi. "Gue punya tiga mantan. Yang pertama pas kelas 3 SMP. Baru jadian satu minggu kita udah putus. Gue sama Kana pergi sekolah pake sepeda. Kana gue boncengin. Si siapa itu namanya, gue lupa. Protes karena gue malah pulang-pergi terus sama Kana."

Jeda, "Satu hari dia ngelabrak Kana. Kana. Kana ngalah, dia nyuruh gue pulang sama cewek itu. Malemnya pas gue ke rumah Kana. Rumahnya kosong. Terus gue dapet kabar dari Pak RT. Katanya pulang sekolah Kana jatuh ke sisi trotoar terus keserempet mobil. Dia masuk RS. Makanya tuh cewek langsung gue putusin."

Saat itu Arlan menjenguk dan minta maaf. Andai Arlan tetap memprioritaskan Kana, Kana tidak akan celaka. Tapi Kana justru tersenyum manis. Bilang itu bukan salah Arlan. Semua karena kecerobahan Kana sendiri.

Richard dan Putra mengangguk-angguk.

"Terus cewek kedua pas kelas 2 SMU. Kita jadian gak sampe satu minggu. Hari ulang tahunnya barengan sama Kana. Padahal dia ngadain birthday party sweet seventeen. Anak orang kaya. Rayain ultah aja di hotel. Gue gak enak ajak Kana ke sana soalnya ultah mereka barengan. Kana bisa aja iri liat cewek itu rayain ultah aja mewahnya naudzubillah. Gue bilang ke mantan gue gak bisa dateng. Mau rayain ultah Kana di rumah. Dia nyuruh gue pilih Kana atau dia. Gue pilih Kana lah. Kita putus."

Sekali lagi Richard dan Putra mengangguk-angguk.

"Yang terakhir kelas tiga. Ini agak lamaan. Kita jadian sekitar dua minggu. Ujung-ujungnya kita putus karena daripada malem minggu dating sama dia. Gue pilih main game sama nonton anime di rumah Kana."

Arlan berkedip. Setelah bercerita ulang tentang masa lalunya, dia baru sadar sesuatu hal. Jadi... selama ini dia sering putus dengan pacar-pacarnya, demi ... Kana?

Richard mencengkeram bahu Arlan dan melotot, "SUMPAH LO GAK ADA RASA SAMA KANA? SETELAH SEMUA ITU? KALO BOHONG ANU LO BOLONGNYA ILANG LOH YA!!!"

Emosi. Richard tidak paham dengan cara pikir Arlan. Tapi, kalau setelah semua itu Arlan masih merasa hubungannya dan Kana sekedar sahabat, sungguh benar-benar keterlaluan.

Kana terjaga. Dia mengucek mata lalu menoleh kanan-kiri. Perbincangan Arlan dan teman-temannya selesai. Arlan tersenyum kecil.

"Waktunya pulang, Na. Tapi bentar lagi gue ada rapat BEM Univ. Lo bisa pulang sendiri? Cuma sekali naik angkot."

"Hm." Kana mengangguk. Dia mengambil tasnya dan berdiri. Terlihat malas-malasan. "Gue duluan."

Kana berjalan sempoyongan.

Arlan jadi khawatir. Bagaimana kalau di perjalanan pulang Kana jatuh atau diculik? Kana asal ada yang menawarinya mengantar pulang, pasti manut saja.

"Gue anter sampe dia naik angkot deh." putus Arlan akhirnya.

"Ikut. Sekalian beli rokok." Richard dan Putra berjalan di sisi Arlan. Mereka melihat Kana yang beberapa meter di depan. Koridor sudah sepi. Cewek itu tersandung lalu jatuh telungkup.

Kana mengaduh. Dia menoleh kanan-kiri-depan. Tidak melihat orang, bukannya berdiri dia justru bergelinding ke sisi dan nemplok di dinding. Dingin. Nyaman.

"Gue..." Arlan menahan napas, "mau pulang aja deh."

"Hm." Richard mengangguk setuju. "Kalo Kana kayak gitu, gue jadi khawatir juga."

Kana membuka mata saat mendengar langkah kaki. Melihat ke depan, ada Arlan yang sudah berjongkok membelakanginya.

"Ayo naik. Biar gue gendong."

Kana beringsut duduk. Menatap Arlan bingung. Dia berbisik, "Rapatnya?"

"Gak jadi kok."

Kana mengangguk. Dia naik ke punggung Arlan, lalu tertidur lagi. Sayup-sayup, Arlan mendengar Kana berbisik, "Gue gak bisa apa-apa kalo gak ada lo, Arlan."

***

Eaaak. Sehari dua kali updatenya. Biasa ke cerita baru gini. Tau2 unpublish aja. XD

FRIENDSHIT (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang