Chapter #3//kena hukum.

3.7K 200 2
                                    

"Baik anak-anak. Buka buku fisika kalian" ucap pak Dadang, guru fisika kami.

"Nah. Sebelumnya, saya sudah memberikan tugas pr untuk kalian bukan?" tanya pak Dadang membuatku menjadi bingung.

"TIDAK PAK" ucapku sambil berteriak. Ditambah lagi, yang teriak hanyalah aku.

"Alasannya apa yang membuat dirimu berkata tidak. Sudah jelas kemarin saya memberikan soal untuk kamu. Kamu nggak kerja ya?" tanya pak Dadang menaikkan kaca matanya ke kening.

"Eh. Ng... t-tidak pak" ucapku pelan plus merasa malu.

"Kalau begitu saya akan memberi hukuman. Hukuman ini tidaklah sulit. Yaitu, kamu karus berlari mengelilingi lapangan 10 kali dan membersihkan seluruh lapangan basket disana. Cepat" ucap pak Dadang yang harus membuat diriku menuruti perintahnya.

Aku lalu keluar dari kelas dan menuju loker untuk mengambil baju olahraga. Kalau tidak, seragam sekolahku akan kotor dan berbau amis karena keringatku.

***

Aku sudah berada dilapangan. Aku mendengus kesal. Aku kira tidak ada pr sama sekali. Rupanya ada. Mungkin karena suara pak Dadang agak kecil, aku tak bisa mendengarnya.

Aku berlari mengelilingi lapangan dengan santai, supaya tidak letih. Menurutku, 5 putaran sudah cukup capek apalagi 10 putaran.

Sehabis lima putaran, napasku sudah tak beraturan. Aku menyempatkan diri untuk duduk. Yaitu, duduk di atas pohon yang udarahnya sangat sejuk.

Tidak tau mengapa, seseorang menyentuh pundakku dan aku meliriknya. Rupanya yang tadi menyentuhku adalah Manurios.

"Kamu kenapa?" tanya Manurios dengan membawa sebotol air mineral.

"Aku nggak ngerjain pr Manu" jawabku memanyunkan mulut dan sesekali membersihkan keringatku menggunakan baju olahragaku. Belum menyentuh keringatku, Manurios langsung menahan tanganku.

"Eh jangan. Nih. Aku bersiin" ucap Manurios mengambil sapu tangannya dan membersihkan keringat yang ada dikeningku.

Tentu saja pipiku langsung memerah. Wajahnya semakin dekat hingga aku sedikit menghindar. Tetapi semakin aku menghindar, semakin dekat wajah Manurios hingga aku tak bisa menghindar lagi.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku mendorong pundaknya pelan kebelakang.

"Kau kira aku akan menciummu?" tanya Manurios tertawa kecil.

"I-iya" ucapku malu-malu.

"Sebenarnya aku ingin mencium keningmu saja. Tetapi kau menghindar. Ya sudahlah" ucap Manurios seraya menyodorkan sebotol air mineral untukku.

"Thanks. Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa sampai disini?" tanyaku membuka tutup botol dan meminumnya.

"Gak tau. Tadi, kebetulan aku liat kamu. Dan untung aku bawa sebotol air mineral untukmu" ucap Manurios.

"Apa?" tanyaku kaget dan memuntahkan air yang ada didalam mulutku ini.

"Jadi, aku meminum botol bekasmu? Ka--" ucapku terhenti karena Manurios menyentuh bibirku menggunakan telunjuk tangannya.

"Gak papa kalik. Sesekali lah" ucap Manurios memejamkan sebelah matanya dan beranjak lalu pergi dari hadapanku.

Ya Tuhan. Mengapa ketika dia melakukan hal itu, jantungku berdisko cukup cepat? Andai saja dia lebih lama disini. Mungkin capekku seketika akan hilang.

Aku lalu melanjutkan hukumanku. Yaitu, mengelilingi lapangan 5 kali lagi dan membersihkan seluruh lapangan.

***

Huft. Pekerjaanku sudah selesai juga. Aku berlari hingga aku terhenti di sebuah loker. Aku membuka loker tersebut dan mengambil seragamku dan ku kenakan di WC.

Selesai itu, aku melewati koridor dan memasukki kelasku.

"Sudah selesai?" tanya pak Dadang.

"Sudah pak" jawabku berdiri di dekat pintu kelas dan menunggu persyaratan untuk duduk.

"Baik. Duduklah. Lain kali jangan buat pr lagi ya? Biar lapangan kita bersih dan tubuh menjadi bugar" ucap pak Dadang.

Aku hanya mengangguk pasra dan tidak mengulanginya lagi.

"Baik semuanya. Besok, kita akan pergi ke hutan untuk camping. Jadi, besok kalian pakai jaket dan tas berisikan baju dan snack juga. Bisa dimengerti?" tanya pak Dadang.

"Pak. Boleh bawa hp nggak?" tanya Briyan teman sekelasku.

"Boleh. Kalau hilang nanggung sendiri. Percuma saya melarang kalian bawa hp. Nanti kalian diam-diam bawa hp. Jadi saya izinkan untuk membawa hp. Tapi jika hilang nanggung sendiri" jelas pak Dadang.

"Pak. Boleh bawa pacar nggak?" tanya Gargeos teman sekelasku.

"Waduh. Kalau itu sih, saya nggak tau. Minta izin sama pak kepala sekolah saja kalau kayak gitu" jelas pak Dadang.

"Pak. Kelas sebelah ikut kan?" tanyaku berharap agar aku bisa camping bersama Manu.

"Tentu. Dari kelas 12-A,B,C dan D akan ikut bersama. Jadi bisnya mungkin ada banyak. Karena muridnya juga banyak" jelas pak Dadang.

"Nah. Nanyak-nanyanya sudah selesai. Kalau mau nanyak-nanyak lebih banyak, bbm bapak saja. Sekian terimakasih" ucap pak Dadang merapikan bukunya dan beridiri untuk diberi salam.

"Siap. Beri salam..."

"Selamat pagi pak..."

***

My Lovely Manurios [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang