PROLOG

18 4 0
                                    

Mungkin hari ini adalah hari terburuk dihidupku. Aku seorang siswi kelas dua SMA yang baru saja popular dan mendapat banyak teman, tiba-tiba harus kehilangan itu semua karena harus pindah sekolah. Dan semua itu berkat ayahku yang harus dipindah tugaskan, awalnya aku menolak untuk ikut bersama orang tuaku dan bersikeras ingin menetap di Bandung, namun mereka terus menjanjikan semua hal yang menggiurkan kepadaku. Alhasil di sini lah aku, di Ibu kota yang ramai.

Aku kira akan menyenangkan sekolah di sini, tapi ternyata tidak. Sangat sulit untuk mendapatkan teman di sini, apalagi jika kau adalah seorang murid pindahan, seringkali aku merindukan sekolah lamaku dan juga teman-temanku di sana. Kurang lebih aku sudah satu bulan bersekolah di sini dan tidak seperti anak-anak lainnya, saat jam istirahat aku tidak menghabiskan waktu di kantin bersama teman-karena faktanya aku belum memiliki teman-melainkan aku lebih suka berada di perpustakaan dan membaca buku yang ada di sini.

Hampir semua buku yang ada di rak belakang perpustakaan sudah aku baca, kebanyakan dari buku itu adalah buku sumbangan dari murid sekolah ini. Saat ini aku baru saja selesai membaca sebuah cerpen dan akan mengembalikannya. Saat aku meletakkan buku di rak, tanpa sengaja aku menyengol setumpuk buku yang berada di sebelah kananku. Buku itu berjatuhan dan membuat suara yang cukup berisik, sampai penjaga perpus menghampiriku.

"Ada apa ini?" Tanya penjaga.

"Aku tidak sengaja menyenggol tumpukkan buku itu," aku menunjuk buku yang sudah berserakan di lantai, "aku akan segera merapihkannya."


Setelah penjaga itu yakin aku baik-baik saja, ia kembali ke tempat duduknya. Aku memandangi buku-buku yang berserakan itu dan mulai memungutnya satu persatu, menatanya kembali seperti semula. Mataku tertarik dengan buku terakhir yang aku ambil dari lantai, ia tak mempunyai judul di depannya, sampulnya terbuat dari kulit berwarna coklat, aku rasa ini bukan buku novel seperti yang lainnya. Aku membawa buku itu menuju salah satu meja, berniat untuk membacanya. Saat aku membuka halaman depannya, aku membaca sebuah kalimat yang tertulis di sana.

Play the moments

Pause the memories

Stop the pain

Rewind the happiness

R E W I N DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang