Suara lecutan cambuk memecah kesunyian malam itu. Di dalam ruangan yang berukuran kecil dan pengap, di mana ke empat sisinya dilapisi dinding dingin yang kasar, di bagian tengah ruangan itu terdapat seorang pria yang kedua tangannya dipegang erat oleh dua orang pria lainnya yang bertubuh besar tinggi dengan kondura hitamnya tanpa bergerak. Kembali suara lecutan terdengar untuk yang kesekian kalinya, mendarat dengan tepat pada punggung lebar dan kekar yang terbuka milik sang pria."TAR! TAR! TAR!" suara itu demikian menyeramkan bagi siapapun yang melihat langsung hukuman yang dilakukan Ummu Salma pada satu-satunya putera yang selama ini dibanggakannya. Percikan darah kembali mengotori lantai kusam di bawah kedua lutut Abdul.
Bahkan kedua pria yang memegang erat kedua lengan sang Pangeran memalingkan wajah mereka karena menyaksikan lecutan demi lecutan mendarat di punggung itu. Tak ada suara apapun yang diucapkan dari bibir Abdul yang terkatup, bahkan lenguhan kesakitanpun tak dikeluarkannya. Dia cukup memejamkan matanya dan tak hentinya berzikir di dalam hatinya.
"Aku membesarkanmu dengan segala kayakinan yang kita imani sejak kau mengenal matahari dan bulan! Ayahmu mengumandangkan adzan di telingamu dan aku selalu berdoa agar kau selalu berada di jalan yang benar! Aku tak pernah mengijinkan kau sekalipun jatuh cinta pada gadis yang jelas-jelas berbeda denganmu!" Ummur Salma menggerakkan cambuknya dan mendaratkannya di punggung Abdul yang sudah dipenuhi luka memanjang yang akan membekas selamanya.
Abdul nyaris mengigit lidahnya saat menerima cambukan paling keras yang dilontarkan Ibunya dan hal terakhir yang diingatnya adalah tubuhnya yang melemas dan kesadarannya hilang.
"Astaghfirullah, Salma! Berhentilah!" Suara bentakan yang muncul di ambang pintu ruangan itu menghentikan gerakan tangan Ummu Salma. Dia seakan tersadar dari gelombang amarahnya yang dikuasi iblis saat melihat tubuh Abdul yang terbaring menelungkup di lantai dingin di bawah kakinya, dengan kedua pria berjenggot yang mencoba membopong sang pangeran dengan wajah pilu.
Cambuk di tangan Ummu Salma terlepas dan dia berlutut di lantai sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Dia menangis keras dengan aliran airmata yang merembes di sela-sela jemarinya.
"Ya Allah, apa yang sudah kulakukan?" Dia memandang kedua tangannya yang barusan telah mencambuki anaknya dengan penuh marah dan menatap pias saat kedua pria yang bersama Abdul memanggul sang Pangeran yang pingsan.
Sheikh Mohammed Abdul Jabbar mendekati isterinya dan memegang bahunya. "Demi Allah, Salma. Kau memang berhak menghukum anakmu namun tidak seharusnya kau menyiksanya seperti ini. Kau bisa saja membunuhnya seperti kehendak Iblis yang ada di hatimu." Pada pria yang memanggul Abdul, Sheikh berkata lirih. "Bawa dia ke ruanganku. Bahir sudah menunggu di sana."
"Baik Sheikh."
*****
Suara kokok ayam terdengar tak jauh dari jendela kamar yang luas dan beraroma dupa arab yang harum itu. Saat itu mendekati adzan subuh dan suara erangan kesakitan dari tubuh yang menelungkup tampak terdengar samar di atas ranjang bertiang empat dan empuk itu. Bahir yang sedari tadi duduk diam di sofa depan ranjang segera bangkit berdiri dan dengan langkah lebarnya, dia sudah mencapai tepi ranjang.
Nimah yang setia menjaga di sisi ranjang bersama Puteri Azzah tampak merapat pada Abdul yang kembali mengerang. "Kakak? Alhamdulillah, kau sudah sadar." Puteri Azzah memegang tangan Abdul yang tampak mencengkram ujung bantalnya, menatap ngeri pada balutan yang kembali memerah di punggung pria itu.
Abdul membuka matanya dan mendapati rasa nyeri bagai api yang membakar punggungnya menyerang tiap kali dia mencoba meregangkan ototnya. Dia melirik Nimah pertama kali, di mana anak perempuan itu menangis diam-diam dan dia mencoba tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PRINCE'S WIVES (COMPLETED)✅
Ficción GeneralAbdul menyadari pada saat dia memutuskan untuk menikahi Margo, seluruh yang ada di sekitarnya menentangnya dengan keras, terutama sang Isteri dan Ummu Salma. Abdul hanya memiliki restu Ayahnya, Sheikh Mohammed Abdul Jabbar yang secara khusus meminta...