FLIRT 2

217 9 2
                                    

Aku menatap jauh punggung davina, ia semakin sering ke kelasku, entah untuk flirting saja atau sekedar cerita cerita seperti biasa,
dan benar saja Davina dan Nanda sedang melakukan pendekatan sekarang, tak cukup sebulan dari hebohnya drama percintaan antara Suhan, Nanda , dan Aulia, ternyata Nanda gampang sekali di taklukkan oleh Davina, itu menurut pengamatanku selama ini, tapi tadi Davina datang tidak untuk caper, melainkan curhat padaku,

Ia memang sukar untuk tidak membagi keluh kesahnya padaku, ku kesampingkan perasaanku demi mendengar curhatan Davina, mungkin sedikit sakit, tapi itu tak penting lagi sekarang, jauh lebih sakit mengetahui waktu itu ia sudah bersama Aulia sebulan lebih sementara aku menikmati hari hari aneh bersamanya, sekarang sedikit lebih baik karena Davina setidaknya ingin membagi apa yang ia risaukan,
hubungan mereka telerai oleh rasa tidak enak Davina yang  merupakan sahabat karib Aulia, mereka berdua merupakan wanita penuh harga diri disamping kepopulerannya, sering sering mereka jadi perbincangan sepasang karib yang berbagi bekas pasangan,  dari mulut kemulut oleh orang orang yang tak tahu cerita sebenarnya, entah di kantin, perpustakaan atau tempat foto kopian bahkan tempat tempat nongkrong sepulang sekolah,

Rendahati sekali Davina mau menceritakan semua keluh kesahnya padaku tentang Nanda, tentang seseorang yang ku ingini juga, andai Davina tau perasaanku, entah bagaimana jadinya ini, agak aneh saja ku rasa, Davina bercerita tentang seseorang yang selama ini kuperhatikan juga, dari ceritanya Nanda juga senang senang saja dekat dengannya dan terkesan tak peduli persahabatan Davina dan Aulia,

Sementara perasaanku ke Nanda semakin besar karena Rindu, aku sudah jarang berbalik melihatnya di jendela kaca, tapi suara tawanya yang selalu mencuri fokus benar benar membuat konsentrasiku buyar, aku refleks berbalik, untuk sekadar berbalik saja tanpa ekspresi, dia juga berbalik sekenanya beberapa detik, dia melihatku atau kami bertatapan matapun sudah tak ingin ku ambil hati, istilah trendnya tak ingin terlalu baper,

Bagaiamana pun aku adalah pria puber yang bingung dengan orientasiku, semoga ini cepat berlalu, seperti saat Vito terlibat Bromance dengan tetangganya,

Tiba tiba kulihat Vito, yang sedang asik menyalin tugas matematika disampingku, Reno teman sebangkuku selalu absen saat matematika, padahal kami sudah kelas tiga jadi Vito lah yang senang hati duduk disampingku karena membuatnya tak terlalu banyak berpikir untuk mengerjakan soal matematika.

Vito anak periang dan gemar melucu, ia juga jahil dan tak kehabisan akal untuk membuat banyolan di kelas kami, di balik penampilannya yang ceria dia juga punya kisah asmara sepihak saat SMP dulu dan ia gamblang mengakui bahwa ia pernah menyukai tetangganya yang sekarang sudah entah dimana, ia bahkan mengungkapkan perasaanya pada tetangganya itu dan hanya di tanggapi bercanda oleh tetangganya, sampai akhirnya ia jatuh cinta saat SMA dan hanya menjadikan pengalamannya itu sebagai rasa kagum pada tetangganya,

Vito sekarang sudah punya pacar dan memiliki mantan mantan yang kece sebelumnya, aku harap bisa seperti Vito, ini mungkin hanya hormon hormon saat remaja yang terlalu bergejolak,

"Vit..."

"oii.."

Dia menjawab sekenanya karena sibuk menyalin,

"menurut loe,.. Ada yang aneh gak, sama gue.."

Tanyaku pelan dan ragu, Reno menghentikan kegiatannya dan menatapku,

"maksud loe bimm??
...
Loe sakit??"

Ia tidak mengerti dan melanjutkan mengerjakan tugasnya

"maksud gue, anu gue, hhmm.. Hhmm.."

sejujurnya berat sekali untuk mengakui ini, aku hanya berdehem mengisyaratkan sesuatu yang lebih rehasia, namun Vito benar benar tak menangkap maksudku, dan malah makin menatapku heran

"gua gak ngerti deh bimm"

"euh.. Engg.. Vit.. Perasaan loe sama tetangga loe itu gimana vit??"

Tanya ku akhirnya, mengabaikan pertanyaan ambigu tadi, mungkin dengan begini ia lebih mengerti.
Vito lamat lamat menatapku, ia tidak lagi berwajah bingung, namun tiba tiba serius membuatku ikut tegang, aku harap Vito orang yang tepat untuk mendiskusikan kebimbangan ini.

"bima, luu..."

Aku hanya menatapnya memelas, tidak meminta iba, tapi ingin menunjukkan kegalauan hatiku beberapa bulan terakhir

..

..

..

Aku bercerita panjang lebar dengan Vito saat jam istirahat, ia bahkan mengabaikan ajakan teman teman kami yang lain dan begitu serius mendengarkan ceritaku, ceritaku yang entah kenapa bisa dan darimana bermula bisa menyukai Nanda, kegiatan sembunyi sembunyi kami di jendela, dan bagaimana Nanda membuatku baper selama ini, ia begitu seksama menyimak ceritaku, sambil sedikit menyelipkan pengalamannya menyukai orang yang salah juga, mungkin karena pernah merasakan hal yang sama ia jadi lebih bijak menyikapi bagaimana diriku seharusnya, dia tidak menghakimi perasaanku, ia malah merasa lucu, karena tak pernah ia perhatikan sebelumnya, ternyata gerakan bawah tanahku sangat mulus sehingga teman teman sekelas tak ada yang memperhatikanku,

"tapi loe tahu kan, dia sepupu Reno?"

Tanyanya kemudian dan aku mengangguk,ia menghawatirkan hubungan karib kami, dan bagaimana sikap Reno terhadap sepupunya, seperti saudara kandung yang solid, mereka bersepupu yang saling memperhatikan satu sama lain, bahkan masalah percintaan Nanda sekalipun tak ada yang di rahasiakan darinya, aku tak mau berharap Nanda menjadikanku bagian dari percintaannya juga, tapi sukur sekali bahwa Nanda tak menceritakan keanehan keanehanku di sepupunya, Vito mengangguk, mengiyakan asumsiku,

"dan dia juga lagi PDKT sama Davina, waahhh...! Pantesan yaa cewek secantik Davina gak mempan buat loe.. Padahal nempelnya udah kayak tokek cuuyy...Ckckckckckc"

Vito berujar tak menyangka mendapati keanehanku, aku hanya memutar mataku malas, aku lebih tahu Davina lebih dari semua pria di sekolah ini, aku juga tak melihat fisik untuk menyukai seseorang, yang penting ia memiliki aura yang membuat semua kekurangannya tertutupi,

Vito menyemangatiku, aku sedikit merasa lega, selepas bercerita kegundahanku selama ini, yang kuutarakan sekarang aku berhenti untuk berharap Nanda memiliki perasaan yang sama denganku, dan Vito setuju untuk hal itu,

..

..

..

Pelajaran dikelas betul betul lama setelah aku berusaha fokus untuk belajar, tidak seperti dulu jaman jaman aku berlovey dovey di jendela samping, waktu cepat sekali berlalu dan aku tak sabar untuk menunggu hari esok, semua hanyalah tinggal kenangan, aku sedang belajar untuk tak peduli, meskipun kelas satu disamping kelasku ini benar benar ribut dan beberapa kali hampir saja mengalihkan pandanganku.

Fokus Bimaa,

Fokus....!!

Secarik potongan kertas yang terlipat kecil digeser vito dengan hati hati, aku menengok ke arah Vito yang senyum senyum tidak jelas dan aneh, kubuka kertasnya pelan dan mendapati nama Nanda disitu,

"..."

Si Nanda balik kesini mulu, liat ke arah loe lagi.. Hahaha ciyee..._

Sialann!!!

Salah Satu kenanganku yang tak terlupakan hari itu Rabu tanggal 17 dan masih kusimpan Tulisan tangan Vito serta menambahkan tanggal dan tahunnya di kertas itu,

Bagaimana sulitnya untuk tak tersenyum sepanjang hari, aku berbalik ke arah jendela, tak sulit untuk menemukan nanda, karena sesaat setelah melempar pandanganku keluar dia sudah mengunci mataku dengan tatapannya kemudian tersenyum

Aaargghhhhh
..

..

..

Tbc

[BOYS LOVE] BimaNandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang