jayus

352 17 5
                                    

"aku sedang termenung,,,
Berharap sesuatu yang tak pasti,,,
Engkau sangat menjeratku,,
Sungguh ku hanya inginkan, hatimu yang tlah termiliki
Iblisss,,,,"

Aku memang sedang melamunkan Nanda sampai masuk di gerbang sekolah begitu lagu D Massiv ini di putar, berkali kali kudengarkan lagu ini sepanjang malam dan bagai mana aku melewati malam malam yang sedikit sesak karena merindukan anak orang,

Hari ini porseni sekolah sudah akan di mulai dengan pembukaan band dan penyambutan kepala sekolah ,porseni sekolah menjadi yang selalu di tunggu tunggu oleh sekolah lain buat digunakan untuk mejeng, sekalian cucimata, karena saat porsenilah semua gerbang masuk dibuka untuk umum siapapun yang selalu ingin melihat  lihat megahnya sekolah kami bisa dilakukan saat porseni,

Aku hampir melupakan bagaimana kisahku dan Nanda beberapa waktu terakhir karena ujian semester dan kami tak pernah bertemu selama dua minggu karena itu, seluruh kelas satu masuk ujian pagi dan kami kelas tiga masuk pukul 1 siang,

Sejak kejadian secarik kertas dari Vito itu, kuberanikan diriku mengirim permintaan pertemanan padanya di facebook, mencoba menjalin hal baik saja selama paruh musim akhir sekolah pikirku tidak ada salahnya,

Jadi selama tak bertemu, aku masih mencuri curi rindu lewat aktifitasnya di fesbuk sekalipun tidak ada interaksi berarti antara kami, berbeda denganku yang tak begitu mengerti memanfaatkan sosial media, dia sangat mahir menggunakan sosial interaksi itu bersama teman teman kelasnya yang lain,

saat ujian waktu itu seminggu bahkan ia tak pernah mengunggah status apapun, jadilah pada pagi hari ini sosoknya lah yang diam diam aku cari, aku ke kelas ku setelah hampir dua minggu tak pernah disana karena ujian semester berlangsung,

teman temanku yang lain sudah heboh, memakai baju porseni yang baru dibagikan Andi pagi ini, refleks mataku memang tidak sepenuhnya berubah meski sudah berjanji pada diriku sendiri untuk tak pernah lagi mencari Nanda di jendela itu,

belum lepas mataku dari punggungnya, seseorang yang tengah asyik berbicara dengan Nanda menggesturkan sesuatu di belakang Nanda dan Nanda berbalik segera, terlihat antusias, kentara sekali dari sumringah wajahnya,

Mata kami bertemu, sudah berapa lama tak saling bertimpa pandangan padanya seperti ini, apa yang membuat mata kami terkunci satu sama lain, aku benar benar ingin berlama lama dalam binaran matanya yang bening itu, sebut saja aku pemuja dari matanya yang indah bening bersinar, dan cara dia tersenyum padaku adalah hal yang tak akan pernah  kulupa seumur hidupku, kami saling tersenyum, dan kenapa dia tersipu seperti itu.

..

..

..

Aku tak menyangka moment pagi itu membuatku begitu bersemangat menjalani setiap pertandingan hari ini, kami sudah menang untuk  basket ke penyisihan selanjutnya , takraw, tarik tambang, dan beberapa yang lain masih berlangsung sedangkan lomba perorangan yang lain seperti catur dan tennis meja, vokal grup, dan karate, akan berlangsung sore ini,

Nanda terlihat super sibuk sebagai panitia porseni tahun ini, bahkan jarang sekali terlihat bersama Davina yang notabenenya adalah gebetannya, kalau toh sudah pacaran entahlah, aku tak mau pusing, padahal ajang porseni seperti ini selalu dinantikan juga untuk ajang lovey dovey bersama gebetan,

"pokoknya taget juara umum ya!! Malu maluin banget klo kita sampe kalah, baru babak penyisihan nih"

Support Andi sang ketua gank memotivasi kami, kami mengangguk, makan siang kami diselingi diskusi mengenai strategi lomba dan pemain yang mengisi line up untuk pertandingan ini, kami sudah juara umum tahun lalu, dan kami akan juara umum lagi di tahun terakhir kami.

..

..

..

"Bimaa!!! "

aku memicingkan mata disiang yang terik ini mencari sumber suara yang begitu nyaring memanggilku,

"Davina..."

aku mengibaskan baju porseniku, kegerahan, waktu tandingnya sebentar lagi dan aku melawan kelas 3 Ipa 1 kelas Devina

"lu dukung gue gak??"

tanyaku basa basi setelah dia menghampiriku di sisi berlawanan lapangan tempat teman kelasnya,

"yeeee... Kelas gue lah,,, "

"Ahh.. Gak asik.. Nonton gue yaa..! Ati ati salah tereak nama,, hahaah"

Aku meledeknya mengingatkan kejadian porseni tahun lalu, di final itu aku melawan kelasnya sebelum di rolling menjadi ipa 1,

dia lantang meneriakkan namaku di tengah krisis angka kelasnya mempertahankan angka dari kelas kami, itu memalukan sekali, dan dia masih tidak ingin mengingatnya,

Davina cepat cepat pergi berlari lari kecil menuju teman temannya berkumpul.

Kupikir pertandingan ini akan menarik karena aku begitu berapi api untuk menang di pertandingan pertama, namun siluet Nanda di ekor mataku membuatku menjadi salah tingkah, aku senang melihatnya menontonku, tapi tidak jika ia bersama Davina

Huh!

Bukan saatnya memusingkan dua sejoli itu, fokus untuk menang jauh lebih penting, pertandingan langsung sengit saat pertama serve di luncurkan Nara, kelas Davina juga punya pemain volley sekolah dan salah satu blocker terbaik, jadi aku dan Reno tak pernah memandang remeh lawan, tapi kombinasi antara mainku dan reno menjadi favorit semua penghuni sekolah,

baru babak penyisihan namun keriuhannya mengalahkan pertandingan lain yang berlangsung saat ini, semuanya sama sama ketat sampai akhirnya kelas Davina harus kalah karena dominasi main kami yang jauh.

"mas Ren minum dulu"

suara Nanda terfilter begitu jelas ditelingaku bagaimanapun ributnya teman kelasku disitu,

kami masih leyeh leyeh di pinggir lapangan sebelum menyaksikan pertandingan dari teman kelas kami yang lain,

Saat hendak beranjak dari tempatku tubuh mungil nanda sudah menghadangku dengan minuman dingin yang ragu ia berikan padaku,

"mau gak mas??"

Aku tak berniat menatap matanya yang lucu itu, dia sedikit kaku dan aku tak ingin membuatnya semakin kaku karena suasana canggung diantara kami, kuambil lalu kuteguk padahal sebenarnya aku sudah menghabiskan satu setengah botol tadi,

"kamu kayaknya harus minum juga deh, tadi tereakannya paling kenceng"

"Ehehe gapapa udah biasa tereak tereak, hehe"

"bibir lo kering tuh haha"

"hahh iya kahh!"

paniknya lucu sekali seperti anak gadis, aku tak bisa menyembunyikan tawaku, disambarnya air yang kupegang dan meminumnya sampai habis,

"haus banget kayaknya"

ledekku lagi dan entah bagaimana kekonyolan kami yang saling canggung itu kemudian menjadi cair dan saling melempar tawa,

aku sampai tak sadar Davina dan Vito menatap kami dengan tatapan yang berbeda, ada yang mengulum senyum, dan yang satunya,,,

..

..

..

Tbc
Maaf kebanyakan narasi,
Maaf sekali...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 01, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[BOYS LOVE] BimaNandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang