Prolog

63 4 0
                                    

"Persahabatan dan cinta bukan dua hal yang bertolak belakang. Jika kita tak bisa menerima cinta seseorang sebagai rasa cinta seorang pacar, mungkin lebih baik kita menerima cinta orang itu sebagai rasa cinta seorang sahabat. Tak akan ada yang terluka, dan tak akan ada yang tersakiti. Karena sahabat, saling mengerti."

"Gw gak bisa temen lu lagi, gab."

Angin berhembus di tengah taman itu. Terdengar jelas bergetar di telingaku. Saat itu sangat sepi, hanya ada kami berdua. Kami duduk di bangku, tepat di bawah lampu kuning terang yang menghiasi taman itu. Hening. Itu lah yang kami rasakan saat itu. 

"M-m-maksud lo ?" 

"Iya gitu, kita gak bisa temenan lagi."

Kami bersahabat cukup lama, kita - kita sudah 6 tahun. Banyak hal telah kami lalui bersama, susah senang kami bersama. Soulmate, kira - kira bisa disebut begitu lah. Kami sangat dekat, sangat mengenal satu sama lain. Ibarat lebaynya, kami sampai hafal letak tahi lalat masing - masing. Kami begitu dekat, sampai orang - orang mengira kami pacaran. Pacaran... kata mereka kami pacaran...

"Apa - apaan sih ?! Gak lucu Ndos !"

Yah begitu lah. Kami punya "panggilan sayang" masing - masing. Dia biasa memanggilku dengan Ndos. Entah dari mana datangnya nama itu, namun entah mengapa aku merasa senang ketika ia memanggilku demikian. Panggilannya ? Yah, aku tidak memanggilnya dengan panggilan khusus sih, tapi aku sering memanggilnya Mbem. Obviously, itu memang karena pipinya tembem, bahkan bergetar ketika ia berlari. Kami sangat dekat, sampai - sampai memanggil satu sama lain dengan nama - nama aneh tadi.

"Gw serius, gw gak bisa jadi temen lu lagi."

Entah bagaimana ceritanya, masalah itu terjadi. Well, bukan masalah di antara kami juga sih... namun ini menyangkut pertemanan kami. Aku egois. Melanggar janji pertemanan yang kami buat dulu, bahkan ketika kami masih kelas 5 SD. Yah... siapa sangka janji yang dibuat 2 orang bocah akan sangat mengikat, bahkan sampai mereka menjadi remaja. Janji yang dulu terucap dengan sangat mudahnya, dan sekarang bahkan untuk menepatinya aku harus sangat menderita.

"LU KENAPA SIH ?! EMANG GW SALAH APA SAMA LU ?! ENTENG BANGET YA NGOMONG SEENAKNYA BILANG GAK MAU TEMENAN LAGI !"

Haha... aku tahu dia pasti marah. Dia memang sangat sensitif ketika membicarakan tentang persahabatan kami. Apa lagi ketika aku bilang kalau kami gak bisa lanjut berteman. Dia pasti shock. Ya habis mau bagaimana lagi, ini adalah yang terbaik yang bisa kulakukan. 

"Kalau ada masalah, cerita Ndos. Ingat, gak ada rahasia lagi di antara kita. You know all my problems and so do I. Kalau emang ada masalah, ayo diselesaiin bareng - bareng."

Well... I wish I could, but unfortunately I can't.  Gak se-simple itu untuk cerita. Banyak pertimbangan yang sudah kulalui sampai aku bisa berkata demikian. Neraka kulewati hanya karena "pertemanan" kita ini. Kamu ngga akan mengerti. You won't...

"Sakit... Gw gak bisa lanjutin lagi."

Kokoro Kara ("From deep Inside My Heart")Where stories live. Discover now