Anata Ni Aitai

115 14 0
                                    

Kuroko No BasukeFujimaki Tadatoshi

Anata Ni Aitai reraibussu

Fanfic ini mengandung kadar OOC tingkat tinggi, TYPO yang bertebaran dimana-mana, NO EYD, AU/AT, PLOT amburadul, serta berbagai kekurangan-kekurangan lain yang tidak manusiawi :v

Aomine menggeliat, dibawah jembatan penyebrangan beralaskan hamparan rerumputan. Pikirnya melayang entah kemana, sementara iris birunya menjelajah menatap besi penyokong jembatan. Bunyi klakson dan deru mesin terdengar bising dari atas, tapi ia masih tetap terlentang tenang , menghiraukan jika lau mungkin-mungkin saja, jembatan itu rubuh dan menimpa dirinya.

Aomine merenggangkan tubuhnya, menggeliat—lagi—pelan sembari bergulung-gulung direrumputan, tak memperdulikan rumput yang berukuran kecil-kecil menembus pakaiannya.

Pikirnya melayang pada beberapa hari lalu.

Terlalu menyakitkan untuk ia ingat, sebenarnya.

Namun, pada kenyataannya ingatan itu terus-terusan menampar pikirannya, seperti ombak laut yang menggulung menyebalkan dan menyebapkannya tenggelam, jauh kedasar samudra.

Aomine menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Rasanya ia ingin berteriak. Tapi ia terlalu malas. 'Mungkin itu adalah tanda-tanda penuaan dini,' begitulah pikirnya, sembari kembali bergulung-gulung direrumputan.

Kembali ingatannya melayang-layang pada semua kejadian menyebalkan yang entah mengapa dan bagimana menimpanya akhir-akhir ini.

Mulai dari tatapan ketakutan dari para lawan tandingnya, hingga bagaimana pelatihnya memperbolehkannya bolos latihan, dengan cacatan ia memenangkan setiap pertandingan.

Itu menyebalkan, menjengkelkan, dan memuakkan. Itu seperti ia dipaksa untuk memuntahkan seluruh isi perutnya, padahal ia baru saja memakan teriyaki burger kesukaannya.

Aomine menggosok rambut biru dongkernya begitu keras.

Ini menjengkelkan, memikirkan sesuatu seperti ini adalah hal terakhir yang akan Aomine lakukan seumur hidupnya.

Kemudian ia terlentang lagi, seperti seonggok makhluk tak berdaya sembari menatap besi penyanggah jembatan.

Suara aliran air yang mengalir teredam oleh bunyi hiruk pikuk diatas sana.

Jika ia tak salah ingat, sebentar lagi sudah hampir jam lima sore. Itu artinya ia sudah menghabiskan jam sekolahnya untuk bermalas-malasan disana selama tiga jam, dan ia masih lan belum mau pulang.

Ibunya yang cantik selalu saja bertanya tentang wajah muramnya ketika berangkat dan pulang sekolah, dan itu sungguh membuatnya tak nyaman, ia tak mau ibunya mengkhawatirkannya. Ayahnya bahkan lebih parah, ia mengancam akan memotong uang sakunya jika putra satu-satunya dikeluarga Aomine itu tetap bungkam mengenai masalahnya.

Ayolah~

Ia juga punya sesuatu yang ingin dia simpan dan tak ia bagi pada siapapun. Baik itu orangtuanya, Satsuki, atau siapapun.

Ponselnya tiba-tiba berdering, membuat iris sewarna dalamnya lautan itu melirik malas pada tas sekolahnya yang ia lempar begitu saja diatas rumput yang tak jauh darinya.

Setelah beberapa menit berbunyi, akhirnya suaranya hilang juga, dan itu membuat Aomine menghembuskan nafas syukur.

Bahkan tanpa ia melihat pun, ia tau, siapa yang menelfon. Momoi Satsuki. Kawan sepermainannya sedari bocah.

Bahkan meski ia khawair dengan keadaan Aomine, ia merasa jika lebih baik bila gadis bersurai merah muda itu mengurus urusan cintanya dengan Kuroko Tetsuya saja. Itu akan lebih baik untuk kesehatannya—mengingat jika Aomine terlampau sering melihat raut khawatir berlebihan diwajah Momoi.

[BL] Anata Ni Aitai [AoKaga]Where stories live. Discover now