Kejadian di lapang sudah berlalu satu bulan, dan Aldo sepertinya belum bisa move on. Tapi anehnya sejak kejadian itu ia tidak pernah melihat mamat lagi. Mau iseng nanyain ke anak-anak AK takutnya bukan dapat jawaban malah dapat padsu deheman mirip gitar putus dan akan terngiang-ngiang sampai tiga hari kemudian. Mau nanyain sama Rijal males soalnya dia ember bocor kelas berat tar malah jadi bahan gosip seantero sekolah.
Dan lagi masa seorang Aldo harus nanyain cewek freak mirip strawberry. Duh apa kata komunitas Jejaka tampan sejagad. Bisa-bisa ia jadi bahan bully sepanjang hidup. Tapi hati rasanya tidak tenang dan hari ini Aldo memilih untuk menjadi bahan gosip seantero sekolah dengan memilih mengorek informasi dari raja ember bocor sedunia. Rijal.
Belum juga mulut terbuka, Rijal sudah mendahului bertindak dengan tersenyum aneh ala-ala komedian yang gak lucu.
"Mau nanyain Matahari ya?" Rijal memainkan kedua alisnya yang gak terlalu lebat.
"Enggak" Aldo memutar tubuhnya 180 derajat, dan mengutuk diri sendiri kenapa harus mendatangi Rijal yang mulai dicurigainya memiliki indra ke 6, ya bagaimana bisa ia menebak apa yang ada dikepalanya.
Namun sebelum putaran 180 derajat itu sempurna, Rijal sudah menarik baju belakang Aldo dan berhasil membuat laki-laki bergingsul itu duduk pasrah dikursi.
"Kenapa? kangen ya sama Matahari" tanpa tedeng aling-aling ucapan Rijal langsung tepat sasaran.
"Enggak .. lagian kenapa juga harus kangen sama dia, emang siapa dia?'' Aldo menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa seperti kemarau sebulan.
''Hm -- Rijal menarik napas panjang dan berat -- Matahari itu calon pacarnya Radit"
Aldo terhenyak, matanya membesar namun buru-buru ia mengembalikan dalam mode normal sehingga kegelisahan itu tak terlihat oleh Rijal yang sedang menepuk bahunya berkali-kali.
"Gua, mau ke kantin" Aldo buru-buru meninggalkan Rijal dan keluar dari kelas.
Berkali-kali Aldo menarik napas namun rasanya ada beban berat di dadanya dan ia harus berusaha berkali-kali menarik oksigen untuk memenuhi paru-parunya.
Dengan lunglai Aldo berjalan menuju kantin, namun kembali pikiran dan kakinya tidak sejalan karena tanpa disadari tubuh tingginya sudah berada di pintu kelas Matahari. dan sepertinya percuma kalau ia berusaha melarikan diri. Matanya suda beradu pandang dengan laki-laki dengan kulit putih dan berwajah oriental dengan rambut mirip boyband korea yang digandrungi adiknya.
"Kamu mau cari matahari lagi ya?" Dia mengerutkan keningnya , dan sekarang telunjuknya sudah tepat di depan muka Aldo.
"Kamu lagi?"
Aldo melirik ke belakang, tanpa sadar mulutnya tersenyum saat matanya melihat mahluk kecil sudah ada di belakangnya.
"Iya, emang kenapa? gak boleh?" jawabnya kalem
Cowok yang mirip oppa korea itu kemudian menarik tubuh matahari
"Dia cewek gue, lo jangan gangguin dia lagi okeh!" laganya sambil menyembunyikan tubuh mungil matahari ke belakang badannya yang tinggi
"Enak ajah sejak kapan gue jadian sama lo, si Radit aja gue tolak apalagi eloh" jawab Matahari cempreng
Namun suara cempreng itu seperti oase di tengah gurun bagi Aldo, senyumnya mengembang
"Jadi lo masih jomblo Mat?" Tawanya keras sampai memenuhi ruangan
Matahari merasa tawa Aldo adalah penghinaan pada statusnya yang jomblo, bibir mungilnya terangkat ke sudut kiri, ia kemudian berjalan ke arah Aldo yang masih tertawa lalu
"BUK!" Matahari memukul badan Aldo tanpa ampun dengan sepatu Sneaker merah marunnya
Aldo meringis, namun dengan cepat ia berhasil melarikan diri sedang tawanya masih mengembang di bibirnya.
Di Kelas Aldo senyum-senyum sendiri, ia memandang sepatunya dengan lekat, Sneaker merah marun persis seperti sepatu milik Matahari.