Part 2

324 41 2
                                    

Bangtan Sonyeondan are belong to their self

This story is belong to Dhifa and Cinta


Comment and Vote sangat  membantu kemajuan para author dalam melanjutkan cerita :)



(Author's POV)

"Selangka dan rahang bawah, apa masih ada lagi?" Suara beratnya memecah keheningan. Kau menatapnya heran seolah bertanya 'apa maksudmu?'


"Luka yang dibuat ayahmu.."


"Ada beberapa lagi tapi tidak apa-apa."


"Ini hanya sebuah tawaran," Suga meletakkan peralatan makannya setelah memakan suapan terakhir. "Kita lakukan visum dan ajukan tuntutan pada ayahmu. Kau pasti tahu bahwa itu bukan tindakan biasa."


"Ayah tidak akan sanggup membayar dendanya.."


"Setidaknya ia bisa ditahan" kau terdiam. Akan melegakan jika ayah dipenjara, kau bisa hidup bebas dan nyaman tanpa takut ayahmu datang dan merusak hidupmu.


"Aku tidak sedang mengajarkanmu untuk menjadi anak durhaka," Suga menatapmu prihatin. "Tapi bagiku itu sudah diluar batas.."


"Kau belum tahu apa-apa tentangku, ahjussi.." helaan nafas panjang terdengar darimu. "Tapi akan kufikirkan lebih dulu" kau mengulum senyum, mencoba membuat pria itu berhenti dari tatapan prihatinnya.


Suga yang tiba-tiba berdiri membuatmu sedikit terlonjak. "Aku harus menjawab panggilan" tuturnya sebelum menempelkan benda persegi itu di telinga kirinya. Kau menatap Suga yang masih berbicara dengan seseorang di seberang sana. Kemudian berfikir ulang apa yang telah kau lakukan tempo hari sehingga kau ditolong oleh seorang malaikat tampan dan baik seperti pria itu.


Kembali mengagumi sepasang manik hitam pekat dan juga bibir plum nya yang terus menarik perhatianmu. Pria di hadapanmu ini terlihat begitu tampan dan juga manis dalam waktu yang bersamaan.


"Sampai kapan kau memujaku seperti itu?" Tanya Suga dengan ekspresi -sok- tampan yang ia tunjukkan.


Kau berdecak. "Aku tidak memuja.."


"Lalu? Bersyukur pada Tuhan karena telah menciptakan pria tampan dan baik sepertiku?" Tebaknya seakan dapat membaca fikiranmu. Kau menunduk malu, menutupi wajah memerahmu dengan kedua tangan yang membuatnya kembali tertawa. "Kau tidurlah. Aku harus ke pergi ke rumah sakit melihat keadaan anakku" Sebuah mantel hitam diraihnya lalu dengan sigap ia memakai dan merapihkan pakaiannya tanpa kaca. Ia juga mengambil dompet hitamnya dan disimpan di kantung belakang celananya. Pandanganmu tak lepas dari duda satu anak yang tengah bersiap pergi. Entah apa yang membuat dirinya terlihat begitu menarik hingga matamu enggan berpaling.


"Iya-iya, aku tahu aku tampan. Terimakasih (y/n)-ah" ucapnya tanpa melihat ke arahmu. Kekehan singkat kembali lolos dari bibirnya membuatmu mendengus kesal.


"Aku berangkat dulu" kalimatnya membuatmu sontak bangkit dan mengikutinya ke ruang tamu.


Lost In LustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang