River Flows in You

66 8 2
                                    

Warning!!!
Agar lebih dapet feel, silakan baca sambil dengarkan soundtracknya menggunakan earphone XD

***
“Aku sepertinya tidak pernah mendengar laki-laki itu berbicara, kecuali lewat tuts.” –Hanna
***
“Lagu apa yang dimainkannya?” tanya Haruka. Sore ini, dia kuajak pergi ke sebuah pertunjukan musik klasik di jatung kota Tokyo. Awalnya dia malas-malasan datang, tapi setelah memasuki aula, gadis itu pada akhirnya mulai bisa membaur dan menikmati setiap sesi lagu yang disajikan

“Nocturne Op. 9 No.2, karya Chopin,” jawabku.

“Sou desu ka. Kamu hafal banget ya yang gini gini!”

Aku hanya tertawa menanggapi seruan Haruka. Dia sebenarnya memang tidak pernah tahu menahu soal musik klasik. Baginya –dan mungkin juga bagi sebagian orang, musik klasik selalu tampak membosankan dan memanggil kantuk. Itulah mengapa, ketika aku memohon kepadanya agar ia mau menemaniku datang ke pertunjukan ini, gadis itu sedikit keberatan.

Saat ini, kami sedang menyaksikan sebuah pertunjukan yang dimainkan oleh salah seorang solo pianis. Seorang pria. Dia membawakan Nocturne Op. 9 No. 2, salah satu dari sekian lagu favoritku. Permainannya teratur, dan nada-nada yang keluar dari tuts yang ditekannya seolah-olah dapat berbicara.

“Aku… baru melihat pria itu,” gumamku pelan.

Nani, Hanna-chan?

“Pianis itu, dia sepertinya baru pertama kali tampil di sini.”

“Maksudmu Yamazaki?”

“Kamu mengenal dia, Haruka-chan?”
Haruka menghela nafas, memberikanku sebuah tatapan sayu yang kurang lebih memiliki arti ‘payah’.

“Kau ikut banyak sekali klub di sekolah, menjadi gadis supel, tetapi tidak pernah tahu siapa Yamazaki?” lanjut Haruka, masih dengan tatapan yang sama.

“Eh? Maksudmu dia berada di sekolah yang sama dengan kita?”

Haruka mengangguk, membuatku segera mengalihkan pandangan, menatap pria di tengah panggung dengan tatapan terheran-heran. Lihatlah, seorang pianis yang bahkan sudah sangat mahir memainkan karya Chopin, ternyata masih seusiaku?

“Yamazaki-san. Anggota klub musik. Waktu Festival Budaya beberapa bulan lalu, klub teater bahkan bekerja sama dengan dia. Yang mengatur backsound penampilan kami, adalah Yamazaki-san.” Haruka menjelaskan dengan detail. Alisnya terangkat, dan bibir mungilnya kadang bergerak ke sana kemari saat menjelaskan.
Ya Tuhan, bagaimana bisa aku tidak mengetahui?

Mataku kembali terarah kepada lelaki yang duduk mengahadap piano dalam balutan jas berwarna abu-abu itu. Dia sedikit… tampan.

Barangkali, besok lusa aku bisa menemuinya di sekolah.
***
Bagian yang paling kusuka dari musik klasik adalah ia selalu membawa aura-aura ketenangan. Di penghujung hari, ketika aku merasa masalah-masalah di dunia nyata membuatku nyaris gila, musik klasik selalu berhasil menjadi penawar. Di antara nada-nada tanpa lirik, selalu tersimpan imajinasi-imajinasi yang bisa kita rangkai sendiri.

Ketika Mama dan Papa bercerai, aku begitu terpukul dan kerap mengurung diri di kamar. Musik klasik pada saat itu berhasil menyelamatkanku dari kegilaan, untuk pertama kalinya. Aku kemudian kerap mencuri piringan-piringan hitam dari kamar nenek dan memutarnya sambil sesekali menyesap cokelat panas. Lantas, aku tumbuh menjadi seorang gadis penggemar musik klasik dan datang dari satu pertunjukan ke pertunjukan lain.

Hingga hari ini, ketika aku menyadari, salah seorang musisi yang kutoton adalah tetangga samping kelasku, aku sedikit merasa, Ya Tuhan, mengapa dunia sesempit ini dan aku selalu terlambat menyadarinya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

River Flows in You [Oneshoot]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang