Prolog

155 8 4
                                    

Cerita ini adalah yang terfavorit buatku, karena bagaimanapun ia memilihku sebagai pemerannya. Aku sering tenggelam ke dalam cerita yang terkemas di film dan novel. Ternyata, menjalaninya sendiri bersamamu adalah energi dan inspirasi mengapa cerita ini bisa kutulis.

Kean, kalau saja aku boleh, aku ingin menceritakan ini kepada teman-temanmu, orang-orang terdekatmu, orang yang mungkin saja masih menyayangi kamu, atau mereka yang waktu itu sedang bersama kita, dan menyimpan cerita kita dengan berbagai macam persepsi.  Aku tidak ingin kamu kehilangan kehidupan lama untuk yang baru. Kalaupun itu sudah terjadi, aku ingin semua memaafkan dan kembali baik-baik saja, Kean.

Bisakah, tulisan ini sampai ? agar aku bisa mengucapkan terimakasih untuk semua pelajaran hidup yang tentu tidak akan pernah terlupakan. Maaf pernah membuat ribut dalam pertemanan, persahabatan, dan persaudaraan. Aku tidak pernah bermaksud untuk itu, tidak pernah. Semoga selesainya aku bercerita, ada yang mampu menerimaku, menerima kamu Kean, untuk kembali berselancar di tawa-tawa yang kamu dapatkan dengan cara lama.

Aku juga ingin meminta maaf untuk nama-nama yang kupinjam sebentar. Tempat yang waktu itu memang benar-benar ada. Dan mungkin cerita ini akan kurang atau berlebih dari yang sebenarnya.

Selamat membaca, selamat datang kembali di kenangan tentang masa putih abu-abu yang penuh dengan rindu.

KeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang