morning

2.1K 87 10
                                    

Sinar matahari pagi, menyeruak masuk melalui celah-celah tirai kamar di lantai dua tersebut. Membuat silau sesrorang yang ada di dalam nya.

"Ngh...." Naruto menggeliat membuka matanya perlahan, mengerejapkan matanya. Menyesuaikan dengan cahaya matahari. Setelah mendapatkan kesadaran nya. Naruto meraba tempat di samping nya,
Kosong. Itu hal pertama yang ada di benak nya, 'mingkin Hinata bangun duluan' gumam nya dalam hati.

Tidak lama kemudian puntu kamar terbuka.menampilkan sosok perempuan berambut indigo. Naruto yang tau kedatangan Hinata memejampakn mata nya kembali.

Hinata berjalan ke arah tirai dan membukanya, membiarkan cahaya matahari masuk ke kamar mereka. Setelah itu dia betjalan karah ranjang king size, yang dia tau Naruto masih tertidur. Hinata perlahan naik ke kasur,

Hinata memandangi wajah terlelap naruto dengan seksama. Wajah yang damai. Begitu membuat jantung hinata berpacu lebih capat. Hinata kembali mengingat malam diaman dia beradegan sangat panas dengan Naruto.

Mengingatnya sajah membuat wajah hinata memerah. Hinata buru-buru menggelengkan kepalanya dia malu sendiri saat membayangkan nya.

Hinata tidak sadar bahwa orang yang ia pethatikan sedari tadi, sudah terbangun dari tidur nya. Naruto haya pura-tidur.

"Naruto-kun bangun ini sudah siang" cicit hinata, tapi itu masih terdengar oleh naruto. Karena memang di ruangan tersebut hening. Dan jarak mereka yang dekat. Terlebih lagi naruto sudah bangun. Tentu saja dia mendengar nya.

Bukan nya bangun Naruto malah menarik Hinata kedalam pelukan nya. Mendekap tubuh Hinata. "Naruto-kun ini sudah pagi ayo bangun" dengan sekuat tenaga Hintata mendorong dada Naruto, Naruto malah semakin mengeratkan prlukan nya.

"Sebentar lagi Hime, aku masih ngantuk" jawab naruto diamasih memejamkan mata nya.

Hinta melepaskan pelukan Naruto lalu beranjak dari kasur.
"Bangun atau aku tidak akan membangunkan Naruto-kun lagi!" Tegas Hinata. Dia merasa kesal.

Ya walau pun ini hari minggu tetapi bukan saatnya untuk bermalas-malasan. Apa lagi sekarang sudah jam 10 siang.

"Tapi kau harus mencium ku dulu Hime baru aku akan bangun" sambil mengerucutkan bibirnya, berharap Hinata akan memcium nya.

Hinata menghela nafal, lalu kembali menghampiri Naruto.
"Hanya sekali!" Ketus hinata.
Naruto mengangguk sambil tersenyum kecil.
Hinata memejamkan matanya. Memajukan wajah nya ke arah Naruto

Cup!

Satu kecupan  mendarat di bibir Naruto. Namun hanya sebentar, Hinata buru-buru menyudahi nya.

"Aku tunggu di bawah" ucap nya lalu melangkah pergi. Naruto mendesah kesal. Yang dia mau itu sekali tapi lama. Bukan hanya satu detik seperti ini. Mana kerasa buat dia.

Naruto buru-buru membuka selimut yang ia pakai. Lalu berjalan kekamar mandi. Membersihkan badan lalu memakai baju. Setelah itu dia turun kebawah.
.
.
Hinata yang sedang menata makanan di meja makan menoleh ketika ada suara dari arah tangga.
"Ohayou hime" sapa nya ketika sampai di depan kursi meja makan dekat Hinata.

"Apa Naruto-kun tidak melihat jam? Sekarang sudah hampir jam 11, dan Naruto-kun bilang ohayou apa tidak salah?" Tanya Hinata kepada Naruto.

"Hahaha gomen hime aku kira masih pagi" jawab nya sampil duduk di kursi yang telah di geser hinata untuk naruto duduki.

Hinata hanyaenghela nafas dan melanjutkan kegiatan nya menata makanan dan alat makan.

Naruto yang merasa hp nya berbunyi segera melihat nya. Dan ternyata itu telpon dari Sasuke. Naruto segera ngengangkat nya.

"Moshi moshi, ada apa teme kau menelpon ku?" Tanya Naruto dengan nada datar.

'Hn. Dobe aku akan kerumah mu bersama yang lain, sakura yang mengusulkan dan menyuruhku menelpon mu"

"Bilang saja kau mau iminta makanan. Baiklah aku akan bilang kepada Hinata, sudah ya jaaa"

Telpon di putus dari pihak Naruto. "Siapa yang menelpon Naruto-kun?" Tanya Hinata.

Tbc

Ada kah yang menunggu cerita ini?

Maaf ya kalau cerita nya gak nyambung, loncat-loncat kaya kodok. Dan gaje.
Author nya emang orang agaje.
Maaf juga kalu ada typo maklum author di sekolah juga di cap biang typo. Abaikan author cuthat.

Mohon keritik dan saran nya

Salam manis dari yang termanis

WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang